INILAH BUKTI KEHANCURAN INJIL MENURUT ALKITAB DAN AL-QUR'AN

Supaya kalian tahu saja ......
INILAH BUKTI KEHANCURAN INJIL MENURUT ALKITAB DAN AL-QUR'AN

Umat Kristen seringkali menyebut kitab-kitab kanonik di dalam Alkitab/Bible seperti Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes dengan sebutan Injil. Namun demikian, apakah kitab-kitab tersebut benar-benar merupakan Kitab Suci Injil yang diturunkan oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi Isa/Yesus kepada umat Israel?

Keterangan dari ketiga kitab kanonik tersebut (kecuali Yohanes), yang kemudian dikenal dengan sebutan kitab-kitab sinopsis karena seringkali berisi cerita yang sama tentang Yesus, memberikan penjelasan yang sangat terang berikut ini:

KITAB MARKUS

[1:14] Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,

[1:15] kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"

[1:38 ]Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang."

[1:39] Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.

[3:14] Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil

[8:35] Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.

[10:29] Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,

[13:10] Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa.

[14:9] Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."

[16:15] Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

[16:20] Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

KITAB MATIUS

[4:23] Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.

[9:35] Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

[11:1] Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. [24:14] Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."

[26:13] Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."


KITAB LUKAS

[4:43] Tetapi Ia (Yesus) berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."

[4:44] Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

[8:1] Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,

[9:6] Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.

[20:1] Pada suatu hari ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Allah dan memberitakan Injil, datanglah imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta tua-tua ke situ,

Keterangan dari ketiga kitab yang diduga umat Kristen sebagai Injil di atas, tampak jelas bahwa Yesus ketika masih berada di tengah-tengah umat Israel mengemban misi untuk menyebarkan ajaran yang tertuang dalam Kitab Suci Injil. Tentu saja, Injil yang dimaksud oleh para pengarang kitab-kitab kanonik di atas, yang diajarkan Yesus kepada umat Israel, adalah Kitab Suci Injil yang sebenarnya. Sedangkan kitab-kitab kanonik seperti Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes bukanlah Kitab Suci Injil yang sebenarnya, karena kitab-kitab kanonik tersebut ditulis jauh setelah masa kehidupan Yesus di tanah Israel. Berikut ini daftar kompilasi kitab-kitab kanonik menurut para sarjana alkitabiah[1]:

Kitab Kanonik Waktu Kompilasi
~ MARKUS ................... 65-85 M [2]
~ MATIUS .....................80-90 M [3]
~ LUKAS .......................80-110 M [4]
~ YOHANES ..................85-115 M [5]

Sementara itu, Yesus diduga "disalib" pada pertengahan masa pemerintahan Pontius Pilatus, atau sekitar tahun 30 M. Asumsi ini didasarkan pada kurun waktu Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea dari tahun 26 hingga 36 M.[6] Pontius Pilatus konon menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan.[7] Jadi, antara Injil yang diajarkan oleh Yesus dengan kitab sinopsis pertama (Markus) berjarak sekitar 40 tahun!

Jelasnya, keterangan dari kitab-kitab sinopsis di atas membuktikan bahwa kitab-kitab kanonik yang diduga Injil itu bukanlah Kitab Suci Injil yang sebenarnya, tetapi merupakan kitab-kitab biografi tentang Yesus yang memiliki nilai seni tertentu pada masa penulisannya. Sedangkan Kitab Suci Injil yang diajarkan oleh Yesus kepada umat Israel jelasnya sudah hancur oleh sekelompok tangan-tangan umat Israel sendiri. Hal ini dijelaskan oleh Kitab Suci Al-Qur'an mengenai kebiasaan buruk Bani Israel (orang-orang Yahudi) terhadap kitab suci mereka (cetak biru ditambahkan):

Apakah kamu masih mengharapkan mereka (Bani Israel) akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS. 2:75)

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah kalimat (Allah) dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. 4:46)

(Tetapi) karena mereka (orang-orang Yahudi) melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah kalimat (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. 5:13)

Keterangan dari tiga ayat Al-Qur'an di atas, yang menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi (Bani Israel) gemar merubah kalimat/firman Allah di dalam kitab suci yang diturunkan kepada mereka seperti Taurat, Zabur (Mazmur), dan Injil, semakin memperjelas fakta bahwa kitab-kitab wahyu yang orisinal tersebut benar-benar sudah hancur dan tidak dapat dikenali lagi sebagai kitab-kitab yang tunggal dan utuh.

