"KELAK, NABI ISA AKAN MENJADI HAKIM, LALU...SIAPA YG AKAN DIHAKIMI"

Dalam pandangan islam, sekali lagi, I S L A M, bahwa Isa AS adalah seorang manusia yang berderajat Nabi, sebagaimana Musa dan Muhammad, ketiga Nabi inilah pilihan Allah yang di percaya untuk menyebarkan risalah Allah. 

PENTING UNTUK DIKETAHUI BAHWA : 

Ajaran Musa.
Ajaran Isa.
Ajaran Muhammad.

Ketiganya memiliki dasar ajaran yang sama, yaitu mengajarkan ketauhidan atau ajaran MENG-ESA-KAN Allah, karena memang Allah itu SATU dan BUKAN KESATUAN, tidak ada tuhan yang pantas di tuhankan selain ALLAH ! 

Namun, 

Dizaman Isa, ajaran meng-ESA-kan Allah ini telah di rombak oleh Paulus dkk menjadi ajaran TRINITAS, dan di beri label Kristen, jelas, ajaran Tauhid BUKAN ajaran Trinitas, ajaran Trinitas bukan ajaran meng-ESA-kan Allah, bahkan Isa di tahirkan menjadi Tuhan.....

Isa pun menolak keras, ketika di tuhankan, "TIDAAAK, Aku bukan Tuhan" 

Al Maidah:116 - 117 
Allah bertanya kepada Isa : "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". 

Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku mengatakannya. Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. 

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. 

Anisa : 171
"....dan janganlah kamu mengatakan: "Tuhan itu tiga"berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. 

cocok dengan Nubuat Yesus dalam Matius 7:21-23
Matius 7 : 21 – 23 :
(21). Bukan setiap orang yang berseru kepadaKU: Tuhan, Tuhan! akan masuk kedalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.
(22). Pada hari tarakhir banyak orang akan berseru kepadaKU: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMU, dan mengusir setan demi namaMU, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMU juga?
(23). Pada waktu itulah AKU akan berterus terang kepada mereka dan berkata: AKU tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaKU, kamu sekalian pembuat kejahatan.

Penganut ajaran apakah di dunia ini yang memanggil Yesus dg sebutan TuhaN.???
Hanya Kristen bukan???Adakah umat selain kristen memanggil Yesus dg sebutan tuhan??? TIDAK ADA
MAKA UMAT KRISTEN PADA AKHIRNYA YESUS AKAN MENGUSIR MEREKA

Nah, 

Kelak, Isa akan mengadili semua begundal-begundal yang telah merombak ajaran Tauhid menjadi Trinitas, karena Isa tidak pernah sedikitpun mengajarkan tentang TRINITAS, untuk memperjelas ajaran Tauhid Isa, maka kelak, ketika  Isa akan lahir kembali ke dunia dan akan bertindak menjadi  hakim.....

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda,“Demi diriku yang berada dalam kekuasaanNya, sungguh hampir turun kepada kamu Isa anak Maryam yang akan bertindak sebagai Hakim yang adil”. (At-Tirmizi)

Lalu, siapakah yang akan di adili ? Jelas, umat Kristen yang SESAT yang menuhankan dirinya akan di adili, dan akan diberikan penjelasan tentang "Hukum yang terutama,  Allah kita ESA", dan Allah bukan kesatuan atau Trinitas...

Sebagaimana Hadis Nabi menyebutkanAbu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, " Tidak ada seorang nabi-pun antara saya dan Isa. Sesungguhnya, dia akan turun ke bumi. Maka jika kalian melihatnya, kenalilah dia. Dia adalah seorang laki-laki dengan ukuran sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Dia memakai dua baju kuning terang. Kepalanya seakan-akan ada air yang mengalir walaupun sebenarnya ia tidak basah. DIA (ISA) AKAN BERPERANG MELAWAN MANUSIA UNTUK MEMBELA ISLAM . Dia akan MENGHANCURKAN SALIB (KRISTEN), membunuh babi, menghapuskan jizyah. ALLAH AKAN MENGHAPUS SEMUA AGAMA DIZAMANNYA KECUALI ISLAM . Isa akan menghancurkan Dajjal dan dia akan hidup di bumi selama 40 tahun dan kemudian dia meninggal, kaum muslimin akan menSHALATKAN jenazahnya." (HR Abu Dawud) 

Walaupun demikian, Isa adalah seorang nabi yang penuh kasih dan sayang, dan Isa pun memohonkan ampunan kepada Allah demi kesalahan umatnya...

Al Maidah:118 
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 

Itulah NUKILAN kisah Nabi Isa As sebagai pembawa risalah Allah dalam kitab Injil, dan kelak akan turun ke dunia untuk menjadi hakim yang adil, dan mengadili umatnya yang SAAT ini dalam kesesatan......
Baca selengkapnya >>

Kisah Wafatnya Siti Maryam Ibunda Yesus Alaihissalam


Cerita ini dari Wahab bin Munabbih, neneknya Idris, dia mengatakan,"Saya telah menemukan sebagian kitabnya Isa Al Masih. Beliau berkata kepada Ibunya.

"Ibu......sesungguhnya dunia ini adalah kampung yang akan punah, kampung yang akan hilang melayang. Sesungguhnya akherat itulah kampung yang langgeng. Untuk itu wahai Ibuku tercinta, marilah pergi bersama saya....

Kemudian Ibu dan Anak itu pergi ke gunung Libanon. Digunung keduanya berpuasa di siang hari dan malam harinya menegakkan shalat malam. Mereka hanya makan dari dedaunan pepohonan dan minum air hujan saja, dan disana mereka tinggal sangat lama.

Suatu hari Nabi Isa turun gunung menuju salah satu jurang mencari daun-daunan untuk berbuka puasa bersama. Nabi Isa turun gunung meninggalkan Ibunya, ternyata Ibunya didatangi malaikat maut (yang sebelumnya Maryam tidak tahu kalau sesosok itu malaikat maut). Malaikat maut itu mendekati seraya berkata salam.

"Assalamu`alaika wahai Maryam....orang yang patuh puasa dan shalat pada malam harinya."

"Siapa engkau!" jawab Maryam. "Sungguh sekujur badan sangat gemetar karena takut mendengar suaramu dan kewibawaanmu."

"Saya adalah malaikat maut." jawab Malaikat. "Saya tidak mengenal kasihan terhadap anak-anak karena kecilnya, tidak mengenal kata memuliakan terhadap mereka yang sudah tua atau mengenal karena kebesaran dia. Sebab Sayalah yang bertugas mencabut roh."

"Wahai Malaikat Maut.....engkau disini untuk berkunjung saja atau memangnya untuk mencabut roh saya!"

"Bersiap-siaplah engkau mati, wahai Maryam!" tegas Malaikat. "Apakah engkau tidak mengizinkanku, supaya menunggu sampai kedatangan anak kesayanganku, yang menjadi buah hatiku dan penawar atas segala kesusahanku!"

"Saya tidak diperintahkan untuk itu." tegas Malaikat maut. Dan Saya sebatas hamba yang takluk kepada perintah ALLAH. Demi ALLAH, saya tidak akan mampu mencabut nyawa seekor nyamukpun, kecuali saya sudah diperintahkan oleh ALLAH. Hal ini supaya Saya tidak menyianyiakan waktu sedetikpun, sehingga saya mencabut rohmu di tempat ini juga!"

"Wahai malaikat maut." Jawab Maryam. "Kalau engkau sudah menerima perintah dari ALLAH ta`ala, maka tunaikan saja perintah itu. "Maka Malaikat Maut mendekati dia tatkala duduk beribadah, lalu roh Maryam di cabut dan mati. Nabi Isa Al Masih terlambat datang tidak seperti biasanya. Bahkan ia kembali sampai masuk waktu ashar akhir (mendekati magrib). Dia membawa sayur mayur sekaligus kubis. Setelah meletakkan sayur mayur, kemudian Nabi Isa as ikut shalat di samping Ibunya sampai larut malam.

Tengah malam sunyi senyam, waktunya berbuka bagi Nabi Isa Al Masih. Dia memanggil halus kepada Ibundanya.

"Assalamu`alaika wahai ibu! Sesungguhnya telah masuk waktu malam, waktunya berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, serta waktu tegaknya orang-orang beribadah kepada ALLAH. Mengapa ibu tidak jua berdiri beribadah kepada ALLAH Tuhan yang Maha Pengasih!"

(tetapi ibu itu tetap diam dalam duduknya yang disangka terduduk karena shalat yang ketiduran). Nabi Isa Al Masih lantas mengulang perkataan terhadap ibunda.

"Ibu, sesungguhnya dalam tidur memang ada kenikmatan......." Nabi Isa pun lantas berdiri menghadap kiblat beribadah, tidak berbuka karena tidak bersama ibu, tidak berbuka kecuali bersama-sama ibunda.

Mulai timbul keresahan kegelisahan dalam ibadat Nabi Isa Al Masih. Dalam keadaan berdiri dan resah gelisah, dia tetap memanggil ibunya.

"Assalamu`alaika, wahai ibunda," Lirih Nabi Isa Al Masih, (karena tidak ada sahutan) dia lantas melanjutkan ibadah sampai terbit fajar pagi. Pagi yang agak kelam ini, ia meletakkan pipinya ke pipi ibunya, sambil ia berseru memanggil ibunda disertai tangisan keras kerena ibu disangka tidak beribadah sama sekali. Dia menyeru keras :

"Assalamu'alaika, wahai ibunda! Sungguh malam telah habis dan disambut oleh pagi. Adalah waktu untuk menunaikan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih..."
===========
https://www.facebook.com/groups/Mokoginta2013partII/permalink/483079981775326/
Baca selengkapnya >>

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela

Ma'asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Asssalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Islam adalah agama santun dan penuh adab. Di dalam Islam tidak dikenal
istilah mencela, apalagi mencaci maki. Islam tidak membenarka apabila
ada pemeluknya yang mencela dan mencaci maki pemeluk agama lain.

Bahkan Islam mengancam orang yang kerjanya mencela dan mengumpat dengan neraka Wail, sebagaimana Allah SWT berfirman:

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela (QS. Al-Humazah:1)
Dan kita pun dilarang memaki berhala-berhala yang disembah oleh orang
kafir. Kita dibenarkan untuk memberikan penjelasan bahwa berhala itu
tidak layak disembah. Dan bahwa benda yang tidak bisa bergerak, tidak
makan tidak minum itu tidak pantas dijadikan sesembahan manusia.
Namun caranya bukan dengan memaki berhala-berhala itu, sebab para
penyembah berhala akan sakit hati dan akan balas memaki Allah SWT.
Itulah yang dilarang Al-Quran.

Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada
mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.(QS. Al-An'am: 108)
=========================
https://www.facebook.com/groups/Mokoginta2013partII/permalink/477947558955235/
Baca selengkapnya >>

Kritik Ilmuwan-ilmuwan Kristen Terhadap Bible

Kritik terhadap Alkitab –baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru–, kebanyakan dilakukan oleh kalangan ilmuwan dan pakar agama dari kalangan mereka sendiri

Beberapa kutipan di bawah ini memperlihatkan bahwa para pakar tersebut bukannya mengatakan bahwa kitab suci mereka adalah yang paling benar, tetapi malah sebaliknya mengakui bahwa Bible ternyata adalah sebuah kitab suci yang penuh kesalahan dan rekayasa.
---------------------------------------------------
1. Dr. Mr. D. N. Mulder dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama”, tahun 1963, halaman 12 dan 13, berkata sebagai berikut:

“Buku ini dikarang pada waktu-waktu tertentu, dan pengarang-pengarangnya memang manusia juga, yang terpengaruh oleh keadaan waktunya dan oleh suasana di sekitarnya dan oleh pembawaan pengarang itu sendiri. Naskah-naskah asli dari Kitab Suci itu sudah tidak ada Iagi. Yang ada pada kita hanya turunan atau salinan. Dan salinan itu bukannya salinan langsung dari naskah asli, melainkan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin Kitab Suci itu terseliplah salah salin.”
-------------------------------------------------
2. Drs. M. E. Duyverman dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru”, tahun 1966, halaman 24 dan 25, berkata sebagai berikut:

“Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesa-lahan dalam naskah asli yang dipergunakannya, lalu kesalahan itu diperbaikinya, padahal perbaikan itu sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli. Dan kira-kira pada abad keempat, di Antiochia diadakan penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan; agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar diantara salinan-salinan yang dipergunakan dengan resmi dalam Gereja.”
----------------------------------------
3. Dr. B. J. Boland dalam bukunya “Het Johannes Evangelie”, p. 9, berkata sebagai berikut:

“Zijn ons de waarheden van het Evangelie van Jesus Christus in haar corspron-kelij-ken onvervalschen, zul veren vorm over-geleverd of zijn de door het intermediair van den Griek schen Geest, van de Griek sche reid, het laat stea an te nemen…dat de letter der Nieuw-Testament-ische boeken in de eerste eeuwen anzer jaar-telling gewichtig wijzungen moet hebben ondergaan.”

(Apakah kebenaran-kebenaran dari Injil Jesus Kristus diserahkan kepada kita dalam bentuk murninya, asli dan tidak dipalsukan, ataukah telah dirubah melalui alam fikiran kebudayaan Gerika? Umumnya yang terakhirlah yang diterima oleh orang jaman kini… bahwa tulisan-tulisan Kitab Perjanjian Baru pada dua abad pertama perhitungan tahun kita, pasti telah mengalami perubahan besar.)
----------------------------------------------
4. Dr. A. Powel Davies dalam bukunya “The meaning of the Dead Sea Scrolls The New American Library” tahun 1961 , p. 106, berkata:

“Tiga Injil pertama, yaitu Injil Synoptik, membawakan cerita yang sama. Terdapat pertentangan-pertentangan di dalamnya, sehingga tidaklah mungkin sedemikian jauh untuk mendamaikan ayat-ayat ini. Namun Injil Johannes, menceritakan cerita-cerita yang amat berbeda dari ketiga Injil pertama itu. Bila Injil Johannes yang betul, maka ketiga Injil yang lain itu salah; bila ketiga Injil itu betul, maka Injil Johannes pasti salah.”
-----------------------------------------------
5. Dr. G. C. Vari Niftrik dan Dr. B. J. Boland dalam bukunya “Dogmatika Masakini”, cetakan ketiga; tahun 1978, p. 322, berkata sebagai berikut:

“Kita tidak usah merasa malu bahwa terdapat pelbagai kekhilafan di dalam Al-Kitab; kekhilafan tentang angka-angka, perhitungan-perhitungan tahun dan fakta-fakta. Dan tak perlu kita pertanggung jawabkan kekhilafan-kekhilafan itu berdasarkan caranya isi Al-Kitab telah disampaikan kepada kita, sehingga dapat kita berkata: dalam naskah asli tentu-lah tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan-kekhilafan itu barulah ke-mudiannya terjadi di dalam turunan-turunan (salinan-salinan-pen) naskah itu.”
-----------------------------
6. Herman Bakels (1871-1954) dalam bukunya “Nij Ketters? Ya.. Om deere Gods”, p. 119-120, lewat buku “Dialog antara Ahmadiyah dengan saksi-saksi Yehowa”, p. 83 dan 88 berkata sebagai berikut:

”De andere ses Bijbels (Weda, Awesta, de boeken over Boedha, Tao-teking, Con-fusius boeken, Kor’an) ken ik niet ge-noeg…Van onzen Bijbel weet ik dit zeker. Ik heb hem dertig jaar lang van voren tot achteren doorploeterd. En ik zeg ronde-ment; ik kan in Europa geen boek dat meer stikvol dingen-die-niet-waar-zijn zit dan de Bijbel.”

(Adapun enam buah kitab (Weda, Awesta, Kitab-kitab tentang Budha, Tao-teking, Kitab–kitab Confusius, Al-Qur’an) tidak begitu saya kenal. Akan tetapi Bijbel kita ini, pasti saya ketahui. Sudah 30 tahun lamanya saya mengincah Bijbel kita ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu terus terang saya katakan, bahwa di Eropa, saya belum kenal sebuah kitab yang lebih padat dengan hal-hal yang tidak benar dari pada Bibel)
----------------------------------------
7. Surat kabar di Ghana, yaitu Harian Times, 24 Juni 1964 yang dimuat oleh harian Mercusuar Yk. tertanggal 31-8-1968; Mr. RT. Payet, di dalam parlemen inggris tahun 1964 mengusulkan kepada Pemerintah Inggris dalam hal ini The British Home Secretary agar Injil dilarang beredar. Salah satu di antara sebabnya seperti yang ia katakan sebagai berikut:

“Tidak ada di dalam sejarah satu buku yang merupakan sumber dari perbuatan-perbuatan yang brutal dan sadis selain Injil ini” (I. Sudibya Markus dalam buku “Dialog Islam–Nasrani dan Usul Pelanggaran Injil di Inggris”, terbitan Potrosari Ler. 28 Mgl.).
-----------------------------------------
8. Prof. Herbert J. Muller dalam buku “The Uses of the Past, p. 168 lewat bukunya O. Hashem, “Marxiesme dan Agama”, tahun 1965, Japi Surabaya, p. 45, berkata:

“Para sarjana menganggap bahwa naskah ini ( I Johannes 5:7) adalah suatu sisipan/tambahan kemudian, karena ayat seperti ini tidak diketemukan pada manuskrip-manuskrip terbaik”
----------------------------------------
9. Herman Bakel dan Dr. A. Powel Davies, “Injil Matius 28:19 dan Injil Markus 16:9-19 adalah sisipan. Bacalah bukunya.” (Hashem, “Jawaban Lengkap Kepada Pendeta Dr. J. Verkuyl,” terbitan JAPI, Surabaya, tahun 1969, halaman 94).
----------------------------------------
10. Uskup John Shelby Spong dalam bukunya Why Christianity Must Change or Die (1998). (Mengapa agama Kristen Harus Berubah (keimanannya) atau akan Mati).

””Kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai Jurusalamat… Ajaran ini harus dicabut dan dibuang”

Juga dalam bukunya Rescuing the Bible from Fundamentalism (1991) beliau mengatakan:

“Dia (Paulus) tidak menulis firman Allah. Yang dia tulis adalah kata-katanya sendiri yang khusus, penuh keterbatasan serta memiliki berbagai kelemahan sebagai ciri seorang manusia”
---------------------------------------------
11. DR Charles Francis Potter dalam bukunya The Lost Years of Jesus Revealed (1992).

“Para pemuka agama Kristen tidak dapat dimaafkan untuk (mempertuhankan Yesus) dengan memanfaatkan keterbatasan… berfikir orang-orang Palestina 2000 tahun yang lalu”
---------------------------------------
12. David J. Fant, seorang Setia usaha Umum bagi New York Bible Society mengatakan:

”Soalan biasanya ditanya, adakah naskah-naskah asal Alkitab masih wujud sehingga kini? Jawapannya tidak. Naskhah-naskhah asal di atas papirus dan bahan-bahan lain yang mudah rosak semuanya telah lama hilang” Kenyataan di atas dipetik daripada Rev. David J. Fant, Simple Helps and Visual Aids to Understanding The Bible, m.s. 6.
---------------------------------------------------
13. Dr. Verkuyl di dalam bukunya berjudul Fragmenta Apologetika, bahwa

”Kitab-kitab Alkitab yang seluruhnya berjumlah 66 itu, datang kepada kita dalam bentuk salinan-salinan yang beribu-ribu banyaknya. Naskah-naskah asli yang tertulis dalam tulisan tangan-autographa telah hilang semua”
----------------------------------
14. Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and fall of the Roman Empire, hal 388, mengatakan:

Plato menganggap keilahian alami terdiri dari atas tiga bagian: Penyebab awal, Firman (Logos), dan Roh alam semesta….Sistem Platonis sebagai tiga Tuhan, bersatu antara satu dengan lainnya melalui kehidupan yang baka dan misterius; dan Firman (Logos) secara khusus dianggap yang paling tepat sebagai Anak Bapak yang baka dan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta.

Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah, Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia.

Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Setelah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen.
-------------------------------------------
15. A.N.Wilson dalam bukunya Jesus A Life, 1992, hal 16 mengatakan:

“Saya harus mengakui bahwa memang tidak mungkin untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galelia abad I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua dari Trinitas.”
---------------------------------------------------
16. Sejarawan Arthur Weigall dalam bukunya Paganism in Our Chrisrianity mengatakan :

“Yesus Kristus tidak pernah menyinggung tentang fenomena seperti itu (Trinitas), dan kata Trinitas tidak di temukan dimana pun dalam kitab Perjanjian Baru. Ide ini baru dianut Gereja tiga ratus tahun setelah Yesus tiada”
---------------------------------------------
17. Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvards, dalam bukunya The Five Gospels, mengomentari ayat-ayat tambahan ini sebagai berikut :

Perintah utama dalam Matius 28:18-20….diciptakan oleh para penginjil…… memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide untuk menganjarkan ajarannya ke seluruh dunia dan (Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini (agama Kristen). Ayat ini tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus.
-------------------------------------------
18. Ajaran Trinitas tidak ditemukan baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God menjelaskan:

“Kitab Perjanjian Lama….tidak pernah mengatakan sesuatu secara jelas atau sekedar petunjuk tentang adanya Kesatuan Tiga Tuhan yakni Bapa, anak dan Roh Kudus….Tidak ada bukti tentang adanya penulis kitab suci yang memperkirakan adanya Kesatuan Tiga Tuhan…..Dugaan, adanya pendapat pendapat, bayangan, atau tanda-tanda terselubung tentang kesatuan tiga oknum dalam Kitab Perjanjian Lama, sama sekali di luar dari pengertian kata­kata maupun maksud para penulis kitab-kitab tersebut”.
-----------------------------------------------
19. Prof. John Hick dalam bukunya The Myth of God Incarnate mengatakan:

Apa yang diciptakan oleh golongan Kristen Orthodoks tentang ke-dwi sifat-an (dua kodrat) Yesus sebagai Khalik dan makhluk dalam diri Yesus hanyalah merupakan kata-kata tanpa arti….karena dengan mengatakan tanpa penjelasan bahwa manusia Yesus adalah juga Tuhan, adalah sesuatu yang tidak memiliki makna….Bahwa Yesus adalah inkarnasi Tuhan Anak secara harfiah tidak benar, karena secara harfiah tidak ada artinya dan hanya diterapkan kepada Yesus dalam mitos yang fungsinya mirip seperti pandangan tentang raja sebagai anak dewa dalam legenda
----------------------------------------------------
20. Huston Smith, pakar perbandingan agama dalam bukunya The Word’s Religion hal 340 mengomentari ke-dwi sifat-an Yesus:

“Untuk sepenuhnya ilahi, berarti dia harus bebas dari segala keterbatasan manusia. Kalau dia memiliki satu kelemahan manusia, berarti dia bukan Tuhan. Tetapi berdasarkan kredo, dia (Yesus) memiliki segala keterbatasan sebagai seorang manusia. Oleh sebab itu mana mungkin dia Tuhan?”
--------------------------------------------------------------------
21. Randolph Ross dalam bukunya Command Sense Christiannity dengan tegas mengatakan:

Bukan hanya karena sulit dimengerti, tetapi karena tidak ada maknanya….tidak hanya mustahil berdasarkan hukum alam….tetapi juga mustahil berdasarkan akal sehat dimana loqika berpikir kita didasarkan
-------------------------------------------------
22. Sedangkan tentang pencaplokan atas ajaran Platonis oleh penyalin Injil Yohanes dijelaskan oleh Santo Augustinus dalam bukunya The Confession of Saint Augustine di bawah sub judul : Kitab Suci dan Filsafat Penyembah Berhala.

“…Buku filsafat Platonis yang telah diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Latin. Di dalamnya saya baca, walaupun tidak sama persis tetapi jalan pikirannya mirip, didukung dengan berbagai argumen bahwa : Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama dengan Tuhan dan Firman itu adalah (dari) Tuhan. la (firman) pada mulanya bersama dengan Tuhan. Segala sesuatu dijadiakan oleh dia (firman) dan tanpa dia (firman) tidak ada yang di jadikan”.
=================
Original Posting lihat di sini
Baca selengkapnya >>

''kegagalan kristian dalam memahami konsep ketuhanan''

 

Manusia diciptakan telah dilengkapi naluri, salah satunya adalah naluri beragama. Keinginan untuk memuja, menyucikan sesuatu, menyandarkan hidup kepada Tuhan secara sadar atau tidak ada dalam diri manusia yang membutuhkan pemenuhan. 

Lalu bagaimana pencarian tuhan yang sebenarnya, apakah konsep bahwa tuhan harus bisa dilihat dengan menjelma menjadi manusia adalah tuhan yang benar?

Faktanya saat ini umat kristian tidak satupun bertemu dengan jelmaan Tuhan tersebut, kecuali kepercayaan yang dibangun oleh dongengan dan mimpi. 

Artinya secara tidak sadar konsep bahwa tuhan harus bisa dilihat secara nyata telah runtuh dengan tidak melihatnya para kristian terhadap jelmaan tersebut.

Tuduhan para kristian yang mengatakan Tuhan islam hanyalah fiktif, tuhan buatan seorang Muhammad adalah tuduhan yang tidak mendasar.

Faktanya beberapa ayat didalam kitab mereka sendiri menyanggah bahwa tidak ada manusia yang mampu melihat tuhan didunia ini.

Mengenal keberadaan Tuhan cukup mudah sekali bagi orang yang mau berfikir, intinya akal berperan dalam mengetahui bahwa tuhan itu ada dan tidak perlu menampakkan pada manusia.
---------------------------------------------------
Dengan berfikir terhadap ciptaanNya, baik alam semesta serta isinya. Bahkan diri kita sendiri sudah cukup bukti bahwa Tuhan itu ada tanpa harus memaksa Tuhan untuk menampakkan diri.
------------------------------------------------
Pertanyaan yang sangat mudah, apakah rasa lapar dahaga dalam diri kita sendiri atas kehendak kita sendiri?

Tentu tidak, itu semua adalah kehendak Tuhan pencipta yang memang ada, yang kita percayai tanpa harus Tuhan menampakkan diri kepada kita. :)
======================
Baca selengkapnya >>

Keistimewaan Air Zam-Zam

Ustadz Mu'tashim
Air Zam-Zam bukanlah air yang asing bagi kaum Muslimin. Air ini mempunyai keutamaan yang sangat banyak. Rasulullah telah menjelaskan kegunaan air tersebut. Beliau bersabda,"Sebaik-baik air yang ada di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit."[1] Apa rahasia dibalik air yang banyak memiliki khasiat dan penuh barakah ini?

MAKNA ZAM-ZAM
Kata Zam-Zam dalam bahasa Arab berarti, yang banyak atau melimpah [2]. Adapun air Zam-Zam yang dimaksud oleh syari'at, yaitu air yang berasal dari sumur Zam-Zam. Letaknya dengan Ka'bah, berjarak sekitar 38 hasta.

Dinamakan Zam-Zam, sesuai dengan artinya, karena memang air dari sumur tersebut sangat banyak dan berlimpah. Tidak habis walau sudah diambil dan dibawa setiap harinya ke seluruh penjuru dunia oleh kaum Muslimin.

Dinamakan dengan Zam-Zam, bisa juga diambil dari perbuatan Hajar. Ketika air Zam-Zam terpancar, ia segera mengumpulkan dan membendungnya. Atau diambil dari galian Malaikat Jibril dan perkataannya, ketika ia berkata kepada Hajar.

Disebutkan juga, bahwa nama Zam-Zam adalah 'alam, atau nama asal yang berdiri sendiri, bukan berasal dari kalimat atau kata lain. Atau juga diambil dari suara air Zam-Zam tersebut, karena zamzamatul ma` adalah, suara air itu sendiri.[3]

Nama lain Zam-Zam, sebagaimana telah diketahui, antara lain ia disebut barrah (kebaikan), madhmunah (yang berharga), taktumu (yang tersembunyi), hazmah Jibril (galian Jibril), syifa` suqim (obat penyakit), tha'amu tu'im (makanan), syarabul abrar (minuman orang-orang baik), thayyibah (yang baik) [4].

SEJARAH MUNCULNYA ZAM-ZAM
Disebutkan oleh Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, dari hadits Ibnu 'Abbas. Suatu saat, ketika berada di Mekkah, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di sekitar Ka`bah, di suatu pohon besar yang berada di atas sumur Zam-Zam. Waktu itu, tidak ada seorangpun di Mekkah, melainkan mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam meletakkan kantong berisi kurma dan air, iapun beranjak pergi. Namun Hajar mengikutinya seraya mengatakan,”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain, atau yang lainnya?"

Pertanyaan itu ia ulangi terus, tetapi Nabi Ibrahim tidak menengok kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru kepadanya,”Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?”

“Ya,” jawab Nabi Ibrahim.

"Kalau begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami,” seru Hajar. Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di Tsaniyah -jalan bebukitan, arah jalan ke Kada`. Rasulullah ketika memasuki Mekkah juga melewati jalan tersebut- dan keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim q menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa : "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur" [Ibrahim/14 : 37]

Ibunda Ismail menyusui anaknya dan meminum dari kantong air tersebut. Hingga akhirnya air itupun habis, dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, karena terus menangis. Dia pun pergi untuk mencari sumber air, karena tidak tega melihat anaknya kehausan.

Pergilah dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa, dan berdiri di atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, barangkali ada orang disana. Akan tetapi, ternyata tidak ada.

Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwa. Berdiri di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana? Tetapi, ternyata tidak juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.

Ketika berada di atas bukit Marwa, dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Diam!" Setelah diperhatikannya ternyata memang benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata, "Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?"

Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibril, yang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka keluarlah darinya pancaran air.

Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diciduknya air itu dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air. Setelah diciduk, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun minum air tersebut dan juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hambanya."

Beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun di lembah Makkah. Mereka turun karena melihat burung -burung yang berputar-putar. Mereka berkata,"Burung ini berputar-putar di sekitar air. Kami yakin di lembah ini ada air," lalu mereka mengirim utusan, dan ternyata benar mereka mendapatkan air. Utusan itupun kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang adanya air. Merekapun kemudian mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail, bahwa mereka akan mampir ke sana. Ummu Ismailpun mempersilahkan dengan syarat, bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, dan kabilah Jurhum inipun setuju [6].

PENEMUAN KEMBALI AIR ZAM-ZAM
Ketika Abdul Muthalib sedang tidur di Hijr Ismail, dia mendengar suara yang menyuruhnya menggali tanah.

"Galilah thayyibah (yang baik)!"

"Yang baik yang mana?" tanyanya.

Esoknya, ketika tidur di tempat yang sama, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali barrah (yang baik)?"

Dia bertanya, "Benda yang baik yang mana?" Lalu dia pergi.

Keesokan harinya, ketika tidur di tempat yang sama di Hijr Ismail, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali madhmunah (sesuatu yang berharga).

Dia bertanya," Benda yang baik yang mana?"

Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya : "Galilah Zam-Zam!"

Dia bertanya,"Apa itu Zam-Zam?"

Dia mendapat jawaban : "Air yang tidak kering dan tidak meluap, yang dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di antara tahi binatang dan darah. Berada di patukan gagak yang hitam, berada di sarang semut".

Sesaat Abdul Muthalib bingung dengan tempatnya tersebut, sampai akhirnya ada kejelasan dengan melihat kejadian yang diisyaratkan kepadanya. Kemudian iapun bergegas menggalinya.

Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya,"Apa yang engkau kerjakan, hai Abdul Muthalib?

Dia menjawab,"Aku diperintahkan menggali Zam-Zam," sampai akhirnya ia beserta anaknya, Harits mendapatkan apa yang diisyaratkan dalam mimpinya, menggali kembali sumur Zam-Zam yang telah lama dikubur dengan sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota Mekkah.[6]

KEUTAMAAN DAN KHASIAT AIR ZAM-ZAM
Dari penjelasan Rasulullah dan para ulama dapat diketahui, bahwa air Zam-Zam memiliki barakah dan keutamaan. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan air Zam-Zam dapat disebutkan sebagai berikut.

عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ (أخرجه أحمد وابن ماجه)

"Dari Jabir dan Ibnu 'Abbas, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya."[7]

Ibnu Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam)."[8]

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ إِنْ شَرِبْتَهُ تَسْتَشْفِي شَفاَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِشَبْعِكَ أَشْبَعَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِقَطْعِ ظَمْئِكَ قَطَعَهُ اللهُ وَهِيَ هَزْمَةُ جِبْرَائِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَسُقْيَا اللهِ إسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
رواه الدارقطني والحاكم وقال صحيح الإسناد

"Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anh, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail."[9]

وَعَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ كُنَّا نُسَمِّيْهَا شَبَّاعَةً يَعْنِيْ زَمْزَمَ وَكُنَّا نَجِدُهَا نِعْمَ الْعَوْنُ عَلَى الْعِيَالِ (رواه الطبراني في الكبير)

"Dari Abi Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda,”Kami menyebut air Zam-Zam dengan syuba'ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam-Zam adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas kemiskinanan)". [HR Tabrani] [10]

إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِسِجِلٍّ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ فَشَرِبَ مِنْهُ وَتَوَضَّأَ) رواه أحمد)

"Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air Zam-Zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya" [HR Ahmad] [11]

كَانَ يَحْمِلُ مَاءَ زَمْزَمَ ( فِيْ الأَدَاوِيْ وَالْقِرَبِ وَكَانَ يَصُبُّ عَلىَ الْمَرْضَى وَيَسْقِيهِمْ ) ] . ( حديث صحيح)

"Disebutkan dalam Silsilah Shahihah, adalah Rasululllah membawa air Zam-Zam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sedang sakit".

إِنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حِيْنَ رَكَضَ زَمْزَمَ بِعَقِبِهِ جَعَلَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ تَجْمَعُ الْبَطْحَاءَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَحِمَ اللهُ هَاجِراً وَأُمَّ إِسْمَاعِيْلَ لَوْ تَرَكَتْهَا كاَنَتْ عَيْنًا مَعِيْنًا.
( صحيح )

Tatkala Jibril memukul Zam-Zam dengan tumit kakinya, Ummi Ismail segera mengumpulkan luapan air. Nabi berkata,"Semoga Allah merahmati Hajar dan Ummu Ismail. Andai ia membiarkannya, maka akan menjadi mata air yang menggenangi (seluruh permukaan tanah)."[12]

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله - صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: "خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامُ الطَّعْمِ، وَشِفَاءُ السَّقْمِ"،

"Dari Ibnu 'Abbas, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit."[13]

Abu Dzar al Ghifari berkata,"Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar."[14]

: كُنْتُ أُجَالِسُ ابْنَ عَبَّاسٍ بِمَكَّةَ فَأَخَذَتْنِيْ الحْمُىَ فَقَالَ أَبْرِدْهَا عَنْكَ بِمَاءِ زَمْزَمَ فإَِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ( الْحُمَى مِنْ فيَحْ ِجَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ أَوْ قاَلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ ) .

"Dari Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : "Aku duduk bersama Ibnu 'Abbas di Mekkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu 'Abbas mengatakan, dinginkanlah dengan air Zam-Zam, karena Rasulullah mengatakan, sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan air atau air Zam-Zam" [15]

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّهَا كَانَتْ تَحْمِلُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ وَتُخْبِرُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ كاَنَ يَحْمِلُهُ

Dari 'Aisyah, ia membawa air Zam-Zam. Ia mengkabarkan, sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya (sebagai bekal-Pen.).[16]

Ibnul Qayyim berkata,"Aku dan selain diriku telah megalami perkara yang ajaib tatkala berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin Allah, aku telah sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga menyaksikan seseorang yang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanan selama beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Ia tidak mendapatkan rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang lain. Ia telah memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti itu selama empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima', berpuasa dan melaksanakan thawaf ".[17]

Beliau rahimahullah berkata,"Ketika berada di Mekkah, aku mengalami sakit dan tidak ada tabib dan obat (yang dapat menyembuhkannya). Akupun mengobatinya dengan meminum air Zam-Zam dan membacakan atasnya berulangkali (dengan al Fatihah), kemudian aku meminumnya. Aku mendapatkan kesembuhan yang sempurna. Akupun menjadikannya untuk bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku benar-benar banyak mengambil manfaat darinya."[18]

Demikian penjelasan singkat tentang air Zam-Zam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita dan membenarkan khasiat dan keutamaan air yang tak pernah kering tersebut, meskipun setiap hari diambil oleh banyak manusia. Dengan mengetahui secara sepintas air Zam-Zam ini, maka hendaknya dapat meningkatkan dan memperkuat sandaran dan ketergantungan kita kepada Allah. Dia-lah yang Maha Penguasa mengatur segala yang Ia kehendaki.
Wallahu a'lam.

Sumber Bacaan :
- Shahihul-Bukhari, 3/1190, Cet Daar Ibnu Katsir, al Yamamah, Beirut.
- Fat-hul Bari, 6/402, Cetakan tahun 1379, Darul Ma`rifah, Beirut.
- Shahih Muslim, 4/1919, Cetakan Dar Ihya Turats Arabi, Beirut.
- Syarh Nawawi 'ala Muslim, 8/194, Cetakan Dar Ihya` Turats al Arabi, Beirut.
- Sunan Tirmidzi, 3/295, Cetakan Dar Ihya` Turats al Arabi, Beirut.
- Bidayah wan-Nihayah, Ibnul Katsir, 2/244-245, Cetakan Maktabah al Ma`arif, Beirut.
- Musnad Ahmad, Cetakan Muassasah al Qurtubah, Mesir, halaman 1/291.
- Zaadul Maad, Cetakan Muassasah ar Risalah, Beirut, 4/162.
- Shahih Sirah Nabawiyah, al Albani, Cetakan al Maktabah Islamiyah, Beirut.
- Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani, Cetakan al Maktabah Islamiyah, Urdun, Beirut
- Irwa-ul Ghalil, al Albani, Cetakan al Maktabah Islamiyah, Beirut.
- Mukhtashar Irwa`, al Albani, Cetakan al Maktabah Islamiyah, Beirut.
- Manasik Haji wal Umrah, al Albani, Cetakan al Maktabah Islamiyah, Beirut.
- Al Mutli` 'ala Abwabul-Fiqh, al Bali, Cetakan Maktab al Islami, Beirut, halaman 1/200.
- Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan Penyuluhan Saudi Arabia, internet. www.al-islam.com
- Kamus al Munawir, Edisi II, Cetakan Pustaka Progessif.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun X/1427H/2006. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_________
Footnotes
[1]. Hadits hasan. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib, Syaikh al Albani, 2/18.
[2]. Lihat Nihayah, Ibnul Atsir, 5/605, 2/779; al Mutli` 'ala Abwabul-Fiqh, Abu Fath al Ba'li, halaman 200; kamus al Munawir, 583.
[3]. Lihat Ibnul Atsir, 2/779; al Mutli` 'ala Abwabul-Fiqh, Abu Fath al Ba'li, 1/200; Syarh Nawawi ala Muslim, 8/194.
[4]. Lihat al Mutli` 'ala Abwabul-Fiqh, Abu Fath al Ba'li, 1/200.
[5]. Lihat Fat-hul Bari, 6/402; Shahih Sirah Nabawiyah, al Albani, 40, Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan Penyuluhan Saudi Arabia, www.al-islam.com.
[6]. Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir, 2/244-245.
[7]. Hadits shahih. Lihat Irwa-ul Ghalil, al Albani, 1/218.
[8]. Lihat Hajjatun-Nabi, al Albani, 1/117.
[9]. Hadits hasan li ghairihi. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani, 2/19.
[10]. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani, 2/19
[11]. Hadits hasan. Lihat Mukhtasar Irwa-ul Ghalil, al Albani, 1/3.
[12]. Silsilah Shahihah, 4/232.
[13]. Hadits hasan. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani, 2/18.
[14]. Lihat Shahih Muslim, 4/1919, Cetakan Dar Ihya Turats Arabi, Beirut. Lihat Shahih Sirah Nabawiyah, al Albani, 129.
[15]. Lihat Shahihul-Bukhari, 3/1190, Cetakan Dar Ibnu Katsir, al Yamamah, Beirut. Dalam riwayat yang sama terdapat dalam Musnad Ahmad. Shuaib al Arnauth mengatakan, bahwa sanadnya shahih sesuai dengan syarat shahihain. Lihat Musnad Ahmad, halaman 1/291, Cetakan Muassasah al Qurtubah, Mesir.
[16]. Hadist hasan, sebagaimana yang dikatakan oleh Tirmidzi, dan dishahihkan oleh al Albani. Lihat Sunan Tirmidzi, 3/295, Cetakan Dar Ihya` Turast al Arabi, Beirut.
[17]. Lihat Zaadul Maad, 3/192, Cetakan al Misriyah.
[18]. Lihat Zaadul Maad, 4/162, Cetakan Muassasah ar-Risalah, Beirut. 
Baca selengkapnya >>

KITABULLAH

Don Brondol
Saya bertanya kepada PARA MUSLIM,, apakah Quran, Taurat dan INJIL adalah Firman Allah ? pasti iya
Apakah Muslim percaya bahwa hanya Quran yang tidak berubah, sedangkan Taurat dan Injil sudah dirubah oleh manusia ? Pasti iya

Tentunya sebagai muslim harus percaya Quran kan?

Mari kita bahas Quran...

QS 3:3
Sahih International
He has sent down upon you, [O Muhammad], the Book in truth, confirming
what was before it. And He revealed the Torah and the Gospel.
Dia menurunkan Al Kitab , kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, (3:3)
>>>" Dia " ini siapa ? Tentunya ALLAH... ALLAH Membenarkan dan
MENURUNKAN Taurat dan INJIL... >>> BERARTI TAURAT DAN INJIL
adalah FIRMAN ALLAH..<<<

mari kita lanjutkan....

QS 6:115
And the word of your Lord has been fulfilled in truth and in justice.
None can alter His words, and He is the Hearing, the Knowing.
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil.
Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang
Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. (6:115)

>> Jadi
menurut Quran.. tidak ada yang bisa merubah Firman ALLAH.. apapun itu
firmannya baik Quran, Taurat dan Injil ...( lihat QS 3:3)

lanjut
QS 18 :27
And recite, [O Muhammad], what has been revealed to you of the Book of
your Lord. There is no changer of His words, and never will you find in
other than Him a refuge.

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan
kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu Tidak ada yang dapat merobah
kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat
berlindung selain dari pada-Nya.

>> Jadi menurut Quran..
tidak ada yang bisa merubah Firman ALLAH.. apapun itu firmannya baik
Quran, Taurat dan Injil ...( lihat QS 3:3)

ingat di quran.. kata2 dalam tanda kurung itu tidak ada dalam bahasa aslinya...

Jadi..
1, kalau Quran mengatakan bahwa Injil dan Taurat sudah dirubah... maka
Quran sudah BERUBAH.... berarti Quran BUKAN FIRMAN ALLAH...

2. Kalau Quran memang FIRMAN ALLAH DAN TIDAK BERUBAH.. Lantas siapa yang
mengatakan Taurat dan Injil sudah dirubah2..????? NABI MUHAMMAD KAN ???

Jadi terbukti juga bahwa NABI MUHAMMAD adalah NABI PALSU.. yang sudah merubah2 FIRMAN ALLAH....

Gimana muslim menjelaskan hal ini ???

with thanks to Mr Shamoun...

Original Posting lihat di sini.

======================
JAWABAN TERPILIH

Gus Mendem
Masih tentang kitab wahyu yang dipalsukan, seorang debater kristen menulis begini:

MUSLIM BERPENDAPAT TAURAT ITU PALSU!
PADAHAL YANG DI DENGAR OLEH MUHAMMAD SAW WAKTU BELIAU MASIH HIDUP JUGA TAURAT.