Sebutan Taurat, Zabur (Mazmur), dan Injil yang seringkali kita dengar dari mulut golongan ahli kitab (Yahudi dan Kristen) untuk mengklaim kitab-kitab tertentu di dalam Alkitab/Bible mereka, sebenarnya merupakan sebutan terhadap kitab-kitab wahyu yang sudah berkali-kali dirubah dan ditambah oleh masing-masing pengarang/penulisnya.

Lebih jauh, Allah tidak pernah menjamin kemurnian ketiga kitab wahyu tersebut hingga akhir masa. Ini berbeda dengan Kitab Suci Al-Qur'an yang secara tegas Allah menjamin kemurniannya hingga akhir masa (QS. 15:9).

Namun demikian, melalui pemeriksaan yang hati-hati, kita mungkin masih dapat mengenali beberapa ayat tertentu dalam Alkitab/Bible yang patut diduga merupakan ayat-ayat Taurat, Zabur, dan Injil yang sebenarnya atau serpihan-serpihannya.

Adapun klaim umat Kristen bahwa yang dimaksud Kitab Suci Injil adalah kitab-kitab seperti Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes, adalah klaim yang sangat lemah, karena umat Kristen hanya mendasarkan pada satu ayat Markus berikut ini (cetak tebal ditambahkan):

Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. (Markus 1:1)

Padahal, ayat-ayat Markus lainnya (berjumlah 11 ayat di atas) secara tegas menyatakan bahwa Kitab Suci Injil adalah kitab suci yang diajarkan oleh Yesus kepada umat Israel dahulu, jauh sebelum ditulisnya Kitab Markus sendiri.


Keterangan:

[1]. Harus dibedakan pengertian antara "sarjana alkitabiah" dan "penganut Kristen". Seorang "sarjana alkitabiah" belum tentu seorang penganut Kristen, demikian pula sebaliknya, seorang "penganut Kristen" belum tentu seorang sarjana alkitabiah.

[2]. (a) Duncan GB (1971) (b) Davies JN (1929a) (c) Moffat J (1929) (d) Sundberg AC (1971) (e) Pherigo LP (1971) (f) Asimov I (1969) (g) Mack BL (1996) (h) Nineham DE (1973) (i) Leon Dufour X (1983)

[3]. (a) Duncan GB (1971) (b) Sundberg AC (1971) (c) Kee HC (1971) (d) Leon Dufour X (1983) (e) Mack BL (1996) (f) Fenton JC (1973)

[4]. (a) Mack BL (1996) (b) Asimov I (1969) (c) Duncan GB (1971) (d) Baird W (1971) (e) Sunberg AC (1971)

[5]. (a) Mack BL (1996) (b) Duncan GB (1971) (c) Shepherd MH (1971) (d) Leon Dufour X (1983)

[6]. (a) Josephus F (1988) (b) Asimov I (1969) (c) Baird W (1971) (d) Duncan GB (1971) (e) Leon Dufour X (1983)

[7]. Markus 15:15; Matius 27:26; Lukas 23:25; Yohanes 19:16
 
Baca selengkapnya >>

MERPATI

Gus Mendem
Sudah berapa lama fakta berikut ini luput dari perhatian kita ...
KAPANKAH TERAKHIR KALI ANDA SEMPAT BERFIKIR BAHWA SEBENARNYA MAKHLUK INI SUDAH 18 ABAD LAMANYA DISEMBAH OLEH UMAT PAULUS?
Baca selengkapnya >>

BENARKAH YESUS KUASA MENGAMPUNI DOSA

Gus Mendem
Masih tentang renungan yang belum terjawab ..
BENARKAH YESUS KUASA MENGAMPUNI DOSA?

Kecuali Yohanes, tiga dari empat penulis injil kanonik menuliskan ayat berikut ini sangat identikal. Terlepas bagaimana proses duplikasi ini dapat terjadi sedemikian akurat antara satu sama lain, tapi inilah ayat-ayat alkitabiah yang diklaim oleh umat keisten sebagai salahsatu bukti keilahian Yesus!

[Matius 9:6] Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"

[Markus 2:10] Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:

[Lukas 5:24] Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"

Menurut mereka, di dunia ini TIDAK ADA "manusia" yang KUASA mengampuni dosa kecuali Yesus. Dan karena kuasa seperti itu hanya ada pada Tuhan, maka jelaslah bahwa Yesus adalah Tuhan!