Pertanyaan: YANG DIBACA ATAU DIDENGAR NABI MUHAMMAD SAW DI DALAM KETERANGAN HADIST SAHIH BERIKUT INI TAURAT ASLI ATAU PALSU?

[Hadits Sahih Bukhari 6336] Telah menceritakan kepada kami Ismail bin
Abdullah telah menceritakan kepadaku Malik dari Nafi dari Abdullah bin
Umar radliallahu anhuma, bahwasanya ia menuturkan; orang-orang Yahudi
mendatangi Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dan mengisahkan bahwa
ada seorang laki-laki dari mereka dan seorang wanita melakukan
perzinahan.Rasulullah bertanya:"Bagaimana yang kalian dapatkan dalam
Taurat tentang hukuman rajam?" Mereka menjawab, "Kami sekedar membongkar
kejahatannya di depan umum dan mereka didera."Serta merta Abdullah bin
Salam berdiri dan mengatakan: "Kalian semua bohong, dalam (Taurat) ada
hukuman rajam." Maka mereka membawa Taurat dan membagikannya diantara
hadirin.Salah seorang diantara mereka berusaha menutup-nutupi ayat rajam
dengan tangannya sehingga ia baca sebelum dan sesudahnya. Dengan tegas
Abdullah bin Salam menegur, "Angkat tanganmu!" ia pun mengangkat
tangannya. Ternyata di sana terdapat ayat hukum rajam. Mereka menjawab,
"Benar engkau ya Muhammad, sungguh dalam isinya terdapat hukum rajam."
Maka Rasulullah memerintakan keduanya untuk dirajam, dan diberlakukanlah
hukuman tsb. Dan kulihat si laki-laki berusaha membungkuk ke arah si
wanita untuk melindunginya dari lemparan batu.

[Hadits Sahih
Bukhari 6987] Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah
menceritakan kepada kami Utsman bin Umar telah mengabarkan kepada kami
Ali bin Mubarak dari Yaya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah berkata,"Ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani, dan
mereka menafsirkannya dengan bahasa Arab untuk pemeluk Islam." Spontan
Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Jangan kalian
membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka, katakan saja:
"Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan.

[Sumber: <a href="http://www.lidwa.com/"role=button>www.lidwa.com</a>]

JAWAB:
Riwayat di atas sesungguhnya menjelaskan dengan sendirinya makna kualitatif firman Allah SWT berikut ini:
"Hai Ahli Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami,
menjelaskan kepada kamu banyak dari isi Alkitab yang kamu sembunyikan
dan (pula yang) dibiarkannya. Sungguh telah datang kepada kamu cahaya
dari Allah dan Kitab yang terang." (QS. Al-Maaidah: 15).
Perhatikan kata "dibiarkannya" dalam ayat tsb, lalu coba fahami sendiri
bagaimana kata itu terhubung dengan Hadits Bukhari 6336 & 6987.
Sekedar illustrasi, itu pun jika anda masih pura-pura bingung
menyangkut "keaslian" Taurat (termasuk Zabur dan Injil), sebagaimana
penjelasan berikut:

Bahwa Al-Qur'an mengandung unsur Taurat,
Zabur dan Injil, bagi setiap muslim bukanlah hal yang mengherankan.
Tetapi harap digarisbawahi bahwa itu bukan berarti bahwa umat Islam
meyakini Nabi Muhammad saw telah memasukkan unsur-unsur tsb ke dalam
Al-Qur'an. Umat Islam mengerti dengan baik bahwa sejatinya yang
memasukkan unsur-unsur Taurat, Zabur dan Injil ke dalam Al-Qur'an adalah
Allah SWT sendiri melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.
Adanya persamaan ayat-ayat antara Al-Qur'an dengan ketiga kitab
pendahulunya tentu saja tidak dapat diartikan sebagai bukti bahwa
Al-Qur'an menjiplak ketiga kitab sebelumnya. Tetapi sebaliknya, justru
merupakan bukti bahwa ayat-ayat dimaksud berasal dari sumber yang sama,
yaitu Allah SWT.

Dengan demikian, tentu saja yang tertulis di
dalam Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang sebenarnya, yang tidak
pernah (berhasil) diubah oleh siapa pun, termasuk oleh umat Yahudi yang
diam-diam telah melakukan hal tsb pada tiga kitab sebelumnya.
Dengan kata lain, Al-Qur'an adalah kitab wahyu Allah SWT (yang pernah
diwahyukan) kepada para nabi terdahulu, yang kemudian diwahyukan kembali
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Karenanya, segala keterangan
menyangkut kitab-kitab terdahulu itu pun dengan sendirinya dianggap
telah termaktub dalam Al-Qur'an.

Adapun yang dimaksud dengan
Taurat, Zabur dan Injil di sini tentu saja bukan Perjanjian Baru dan
Perjanjian Lama dalam alkitab milik umat Kristen seperti sekarang ini.
Alkitab yang ada dewasa ini sudah tidak asli lagi karena sudah dikotori
oleh tangan-tangan jahil manusia yang menuliskan buah pikirannya sendiri
tetapi mengaku bahwa apa yang ditulisnya itu berasal dari Allah.
Tentang kitab Taurat, Zabur dan Injil ini, Rasulullah berpesan agar
kita jangan percaya, atau menolak keseluruhan isinya. Wasiat beliau ini
mengisyaratkan bahwa kitab-kitab tsb masih mengandung kebenaran ilahiah,
walau pun hanya sedikit.

Ayat-ayat yang masih benar dan
(boleh dianggap) asli pada umumnya adalah ayat-ayat yang sesuai dan
tidak bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an seperti contohnya dalam
Kitab Ulangan 6:4 yang menjelaskan tentang keesaan Tuhan, atau kitab
Yohanes 8: 5-7 tentang hukum rajam. Sedangkan kitab Roma 10:9 tulisan
Paulus misalnya, yang menyatakan bahwa Allah telah membangkitkan Yesus
sebagai Tuhan, tidak dapat diterima oleh umat Islam karena jelas-jelas
bertentangan dengan Al-Qur'an.

Tentang mana ayat yang benar,
mana yang tidak benar, mana yang ditambah, dikurangi, dirobah dan lain
sebagainya, itulah sesungguhnya yang menjadi tugas para Kristolog dalam
rangka membuktikan kebenaran Al-Qur'an. Sebab dengan ditemukannya
sedemikian banyak kesalahan, pertentangan, kekeliruan, penambahan,
pengurangan dan berbagai kasus absurditas dalam Alkitab justru semakin
menunjukkan dan menambah keyakinan akan kebenaran Al-Qur'an sebagai
kitab wahyu Allah yang sebenarnya.

Al-Qur'an
menginformasikan bahwa kitab-kitab wahyu sebelumnya (Taurat, Zabur dan
Injil), sudah tidak suci lagi karena ayat-ayat Tuhan di dalamnya telah
dirobah oleh tangan-tangan jahil manusia tidak bertanggungjawab.
"Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan
tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, "Ini dari Allah", karena
mereka hendak memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu"
(QS. Al-Baqarah: 79).

Karena itu, Al-Qur'an sebagai kitab
pengganti sekaligus penyempurna kitab-kitab terdahulu dijamin
keasliannya sepanjang zaman oleh Allah SWT.

"Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami pula yang
benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9).

Dalam hal ini, Al-Qur'an berfungsi sebagai kitab pengganti untuk menguji ayat-ayat yang telah dirobah tsb.
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israel sebagian
besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya." (QS.
An-Naml: 76).

Oleh karena itu tak heran apabila terdapat
beberapa persamaan antara Al-Qur'an dengan Taurat, Zabur, dan Injil.
Sebab seperti dijelaskan sebelumnya, kebenaran dalam kitab-kitab tsb
telah diwahyukan kembali oleh Allah SWT ke dalam Al-Qur'an. Bahkan
dengan beberapa keterangan menyangkut "nasib" kitab-kitab tsb setelah
ditinggal wafat oleh masing-masing nabi yang mewariskannya.
Berikut ini adalah sebagian dari penjelasan Al-Qur'an tentang kebenaran
wahyu Allah dalam kitab-kitab terdahulu yang disembunyikan:
"Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya
tatkala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada
manusia". Katakanlah, "Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa
oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab
itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan
(sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya. Padahal telah
diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui?"
(QS. Al-An'aam: 91).

Maka Nabi Muhammad diutus Allah untuk
menjelaskan isi Alkitab yang disembunyikan tsb, sebagaimana dimaksud
dalam QS. Al-Maidah: 15 di atas. Nabi Musa alaihissalam dengan
Tauratnya dan Nabi Isa alaihissalams dengan Injilnya adalah nabi-nabi
khusus untuk Bani Israel saja.

"Dan Kami jadikan Al Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil." (QS. As-Sajdah: 23).
"Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya
nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan
Allah) untuk Bani Israil." (QS. Az-Zukhruf: 59).

Al-Qur'an
sebagai kitab suci pamungkas diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad,
untuk seluruh alam semesta, termasuk orang-orang sebelumnya (pengikut
Nabi Isa as).

"Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain
daripada-Nya? Katakanlah. "Datangkanlah keterangan-keterangan kamu.
Al-Qur'an ini adalah pengajaran bagi orang-orang yang bersamaku dan
pengajaran bagi orang-orang sebelumku". Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui kebenaran, karena itu mereka berpaling." (QS. Al-Anbiyaa':
24).

"Dan tiadalah ia (Al-Qur'an) melainkan pengajaran untuk semesta alam." (QS. Al-Qalam: 52 & At-Takwiir: 27).
"Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku (Muhammad), supaya dengannya
(Al-Qur'an itu) aku memberi peringatan kepada kamu dan kepada
orang-orang yang sampai (Al-Qur'an) kepadanya." (QS. Al-An'aam: 19).
Dari sedikit penjelasan di atas, maka gugatan beberapa debater kristen
bahwa umat Islam telah mengingkari firman Allah SWT sebagaimana tertulis
dalam surah Yunus berikut sama sekali salah alamat.

"Tidaklah
mungkin Al Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Qur'an
itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan)
dari Tuhan semesta alam." (QS. Yunuis: 37)

Membenarkan
kitab-kitab terdahulu dalam ayat di atas harus dimaknai sebagai
PANGAKUAN IMAN setiap muslim bahwa Allah BENAR-BENAR telah menurunkan
kitab-kitab wahyu-Nya selain Al-Qur'an.

Tapi kata MEMBENARKAN
di atas TIDAK BOLEH DIARTIKAN sebagai pengakuan bahwa umat muslim harus
menerima kebenaran seluruh isinya.

Kenapa? Karena Al-Qur'an
sendiri menyiratkan bahwa ayat-ayat suci Tuhan di dalam kitab-kitab tsb
telah bercampur baur dengan tulisan tangan manusia yang mencurahkan buah
pikirannya sendiri, tapi mengaku bahwa apa yang ditulisnya itu adalah
firman Tuhan.

Salahsatu contoh kasus fatal dari campur tangan
manusia yang sangat merendahkan kuasa Tuhan -- karena mustahil tuhan
mengajarkan hal-hal bodoh kepada umat manusia -- dapat dilihat di sini:

https://www.facebook.com/notes/cah-bagus-menjawab-fitnah-misionaris/sains-dan-alkitab-kesalahan-fatal-pencitraan-bintang/272877702814929</a>
==========

Original Posting lihat di sini.
Baca selengkapnya >>

Kitab-Kitab Yang Ada Pada Ahli Kitab

Tim Ahli Tauhid
Sesungguhnya apa yang ada di tangan ahli kitab yang mereka namakan sebagai kitab Taurat dan Injil dapat dipastikan bahwa ia termasuk hal-hal yang tidak benar penisbatannya kepada para Nabi Allah. Maka tidak bisa dikatakan bahwa Taurat yang ada sekarang adalah Taurat yang dahulu diturunkan kepada Nabi Musa عليه السلام. Juga Injil yang ada sekarang bukanlah Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa 'عليه السلام. Jadi keduanya bukanlah kedua kitab yang kita diperintahkan untuk mengimaninya secara rinci. Dan tidak benar mengimani sesuatu yang ada dalam keduanya sebagai kalam Allah, kecuali yang ada dalam Al-Qur'an lalu dinisbatkan kepada keduanya.

Kedua kitab tersebut telah 'di-nasakh' (dicabut masa berlakunya) dan diganti oleh Al-Qur'an. Allah menyebutkan terjadinya pengubahan dan pemalsuan terhadap keduanya di lebih dari satu tempat dalam Al-Qur'an.

Allah berfirman.

"Artinya : Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, sedang mereka mengetahui" [Al-Baqarah : 75]

"Artinya : (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya. Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka ma'afkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan di antara orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani', ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi (mereka) sengaja melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya ; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari Kiamat. Dan kelak Allah akan memberikan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan. Hai ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya" [Al-Maidah : 13-15]

Di antara bentuk pengubahan yang dilakukan ahli kitab adalah penisbatan anak kepada Allah. Mahasuci Allah dari yang demikian, mereka mengatakan :

"Artinya : Orang-orang Yahudi berkata, Uzair itu putera Allah'. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allahlah mereka ; bagaimana mereka sampai berpaling?" [At-Taubah : 30]

Begitu pula pemahaman orang-orang Nasrani terhadap Nabi Isa 'عليه السلام serta perkataan mereka bahwa Allah adalah salah satu oknum dari tiga unsure (atau yang lebih dikenal dengan kepercayaan 'trinitas' ,-pent).

Allah berfirman.

"Artinya : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, 'Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam', padahal Al-Masih (sendiri) berkata, 'Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu', Sesunggunya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang zhalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, 'Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga', padahal sekali-kali tidak ada sesembahan selain dari Allah Yang Mahaesa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih" [Al-Maidah : 72-73]

Allah menjelaskan bahwa mereka telah mengubah firman-Nya. Mereka melalaikan peringatan-peringatan Allah serta menisbatkan kepada-Nya apa yang Allah Mahasuci dan bersih daripadanya. Mereka menuhankan yang lain-Nya bersama-Nya, dan berbagai hal lain yang mereka susupkan ke dalam kitab-kitab mereka. Dengan demikian tidak sah dan tidak benar penisbatan kitab-kitab ini kepada Allah.

Disamping itu ada beberapa hal yang lebih menguatkan ketidakbenaran penisbatan ini kepada Allah -di samping apa yang dinyatakan dalam Al-Qur'an-yaitu antara lain.

[a]. Sesungguhnya apa yang ada di tangan ahli kitab yang mereka yakini sebagai kitab suci adalah bukan 'nuskhah' (naskah) yang asli, akan tetapi terjemahannya.

[b]. Bahwa kitab-kitab itu telah dicampuri dengan perkataan para 'mufassir' dan para 'muarrih' (ahli sejarah), juga orang-orang yang mengambil kesimpulan hukum dan sejenisnya.

[c]. Tidak benar penisbatannya kepada rasul, karena tidak mempunyai 'sanad' yang dapat dipercaya (dipertanggung jawabkan). Taurat ditulis sesudah Nabi Musa 'عليه السلام berselang beberapa abad. Adapun Injil-injil yang ada, semuanya dinisbatkan kepada pengarang dan penulisnya, lagi pula telah dipilih dari Injil-injil yang bermacam-macam.

[d]. Bermacam-macamnya naskah serta kontradiksi yang ada didalamnya menunjukkan secara yakin atas perubahan dan pemalsuannya.

[e]. Injil-injil itu berisi aqidah-aqidah yang rusak dalam menggambarkan Sang Pencipta dan menyifatiNya dengan sifat-sifat kekurangan. Begitupula menyifati para nabi dengan sifat-sifat kotor. Karena itu orang Islam wajib meyakini bahwa kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bukanlah kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, bahkan kitab-kitab itu adalah karangan mereka sendiri. Maka kita tidak membenarkan sesuatu darinya kecuali yang dibenarkan oleh Al-Qur'an yang mulia dan As-Sunnah yang disucikan. Dan kita mendustakan apa yang didustakan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kita tidak berkomentar tentang sesuatu yang tidak dibenarkan atau didustakan oleh Al-Qur'an, karena ia mengandung kemungkinan benar atau dusta.

Wallahu a'lam!

[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffits Tsani Al-'Ali , Edisi Indonesia Kitab Tauhid-2, Penyusun Tim Ahli Tauhid, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq]
Shift-Enter to insert a line break. Press Enter to add a paragraph return.)
Baca selengkapnya >>

Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam

Bukan
mau nyara tp mau bertanya. Adakah ЎªŇб bs memberi pencerahan.
Sebenarnya hadist ЎªŇб menyatakan bahwa islam akan terpecah dlm
73golongan itu shahih apa tidak?

Thanks mohon pencerahan
================
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
MUQADDIMAH
Akhir-akhir ini kita sering dengar ada beberapa khatib dan penulis yang membawakan hadits tentang tujuh puluh dua golongan ummat Islam masuk Neraka dan hanya satu golongan ummat Islam yang masuk Surga adalah hadits yang lemah, dan mereka berkata bahwa yang benar adalah hadits yang berbunyi bahwa tujuh puluh golongan masuk Surga dan satu golongan yang masuk Neraka, yaitu kaum zindiq. Mereka melemahkan atau mendha’ifkan ‘hadits perpecahan ummat Islam menjadi tujuh puluh golongan, semua masuk Neraka dan hanya satu yang masuk Surga’ disebabkan tiga hal:

1. Karena pada sanad-sanad hadits tersebut terdapat kelemahan.
2. Karena jumlah bilangan golongan yang celaka itu berbeda-beda, misalnya; satu hadits menyebutkan tujuh puluh dua golongan yang masuk Neraka, dalam hadits yang lainnya disebutkan tujuh puluh satu golongan dan dalam hadits yang lainnya lagi disebutkan tujuh puluh golongan saja, tanpa menentukan batas.
3. Karena makna/isi hadits tersebut tidak cocok dengan akal, mereka mengatakan bahwa semestinya mayoritas ummat Islam ini menempati Surga atau minimal menjadi separuh penghuni Surga.

Dalam tulisan ini, insya Allah, saya akan menjelaskan kedudukan sebenarnya dari hadits tersebut, serta penjelasannya dari para ulama Ahli Hadits, sehingga dengan demikian akan hilang ke-musykil-an yang ada, baik dari segi sanadnya maupun maknanya.

JUMLAH HADITS TENTANG TERPECAHNYA UMMAT ISLAM
Apabila kita kumpulkan hadits-hadits tentang terpecahnya ummat menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan dan satu golongan yang masuk Surga, lebih kurang ada lima belas hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari sepuluh Imam Ahli Hadits dari 14 (empat belas) orang Shahabat Rasulullah صلی الله عليه وسلم. Yaitu:

1. Abu Hurairah رضي الله عنه.
2. Mu’awiyah bin Abi Sufyan رضي الله عنه.
3. ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash رضى الله عنهما.
4. ‘Auf bin Malik رضي الله عنه.
5. Abu Umamah al-Bahili رضي الله عنه.
6. ‘Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه.
7. Jabir bin ‘Abdillah رضى الله عنهما.
8. Sa’ad bin Abi Waqqash رضي الله عنه.
9. Abu Darda’ رضي الله عنه.
10 Watsilah bin Asqa’ رضي الله عنه.
11. ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani رضي الله عنه.
12. Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه.
13. Abu Musa al-Asy’ari رضي الله عنه.
14. Anas bin Malik رضي الله عنه.

Sebagian dari hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikut:

HADITS PERTAMA:
Hadits Abu Hurairah رضي الله عنه

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
.

Dari Abu Hurairah  رضي الله عنه, ia berkata: “Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.

Keterangan:
Hadits ini diriwayatkan oleh:
1. Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, I-Bab Syarhus Sunnah no. 4596, dan lafazh hadits di atas adalah lafazh Abu Dawud.
2. At-Tirmidzi, Kitabul Iman, 18-Bab Maa Jaa-a fiftiraaqi Haadzihil Ummah, no. 2778 dan ia berkata: “Hadits ini hasan shahih.” (Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi VII/397-398.)
3. Ibnu Majah, 36-Kitabul Fitan, 17-Bab Iftiraaqil Umam, no. 3991.
4. Imam Ahmad, dalam kitab Musnad II/332, tanpa me-nyebutkan kata “Nashara.”
5. Al-Hakim, dalam kitabnya al-Mustadrak, Kitabul Iman I/6, dan ia berkata: “Hadits ini banyak sanadnya, dan berbicara tentang masalah pokok agama.”
6. Ibnu Hibban, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mawaariduzh Zhamaan, 31-Kitabul Fitan, 4-Bab Iftiraqil Ummah, hal. 454, no. 1834.
7. Abu Ya’la al-Maushiliy, dalam kitabnya al-Musnad: Musnad Abu Hurairah, no. 5884 (cet. Daarul Kutub Ilmiyyah, Beirut).
8. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam kitabnya as-Sunnah, 19-Bab Fii ma Akhbara bihin Nabiyyu -صلی الله عليه وسلم- anna Ummatahu Sataftariqu, I/33, no. 66.
9. Ibnu Baththah, dalam kitab Ibanatul Kubra: Bab Dzikri Iftiraaqil Umam fii Diiniha, wa ‘ala kam Taftariqul Ummah? I/374-375 no. 273 tahqiq Ridha Na’san Mu’thi.
10. Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah: Bab Dzikri Iftiraqil Umam fii Diinihi, I/306 no. 22, tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiiji.