Sepintas, ini terdengar seperti sebuah klaim yang luar biasa DAHSYAT untuk dinisbatkan kepada seorang anak manusia biasa.

Tapi terlepas apakah mereka sadari atau tidak, nyatanya klaim ini sekaligus juga merupakan KESALAHAN FATAL dalam ajaran kristen sendiri!

Kenapa? Sebab pengakuan ini prakstis MENGGUGURKAN salah satu doktrin pokok dalam kristen.

Jika Yesus KUASA mengampuni dosa manusia, lantas ngapain juga dia harus jungkir balik disiksa dan dinista oleh segelintir umat manusia bernama Yahudi hingga akhirnya mati merana di tiang salib untuk sebuah alasan tidak masuk akal bernama PENEBUSAN DOSA?

Artinya, PASTI ADA YANG SALAH di sini!
Pertanyaannya adalah, yang manakah menurut anda yang yang sudah pasti salah, ayat-ayat ilahiah yang ditulis oleh ketiga pengarang injil kanonik di atas, atau ajaran Paulus yang "memaksa" pengikutnya untuk menerima dogma bahwa Yesus mati di tiang salib adalah demi menebus dosa manusia?

Coba anda pikir saja sendiri baik-baik deh!
Kalo ada di antara anda menganggap diri sendiri sebagai kristen cerdas dan merasa cukup punya pengetahuan untuk menjelaskan, monggo, dipersilahken!
Baca selengkapnya >>

Kursi Listrik

Pernah lihat bagaimana umat Paulus 'menggambar' salib di udara dengan menunjuk dada kanan, dada kiri, lalu jidat sendiri? Atau pernahkan ada memperhatikan dengan seksama berbagai ornament, asesoris dan simbol-simbol keagamaan mereka yang berbentuk salib?

ITU KARENA MEREKA PIKIR YESUS MATI DI TIANG SALIB!

Sekarang coba bayangkan bagaimana kira-kira mereka akan 'menggambar' di udara atau membuat segala bentuk simbol-simbol ritual keagamaan mereka jika dulu Yesus dianggap mati di kursi listrik?

PERHATIKANLAH SETIAP DETIL GAMBAR DI BAWAH INI DENGAN TELITI!
Beginilah jadinya .....



Baca selengkapnya >>

INVALIDITAS INDOKTRINASI DOSA WARIS

Coba simak sedikit lebih serius yang ini ...
INVALIDITAS INDOKTRINASI DOSA WARIS

Di antara prinsip-prinsip agama Kristen yang mendasar adalah kepercayaan kepada dosa waris bagi manusia, dengan kata lain setiap manusia dilahirkan dalam keadaan memikul dosa warisan dari leluhurnya, Adam yang telah bermaksiat kepada Allah berupa memakan buah dari pohon yang diharamkan. Kepercayaan mereka ini salah (invalid). Untuk menetapkan invaliditasnya, kami sertakan dalil-dalil yang sebagian besar kami ambil dari Kitab Suci mereka sendiri sehingga pembantahan (penyangkalan) yang dilontarkan menjadi lebih kuat dengan prinsip-prinsip “Demi mulutmu, kutundukan kamu”:

1. Secara logika dan rasio, dosa itu tidak mungkin diwariskan dari seorang bapa kepada anaknya. Seorang anak hanya mewarisi dari bapa, ibu, dan para leluhurnya sifat-sifat seperti: tinggi, warna kedua mata, bentuk bagian-bagian tubuh dan besarnya. Tetapi ia tidak mewarisi dosa. Maka jikalau bapa anda berbuat dosa, apakah anda mewarisi dosanya seperti anda mewarisi warna kedua matanya?

2. Kepercayaan kepada dosa waris bertentangan dengan prinsip siksa dan pahala. Bagaimana mungkin seorang anak disiksa lantaran dosa bapanya? Bagaimana mungkin seorang disiksa atas dosa yang tidak pernah dilakukannya?

3. Kepercayaan kepada dosa waris bertentangan dengan keadilan ketuhanan. Sesungguhnya Allah tidak menyiksa seseorang atas apa yang tidak dilakukannya sendiri, tidak pula atas apa yang dilakukan oleh bapa dan para leluhurnya. Telah tersebut dalam Kitab Perjanjian Lama. Kitab Suci bagi orang-orang Yahudi dan Kristen: “....setiap orang harus mati karena dosanya sendiri.”