Perawi Hadits:
a. Muhammad bin ‘Amr bin ‘Alqamah bin Waqqash al-Allaitsiy.
•  Imam Abu Hatim berkata: “Ia baik haditsnya, ditulis haditsnya dan dia adalah seorang Syaikh (guru).”
•  Imam an-Nasa-i berkata: “Ia tidak apa-apa (yakni boleh dipakai), dan ia pernah berkata bahwa Muhammad bin ‘Amir adalah seorang perawi yang tsiqah.”
• Imam adz-Dzahabi berkata: “Ia adalah seorang Syaikh yang terkenal dan hasan haditsnya.”
• Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata: “Ia se-orang perawi yang benar, hanya padanya ada beberapa kesalahan.”
(Lihat al-Jarhu wat Ta’dilu VIII/30-31, Mizaanul I’tidal III/ 673 no. 8015, Tahdzibut Tahdzib IX/333-334, Taqribut Tahdzib II/119 no. 6208.)
b. Abu Salamah, yakni ‘Abdurrahman bin ‘Auf: Beliau adalah seorang perawi yang tsiqah, Abu Zur’ah ber-kata: “Ia seorang perawi yang tsiqah.”
(Lihat Tahdzibut Tahdzib XII/115, Taqribut Tahdzib II/409 no. 8177.)

Derajat Hadits
Hadits di atas derajatnya hasan, karena terdapat Muhammad bin ‘Amr, akan tetapi hadits ini menjadi shahih karena banyak syawahidnya.

Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.”

Imam al-Hakim berkata: “Hadits ini shahih menurut syarat Muslim dan keduanya (yakni al-Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya.” Dan al-Hafizh adz-Dzahabi pun menyetujuinya. (Lihat al-Mustadrak Imam al-Hakim: Kitaabul ‘Ilmi I/128.)

Ibnu Hibban dan Imam asy-Syathibi telah menshahihkan hadits di atas dalam kitab al-I’tisham (II/189).

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany juga telah menshahihkan hadits di atas dalam kitab Silsilah Ahaadits ash-Shahiihah no. 203 dan kitab Shahih at-Tirmidzi no. 2128.

HADITS KEDUA:
Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan :

عَنْ أَبِيْ عَامِرٍ الْهَوْزَنِيِّ عَبْدِ اللهِ بْنِ لُحَيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِيْ سُفْيَانَ أَنَّهُ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أََلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ اِفْتَرَقُوْا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ. ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
.

Dari Abu ‘Amir al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia (Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, (adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.”

Keterangan:
Hadits ini diriwayatkan oleh:
1. Abu Dawud, Kitabus Sunnah Bab Syarhus Sunnah no. 4597, dan lafazh hadits di atas adalah dari lafazh-nya.
2. Ad-Darimi, dalam kitab Sunan-nya (II/241) Bab fii Iftiraqi Hadzihil Ummah.
3. Imam Ahmad, dalam Musnad-nya (IV/102).
4. Al-Hakim, dalam kitab al-Mustadrak (I/128).
5. Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah (I/314-315 no. 29).
6. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam Kitabus Sunnah, (I/7) no. 1-2.
7. Ibnu Baththah, dalam kitab al-Ibaanah ‘an Syari’atil Firqah an-Najiyah (I/371) no. 268, tahqiq Ridha Na’san Mu’thi, cet.II Darur Rayah 1415 H.
8. Al-Lalikaa-iy, dalam kitab Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunah wal Jama’ah (I/113-114) no. 150, tahqiq Dr. Ahmad bin Sa’id bin Hamdan al-Ghaamidi, cet. Daar Thay-yibah th. 1418 H.
9. Al-Ashbahani, dalam kitab al-Hujjah fii Bayanil Mahajjah pasal Fii Dzikril Ahwa’ al-Madzmumah al-Qismul Awwal I/107 no. 16.

Semua Ahli Hadits di atas telah meriwayatkan dari jalan:
Shafwan bin ‘Amr, ia berkata: “Telah menceritakan kepadaku Azhar bin ‘Abdillah al-Hauzani dari Abu ‘Amr ‘Abdullah bin Luhai dari Mu’awiyah.”

Perawi Hadits
a. Shafwan bin ‘Amr bin Haram as-Saksaki, ia telah di-katakan tsiqah oleh Imam al-‘Ijliy, Abu Hatim, an-Nasa-i, Ibnu Sa’ad, Ibnul Mubarak dan lain-lain.
b. Azhar bin ‘Abdillah al-Harazi, ia telah dikatakan tsiqah oleh al-‘Ijliy dan Ibnu Hibban. Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata: “Ia adalah seorang Tabi’in dan haditsnya hasan.” Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Ia shaduq (orang yang benar) dan ia dibicarakan tentang Nashb.”  (Lihat Mizaanul I’tidal I/173, Taqribut Tahdzib I/75 no. 308, ats-Tsiqat hal. 59 karya Imam al-‘Ijly dan kitab ats-Tsiqat IV/38 karya Ibnu Hibban.)
c. Abu Amir al-Hauzani ialah Abu ‘Amir ‘Abdullah bin Luhai.
•  Imam Abu Zur’ah dan ad-Daruquthni berkata: “Ia tidak apa-apa (yakni boleh dipakai).”
• Imam al-‘Ijliy dan Ibnu Hibban berkata: “Dia orang yang tsiqah.”
• Al-Hafizh adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata: “Ia adalah seorang perawi yang tsiqah.” (Lihat al-Jarhu wat Ta’dilu V/145, Tahdzibut Tahdzib V/327, Taqribut Tahdzib I/444 dan kitab al-Kasyif II/109.)

Derajat Hadits
Derajat hadits di atas adalah hasan, karena ada seorang perawi yang bernama Azhar bin ‘Abdillah, akan tetapi hadits ini naik menjadi shahih dengan syawahidnya.

Al-Hakim berkata: “Sanad-sanad hadits (yang banyak) ini, harus dijadikan hujjah untuk menshahihkan hadits ini. dan al-Hafizh adz-Dzahabi pun menyetujuinya.” (Lihat al-Mustadrak I/128.)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits ini shahih masyhur.”
(Lihat kitab Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah I/405 karya Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany, cet. Maktabah al-Ma’arif.)

HADITS KETIGA:
Hadits ‘Auf bin Malik:

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: الْجَمَاعَةُ
.

Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata: “Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, ‘Yahudi terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, satu (golongan) masuk Surga dan yang 70 (tujuh puluh) di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di Surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.’

Keterangan
Hadits ini telah diriwayatkan oleh:
1. Ibnu Majah, dalam kitab Sunan-nya Kitabul Fitan bab Iftiraaqil Umam no. 3992.
2. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam kitab as-Sunnah I/32 no. 63.
3. Al-Lalikaa-i, dalam kitab Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunah wal Jama’ah I/113 no. 149.

Semuanya telah meriwayatkan dari jalan ‘Amr, telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin Yusuf, telah menceritakan kepadaku Shafwan bin ‘Amr dari Rasyid bin Sa’ad dari ‘Auf bin Malik.

Perawi Hadits:
a. ‘Amr bin ‘Utsman bin Sa’ad bin Katsir bin Dinar al-Himshi.
An-Nasa-i dan Ibnu Hibban berkata: “Ia merupakan seorang perawi yang tsiqah.”
b. ‘Abbad bin Yusuf al-Kindi al-Himsi.
Ia dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban. Ibnu ‘Adiy berkata: “Ia meriwayatkan dari Shafwan dan lainnya hadits-hadits yang ia menyendiri dalam meriwayatkannya.”
Ibnu Hajar berkata: “Ia maqbul (yakni bisa diterima haditsnya bila ada mutabi’nya).”
(Lihat Mizaanul I’tidal II/380, Tahdzibut Tahdzib V/96-97, Taqribut Tahdzib I/470 no. 3165.)
c. Shafwan bin ‘Amr: “Tsiqah.”  (Taqribut Tahdzib I/439 no. 2949.)
d. Raasyid bin Sa’ad: “Tsiqah.”  (Tahdzibut Tahdzib III/195, Taqribut Tahdzib I/289 no. 1859.)

Derajat Hadits
Derajat hadits ini hasan, karena ada ‘Abbad bin Yusuf, tetapi hadits ini menjadi shahih dengan beberapa syawahidnya.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani mengatakan hadits ini shahih dalam Shahih Ibnu Majah II/364 no. 3226 cetakan Maktabut Tarbiyatul ‘Arabiy li Duwalil Khalij cet. III thn. 1408 H, dan Silisilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. 1492.

HADITS KEEMPAT:
Hadits tentang terpecahnya ummat menjadi 73 golongan diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik dengan mempunyai 8 (delapan) jalan (sanad) di antaranya dari jalan Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3993:

Lafazh-nya adalah sebagai berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اِفْتَرَقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً؛ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
.

Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, ‘Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang semuanya berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni “al-Jama’ah.”

Imam al-Bushiriy berkata, “Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah.[1]

Hadits ini dishahih-kan oleh Imam al-Albany dalam shahih Ibnu Majah no. 3227.
(Lihat tujuh sanad lainnya yang terdapat dalam Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah I/360-361)


HADITS KELIMA:
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dalam Kitabul Iman, bab Maa Jaa-a Fiftiraaqi Haadzihil Ummah no. 2641 dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dan Imam al-Laalika-i juga meriwayatkan dalam kitabnya Syarah Ushuli I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/111-112 no. 147) dari Shahabat dan dari jalan yang sama, dengan ada tambahan pertanyaan, yaitu: “Siapakah golongan yang selamat itu?” Beliau صلی الله عليه وسلم menjawab:

مَاأَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِيْ


“Ialah golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para Shahabatku.”

Lafazh-nya secara lengkap adalah sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِيْ النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, ‘Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah.’ (para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau صلی الله عليه وسلم menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata: “Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”)

Perawi Hadits
Dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang lemah, yaitu ‘Abdur Rahman bin Ziyad bin An’um al-Ifriqiy. Ia dilemahkan oleh Yahya bin Ma’in, Imam Ahmad, an-Nasa-i dan selain mereka. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata: “Ia lemah hafalannya.”
(Tahdzibut Tahdzib VI/157-160, Taqribut Tahdzib I/569 no. 3876.)

Derajat Hadits
Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan, karena banyak syawahid-nya. Bukan beliau menguatkan perawi di atas, karena dalam bab Adzan beliau melemahkan perawi ini.
(Lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah no. 1348 dan kitab Shahih Tirmidzi no. 2129.)

KESIMPULAN
Kedudukan hadits-hadits di atas setelah diadakan penelitian oleh para Ahli Hadits, maka mereka berkesimpulan bahwa hadits-hadits tentang terpecahnya ummat ini menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk Neraka dan satu golongan masuk Surga adalah hadits yang shahih, yang memang sah datangnya dari Rasulullah صلی الله عليه وسلم. Dan tidak boleh seorang pun meragukan tentang keshahihan hadits-hadits tersebut, kecuali kalau ia dapat membuktikan berdasarkan ilmu hadits tentang kelemahannya.

Hadits-hadits tentang terpecahnya ummat Islam menjadi tujuh puluh tiga golongan adalah hadits yang shahih sanad dan matannya. Dan yang menyatakan hadits ini shahih adalah pakar-pakar hadits yang memang sudah ahli di bidangnya. Kemudian menurut kenyataan yang ada bahwa ummat Islam ini berpecah belah, berfirqah-firqah (bergolongan-golongan), dan setiap golongan bang-ga dengan golongannya.

Allah سبحانه و تعالى melarang ummat Islam berpecah belah seperti kaum musyrikin:

“Artinya : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama me-reka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rum: 31-32]

Nabi صلی الله عليه وسلم memberikan jalan keluar, jalan selamat dunia dan akhirat. Yaitu berpegang kepada Sunnah Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan para Shahabatnya.

ALASAN MEREKA YANG MELEMAHKAN HADITS INI SERTA BANTAHANNYA
Ada sebagian orang melemahkan hadits-hadits tersebut karena melihat jumlah yang berbeda-beda dalam penyebutan jumlah bilangan firqah (kelompok) yang binasa tersebut, yakni di satu hadits disebutkan sebanyak 70 (tujuh puluh) firqah, di hadits yang lainnya disebutkan sebanyak 71 (tujuh puluh satu) firqah, di hadits yang lainnya lagi disebutkan sebanyak 72 (tujuh puluh dua) firqah, dan hanya satu firqah yang masuk Surga.

Oleh karena itu saya akan terangkan tahqiqnya, berapa jumlah firqah yang binasa itu?

Pertama, di dalam hadits ‘Auf bin Malik dari jalan Nu’aim bin Hammad yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya (I/98) no. 172, dan Hakim (IV/ 430) disebut tujuh puluh (70) firqah lebih, dengan tidak menentukan jumlahnya yang pasti.

Akan tetapi, sanad hadits ini dha’if (lemah), karena di dalam sanadnya ada seorang perawi yang bernama Nu’aim bin Hammad al-Khuzaa’i.

Ibnu Hajar berkata, “Ia banyak salahnya.”

An-Nasa-i berkata, “Ia orang yang lemah.”

(Lihat Mizaanul I’tidal IV/267-270, Taqribut Tahdzib II/250 no. 7192 dan Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhuu’ah I/148, 402 oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.)

Kedua, di hadits Sa’ad bin Abi Waqqash dari jalan Musa bin ‘Ubaidah ar-Rabazi yang diriwayatkan oleh al-Ajurri dalam kitab asy-Sya’riah, al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-Hafizh al-Haitsami dalam kitab Kasyful Atsaar ‘an Zawaa-idil Bazzar no. 284. Dan Ibnu Baththah dalam kitab Ibanatil Kubra nomor 263, 267. Disebutkan dengan bilangan tujuh puluh satu (71) firqah, sebagaimana Bani Israil.

Akan tetapi sanad hadits ini juga dha’if, karena di dalamnya ada seorang perawi yang bernama Musa bin ‘Ubaidah, ia adalah seorang perawi yang dha’if.
(Lihat Taqribut Tahdzib II/226 no. 7015.)

Ketiga, di hadits ‘Amr bin ‘Auf dari jalan Katsir bin ‘Abdillah, dan dari Anas dari jalan Walid bin Muslim yang diriwayatkan oleh Hakim (I/129) dan Imam Ahmad di dalam Musnad-nya, disebutkan bilangan tujuh puluh dua (72) firqah.

Akan tetapi sanad hadits ini pun dha’ifun jiddan (sangat lemah), karena di dalam sanadnya ada dua orang perawi di atas.
(Taqribut Tahdzib II/39 no. 5643, Mizaanul I’tidal IV/347-348 dan Taqribut Tahdzib II/289 no. 7483.)

Keempat, dalam hadits Abu Hurairah, Mu’awiyah, ’Auf bin Malik, ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Ali bin Abi Thalib dan sebagian dari jalan Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh para imam Ahli Hadits disebut sebanyak tujuh puluh tiga (73) firqah, yaitu yang tujuh puluh dua (72) firqah masuk Neraka dan satu (1) firqah masuk Surga.

Dan derajat hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana telah dijelaskan di atas.

TARJIH
Setelah kita melewati pembahasan di atas, maka dapatlah kita simpulkan bahwa yang lebih kuat adalah yang menyebutkan dengan 73 (tujuh puluh tiga) golongan.

Kesimpulan tersebut disebabkan karena hadits-hadits yang menerangkan tentang terpecahnya ummat menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan adalah lebih banyak sanadnya dan lebih kuat dibanding hadits-hadits yang menyebut 70 (tujuh puluh), 71 (tujuh puluh satu), atau 72 (tujuh puluh dua).

MAKNA HADITS
Sebagian orang menolak hadits-hadits yang shahih karena mereka lebih mendahulukan akal daripada wahyu, padahal yang benar adalah wahyu yang berupa nash al-Qur’an dan Sunnah yang sah lebih tinggi dan jauh lebih utama dibanding dengan akal manusia. Wahyu adalah ma’shum sedangkan akal manusia tidak ma’shum. Wahyu bersifat tetap dan terpelihara sedangkan akal manusia berubah-ubah. Dan manusia mempunyai sifat-sifat kekurangan, di antaranya:

Manusia ini adalah lemah, Allah سبحانه و تعالى telah berfirman:

“Artinya : Dan diciptakan dalam keadaan lemah.” [An-Nisaa’: 28]

Dan manusia itu juga jahil (bodoh), zhalim dan sedikit ilmunya, Allah سبحانه و تعالى telah berfirman:

“Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesung-guhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.” [Al-Ahzaab: 72]

Serta seringkali berkeluh kesah, Allah سبحانه و تعالى telah berfirman:

“Artinya ; Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [Al-Ma’aarij : 19]

Sedangkan wahyu tidak ada kebathilan di dalamnya, Allah سبحانه و تعالى telah berfirman:

“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Mahabijaksana lagi Mahaterpuji.” [Al-Fushshilat : 42]

Adapun masalah makna hadits yang masih musykil (sulit difahami), maka janganlah dengan alasan tersebut kita terburu-buru untuk menolak hadits-hadits yang sahih dari Nabi صلی الله عليه وسلم, karena betapa banyaknya hadits-hadits sah yang belum dapat kita fahami makna dan maksudnya.

Permasalahan yang harus diperhatikan adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui daripada kita. Al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih tidak akan mungkin bertentangan dengan akal manusia selama-lamanya.

Rasulullah صلی الله عليه وسلم menerangkan bahwa ummatnya akan mengalami perpecahan dan perselisihan dan akan menjadi 73 (tujuh puluh tiga) firqah, semuanya ini telah terbukti.

Dan yang terpenting bagi kita sekarang ini ialah berusaha mengetahui tentang kelompok-kelompok yang binasa dan golongan yang selamat serta ciri-ciri mereka berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah yang sah dan penjelasan para Shahabat dan para ulama Salaf, agar kita termasuk ke dalam “Golongan yang selamat” dan menjauhkan diri dari kelompok-kelompok sesat yang kian hari kian berkembang.

Golongan yang selamat hanya satu, dan jalan selamat menuju kepada Allah hanya satu, Allah سبحانه و تعالى berfirman:

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada-mu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’am: 153]

Jalan yang selamat adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan para Sha-habatnya.

Bila ummat Islam ingin selamat dunia dan akhirat, maka mereka wajib mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan para Shahabatnya.

Mudah-mudahan Allah membimbing kita ke jalan selamat dan memberikan hidayah taufiq untuk mengikuti jejak Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan para Shahabatnya.

Wallahu a’lam bish shawab.

MARAJI’
1. Al-Qur-anul karim serta terjemahannya, DEPAG.
2. Shahih al-Bukhari dan Syarah-nya cet. Daarul Fikr.
3. Shahih Muslim cet. Darul Fikr (tanpa nomor) dan tarqim: Muhammad Fuad Abdul Baqi dan Syarah-nya (Syarah Imam an-Nawawy).
4. Sunan Abi Dawud.
5. Jaami’ at-Tirmidzi.
6. Sunan Ibni Majah.
7. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, cet. Daarul Fikr, th. 1398 H.
8. Sunan ad-Darimi, cet. Daarul Fikr, th. 1389 H.
9. Al-Mustadrak, oleh Imam al-Hakim, cet. Daarul Fikr, th. 1398 H.
10. Mawaariduzh Zham-aan fii Zawaa-id Ibni Hibban, oleh al-Hafizh al-Haitsamy, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
11. Musnad Abu Ya’la al-Maushiliy, oleh Abu Ya’la al-Maushiliy, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah, th. 1418 H.
12. Kitaabus Sunnah libni Abi ‘Ashim, oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1413 H.
13. Al-Ibanah ‘an Syari’atil Firqatin Najiyah (Ibaanatul Kubra), oleh Ibnu Baththah al-Ukbary, tahqiq: Ridha bin Nas’an Mu’thi, cet. Daarur Raayah, th. 1415 H.
14. As-Sunnah, oleh Imam Ibnu Abi ‘Ashim.
15. Kitaabusy Syari’ah, oleh Imam al-Ajurry, tahqiq: Dr. ‘Ab-dullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiji, th. 1418 H.
16. Al-Jarhu wat-Ta’dil, oleh Ibnu Abi Hatim ar-Raazy, cet. Daarul Fikr.
17. Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lani, cet. Daarul Fikr.
18. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lani, cet. Daarul Fikr.
19. Mizaanul I’tidaal, oleh Imam adz-Dzahabi.
20. Shahiih at-Tirmidzi bi Ikhtishaaris Sanad, oleh Imam al-Albani, cet. Maktabah at-Tarbiyah al-‘Arabi lid-Duwal al-Khalij, th. 1408 H.
21. Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Makatabah al-Ma’arif.
22. Al-I’tisham, oleh Imam asy-Syathibi, tahqiq: Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly, cet. II-Daar Ibni ‘Affan, th. 1414 H.
23. Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunah wal Jama’ah, oleh Imam al-Lalikaa-iy, tahqiq: Dr. Ahmad bin Sa’id bin Hamdan al-Ghamidi, cet. Daar Thayyibah, th. 1418 H.
24. Al-Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, oleh al-Ashbahani, tah-qiq: Syaikh Muhammad bin Rabi’ bin Hadi ‘Amir al-Madkhali, cet. Daarur Raayah, th. 1411 H.
25. Ats-Tsiqaat, oleh Imam al-’Ijly.
26. Ats-Tsiqat, oleh Imam Ibnu Hibban.
27.  Al-Kasyif, oleh Imam adz-Dzahaby.
28. Silsilatul Ahaadits adh-Dhai’fah wal Maudhuu’ah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany.
29. Shahih Ibnu Majah, oleh Syaikh Muhammad Nashirud-din al-Albany, cetakan Maktabut Tarbiyatul ‘Arabiy lid-Duwalil Khalij, cet. III, thn. 1408 H.
30. Mishbahuz Zujajah, oleh al-Hafizh al-Busairy.
31. Kasyful Atsaar ‘an Zawaa-idil Bazzar, oleh al-Hafizh al-Haitsami.

[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
_________
Foote Note
1] Lihat kitab Mishbahuz Zujajah (IV/180). Secara lengkap perkataannya adalah sebagai berikut: Ini merupakan sanad (hadits) yang shahih, para perawinya tsiqah, dan telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad juga dalam Musnad-nya dari hadits Anas pula, begitu juga diriwayatkan oleh Abu Ya'la al-Maushiliy.  
Baca selengkapnya >>