4. Dalam surat Yehezkiel yang dianggap suci oleh orang-orang Yahudi dan Kristen, tersebut sebagai berikut: “Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya.” (Yehezkiel 18/20). Nash ini menunjuk pada tanggung jawab setiap orang atas dosanya dan dengan demikian, ia menafikan dosa waris.

5. Tersebut di dalam Surat Yehezkiel apa yang bertentangan dengan dosa waris. Yaitu “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18/20). Nash tersebut tidak menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa, anaknyalah yang harus mati!

6. Di dalam Kitab Yeremia disebutkan: “Melainkan setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri.” (Yeremia 31/30). Kitab ini suci bagi orang-orang Yahudi dan Kristen, dan mereka percaya bahwa ia kalam Allah. Nash ini menunjuk pada tanggung jawab setiap orang atas dosa (kesalahannya) dan sekaligus membantah adanya dosa waris.

7. Agama Kristen memandang bahwa setiap manusia dinodai dengan dosa waris sejak kelahirannya. Tetapi bagaimana mungkin seorang yang baru dilahirkan dinodai dengan dosa sedangkan ia belum berbuat dosa apapun setelah itu (kelahirannya)? Ia masih menyusu di buaian, belum bYesus membedakan mana yang halal dan mana yang haram, dan belum mampu berbicara serta berjalan, lalu bagaiman mungkin ia menjadi orang yang berdosa sedangkan ia dalam keadaan demikian?

8. Jikalau memang seseorang dilahirkan dengan menanggung dosa waris, lalu mengapa Kitab Perjanjian Lama diantaranya Taurat, tidak berbicara tentang warisan ini? Dan mengapa Kitab Perjanjian Lama (Kitab yang disucikan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi) menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dosanya sendiri.

9. Sudah dimaklumi adanya, bahwa Allah, dengan banjir pada masa kenabian Nuh, membinasakan semua makhluk kecuali Nuh sendiri dan orang-orang yang mukmin lagi shaleh.” (Kejadian 6/13-33). Atau keturunan Adam telah dibinasakan kecuali Nuh dan orang-orang yang beriman. Dengan demikian, maka banjir tersebut telah membersihkan bumi pada saat itu dari kerusakan dan dari orang-orang yang berbuat kerusakan. Jadi tidak ada tempat bagi pembicaraan tentang dosa waris karena banjir sama sekali telah memYesushkan antara dua jaman dan dua generasi.

10. Agama Kristen menisbatkan pangkal (asal) dosa kepada Adam. Tetapi hal ini bertentangan dengan Kitab Taurat (yaitu kalam Allah menurut orang-orang Yahudi dan Kristen). Taurat memandang Hawa sebagai asal sebab dosa. Sebab Hawalah yang menyesatkan Adam dimana Adam kepada Allah seraya membela dirinya: “Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang telah memberi buah dari pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kejadian 3/12). Tetapi Hawa sendiri menisbatkan dosa tersebut kepada seekor ular dimana dia berkata sambil membela dirinya: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kejadian 3/13). Menurut Kitab Taurat, Allah telah menghukum ular tersebut yaitu membuat menjalar dengan perutnya, menghukum Hawa dengan banyak mengandung dan melahirkan, dan menghukum Adam dengan jalan mengusirnya dari surga. Dan jikalau kita ingin mengembalikan dosa tersebut kepada asalnya yang pertama adalah ular, dan bukan Adam ataupun Hawa (menurut Kitab Suci mereka)!

11. Allah telah menghukum ketiga pihak yang bersyarikat dalam dosa pertama, mereka adalah ular, Hawa, dan Adam, menurut Kitab Taurat mereka. Tidakkah dosa tersebut berakhir dengan dijatuhkannya hukuman? Seseorang berbuat dosa dan menerima hukumannya, tidakkah hukuman itu menghapus dosanya?

12. Dosa waris itu bertentangan dengan keberadaan orang-orang yang benar. Allah telah menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang benar. Allah berfirman kepada Nuh: “Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Ku-lihat benar dihapan-Ku diantara orang-orang jaman ini.” (Kejadian 7/1). Jikalau setiap yang lahir mewarisi dosa, pasti tidak mungkin ada orang-orang yang benar dan shaleh di atas muka bumi! Dan hal ini bertentangan dengan realita. Bukankah para nabi termasuk orang-orang yang benar?! Nuh juga termasuk orang-orang yang benar berdasarkan nash tersebut.

13. Yesus berkata: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.” (Matius 7/17). Itu menunjuk adanya orang-orang yang shaleh dan amal-amal mereka yang shaleh, yang tidak mewarisi dosa.

14. Ketika suatu kaum mencela Yesus lantaran doanya untuk orang-orang jahat dan orang-orang-orang yang berdosa, Yesus menjawab: “Karena aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Matius 9/13). Yesus telah membagi manusia menjadi dua bagian: orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdosa (bersalah). Jadi, terdapat orang-orang yang benar, tidak mewarisi dosa, dosa yang mereka pretensikan bahwa setiap manusia mewarisinya dari adam, bapa kita yang pertama.

15. Yesus berkata: “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau dihukum.” (Matius 12/37). Perkataannya menunjukkan bahwa seseorang diberi pahala atau dihukum berdasarkan perbuatannya sendiri dan Yesus tidak berbicara tentang dosa waris.

16. Walaupun agama Kristen bersikeras terhadap prinsip dosa waris, tetapi seseorang tidak akan pernah menemukan prinsip ini disebutkan di tempat manapun di dalam Kitab Suci mereka, tidak di dalam Kitab Taurat, dan tidak pula di dalam Kitab-kitab Injil. Tidak juga pernah diucapkan oleh seorang nabi pun dari para nabi yang dipercaya oleh orang-orang Yahudi dan Kristen. Prinsip dosa waris diciptakan oleh gereja untuk menyempurnakan sandiwara yang dimainkannya. Mereka percaya akan penyaliban Al-Masih. Karena hal itu, mereka terpaksa harus mencari sebab yang membenarkan penyaliban. Lalu mereka menciptakan penebusan dengan jalan penyaliban atau penyaliban untuk menebus dosa. Setelah itu, muncul problem baru bagi mereka tentang penebusan dosa dari apa. Kemudian mereka menciptakan teori dosa waris untuk membenarkan tindakan penyaliban Yesus. Dan sebenarnya, tidak ada yang namanya dosa waris, tidak terjadi penyaliban Yesus dan penebusan dosa. Mereka memulai sandiwara tersebut dari akhirnya dan bukan dari awalnya. Pertama, mereka mengatakan Yesus dYesuslib. Kemudian mereka mencari sebabnya. Jalan keluarnya ialah bahwa penyaliban terjadi dalam rangka menebus (membebaskan) manusia dari dosa waris. Dosa itu, seperti yang telah kita katakan, tidak diwariskan dan penyaliban itu tidak untuk menebus dosa.

17. “Dosa waris bukan merupakan sesuatu yang jelas bagi teoritisi-teoritisi agama Kristen sendiri. Paulus memandang bahwa dosa Adam berpindah kepada segenap manusia.” (Roma 5/12). Tetapi di tempat lain, ia sendiri memandang bahwa dosa tersebut berpindah bukan kepada seluruhnya (semuanya) melainkan kepada banyak orang. (Roma 5/19). Terdapat perbedaan yang jelas antara semua dan banyak.

18. Paulus sendiri menafikan (meniadakan) warisan dosa, dimana ia berkata: “...sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa sebab tanpa hukum Taurat, dosa mati.” (Roma 7/7-9). Dosa dalam pandangan Paulus, di sini, berasal dari hukum-hukum Taurat bukan dari warisan!

Demikianlah kita melihat bahwa bahwa kepercayaan dosa waris merupakan kepercayaan yang salah (batil), tidak ada dasar (pijakan) nya. Tidak seorang pun dari para nabi mengatakan tentang warisan dosa. Bahkan sebaliknya, nash-nash Kitab-kitab Injil sendiri malah menunjuk pada tanggung jawab seseorang atas dosanya sendiri dalam banyak tempat. Dan dosa waris juga tidak terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama berdasarkan pengakuan para nabi sebelum Yesus. Lalu mengapa banyak muncul sejumlah ciptaan baru setelah Yesus?!

. Sebelum Yesus, Allah itu esa. Tetapi setelah Yesus datang, Tuhan menjadi tiga dalam satu!
. Sebelum Yesus, Allah tidak punya anak. Namun setelahnya, Dia menjadi punya satu anak!
. Sebelum Yesus, penebusan dosa dilakukan dengan cara mentaati Allah. Tetapi setelah Yesus datang, hal itu dilakukan dengan penyaliban!
. Sebelum Yesus, tidak terdapat dosa waris. Namun setelahnya, dosa waris muncul!

Sesungguhnya risalah Allah itu dasar-dasarnya yang pokok adalah satu dan sama. Kepercayaan-kepercayaan aneh yang muncul setelah kemunculan Yesus merupan pretensi-pretensi yang tidak ada dasarnya, pretensi-pretensi yang benar-benar diciptakan setelah Yesus beberapa masa kemudian dan Yesus bersih dari apa yang mereka nisbatkan kepadanya.

Agama Kristen gereja jauh berbeda dengan apa yang dibawa oleh Yesus. Ia aneh dalam kepercayaan-kepercayaannya yang memang tidak pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelum Yesus dan setelahnya, bahkan tidak pula oleh Yesus sendiri!

[Dari mas Achmad Fadhil | Sumber: masjidillah.com]
Baca selengkapnya >>

kenapa saya memilih menjadi muslim

Flexi Sarte:
Mereka bertanya, kenapa saya memilih menjadi muslim. Saya jawab agar saya dapat berdoa kepada Allah. Mereka bertanya siapa Allah. Saya jawab Dia adalah pencipta alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Mereka menuduh saya meninggalkan Yesus. Saya jawab justru saya semakin dekat dengannya, sebab sekarang, saya benar-benar tahu siapa dia yang sesungguhnya. Dia adalah salahsatu nabi terbaik Allah di antara nabi-nabi lain yang kita kenal sebagai Musa, Abraham, Solomon, Noah, dan nabi terakhir Muhammad (shalallahu alaihi wassalam). Lalu mereka katakan bahwa semua agama sama. Dan saya jawab, Tidak, sebab jika semua agama sama, maka kita akan meyakini dan menyembah Tuhan yang sama.

Quoted from this source:


Baca selengkapnya >>

Ucapan Selamat Pada Hari Ied

Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al Halabi Al Atsari
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya maka beliau menjawab [1] :

"Ucapan pada hari raya, di mana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Ied :

Taqabbalallahu minnaa wa minkum

"Artinya : Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

Dan ( Ahaalallahu 'alaika), dan sejenisnya, ini telah diriwayatkan dari sekelompok sahabat bahwa mereka mengerjakannya. Dan para imam memberi rukhshah untuk melakukannya seperti Imam Ahmad dan selainnya, akan tetapi Imam Ahmad berkata : Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallahu a'lam.[2]

Berkata Al Hafidh Ibnu Hajar[3] :

"Dalam "Al Mahamiliyat" dengan isnad yang hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata :

"Artinya : Para sahabat Nabi صلی الله عليه وسلم bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)".

Ibnu Qudamah dalam "Al-Mughni" (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata : "Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi صلی الله عليه وسلم. Mereka bila kembali dari shalat Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : Taqabbalallahu minnaa wa minka

Imam Ahmad menyatakan : "Isnad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)" [4]

Adapun ucapan selamat : (Kullu 'aamin wa antum bikhair) atau yang semisalnya seperti yang banyak dilakukan manusia, maka ini tertolak tidak diterima, bahkan termasuk perkara yang disinggung dalam firman Allah.

"Artinya : Apakah kalian ingin mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik.?"


[Disalin dari buku Ahkaamu Al Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein] _________
Foote Note
[1]. Majmu Al-Fatawa 24/253
[2]. Al Jalal As Suyuthi menyebutkan dalam risalahnya " Wushul Al Amani bi Ushul At Tahani" beberapa atsar yang berasal lebih darisatu ulama Salaf, di dalamnya ada penyebutan ucapan selamat
[3]. Fathul Bari 2/446
[4]. Lihat Al Jauharun Naqi 3/320. Berkata Suyuthi dalam 'Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan
Baca selengkapnya >>

Rahmat Allah Bagi Umat Muhammad Dengan Dua Hari Raya [Idul Fithri Dan Idul Adha]

.......

.......

Syaikh Ali Bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari
Dari Anas رضي الله عنه ia berkata : "Nabi صلی الله عليه وسلم datang ke Madinah sedang penduduknya memiliki dua hari raya dimana mereka bersenang-senang di dalamnya di masa jahiliyah[1]. Maka beliau bersabda :

"Artinya : Aku datang pada kalian sedang kalian memiliki dua hari yang kalian besenang-senang di dalamnya pada masa  jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari dua hari itu yaitu : hari Raya Kurban dan hari Idul Fithri". [2]

Berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna :

"Maksudnya : Karena hari Idul Fihtri dan hari raya Kurban ditetapkan oleh Allah Ta'ala, merupakan pilihan Allah untuk mahluk-Nya dan karena keduanya mengikuti pelaksanaan dua rukun Islam yang agung yaitu haji dan puasa. Pada dua hari tersebut, Allah mengampuni orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan orang-orang yang berpuasa, dan Dia menebarkan rahmat-Nya kepada seluruh mahluk-Nya yang taat. Adapun hari Nairuz dan Mahrajan merupakan pilihan para pembesar pada masa itu yang tentunya disesuaikan dengan zaman, selera dan semisalnya dari keistimewaan yang akan pudar. Maka perbedaan keistimewaan dari Idul Fithri dan Idul Adha dengan hari Nairuz dan Mahrajan sangat jelas bagi siapa yang mau memperhatikannya". [Fathur Rabbani 6/119].

Bolehnya Mendengarkan Rebana Yang Dimainkan Anak Perempuan Kecil

Dari Aisyah radliaalahu 'anha, ia berkata :

"Artinya : Rasulullah صلی الله عليه وسلم masuk menemuiku sedangkan di sisiku ada dua anak perempuan kecil yang sedang bernyanyi[3] dengan nyanyian Bu'ats. Lalu beliau berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya. Masuklah Abu Bakar, lalu dia menghardikku dan berkata : 'Seruling syaitan di sisi Nabi صلی الله عليه وسلم !?' Rasulullah صلی الله عليه وسلم kemudian menghadap ke Abu Bakar seraya berkata :'Biarkan kedua anak perempuan itu'. Ketika beliau tidur, aku memberi isyarat dengan mata kepada dua anak itu maka merekapun keluar".

Dalam riwayat lain : Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda :

"Artinya : Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita".[4]

Imam Al-Baghawi dalam "Syarhus Sunnah" (4/322) mengatakan :

"Bu'ats[5], adalah hari yang terkenal di antara hari-harinya bangsa Arab. Pada hari itu suku Aus mendapatkan kemenangan yang besar dalam peperangan dengan suku Khazraj. Peperangan antara kedua suku ini berlangsung  selama 120 tahun sampai datang Islam. Syair yang didendangkan oleh kedua anak perempuan itu berisi penggambaran (tentang) peperangan dan keberanian serta menyinggung upaya untuk membantu tegaknya perkara agama.

Adapun nyanyian yang berisi kekejian, pengakuan berbuat haram dan menampakkan kemungkaran dengan terang-terangan melalui ucapan, adalah termasuk nyanyian yang dilarang. Tidak mungkin nyanyian seperti itu yang di dendangkan di  hadapan beliau صلی الله عليه وسلم lalu dilalaikan untuk mengingkarinya.

Sabda beliau : "Ini adalah hari raya kita", beliau mengemukakan alasan dari Aisyah bahwa menampakkan kegembiraan pada dua hari raya merupakan syiar (slogan) agama ini, dan tidaklah hari raya itu seperti hari-hari lain". [Selesai ucapan Imam Al-Baghawi].

Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata :

"Dalam hadits ini ada beberapa faedah : Disyariatkan untuk memberikan kelapangan kepada keluarga pada hari-hari raya untuk melakukan berbagai hal yang dapat menyampaikan mereka pada kesenangan jiwa dan istirahatnya tubuh dari beban ibadah. Dan sesungguhnya berpaling dari hal itu lebih utama. Dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya merupakan syi'ar agama.[6]


[Disalin dari buku Ahkaamu Al' Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah edisi Idonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, hal. 8-11 terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Hussein
_________
Foote Note
[1]. Yaitu hari Nairuz dan hari Mahrajan. Lihat "Aunul Ma'bud" (3/485) oleh Al-Adhim Abadai.
[2]. Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad (3/103,178,235), Abu Daud (1134), An-Nasa'i (3/179) dan Al-Baghawi (1098)
[3]. Dalam riwayat lain ada lafadh :("dan keduanya bukanlah penyanyi"). lihat "Syarhu Muslim" (6/182) oleh An-Nawawi.
[4]. Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari 949,952,2097,3530,3931. Diriwayatkan juga oleh Muslim 892. Ahmad 6/134 dan Ibnu Majah 1898
[5]. Lihat "An-Nihayah" (1/139) oleh Ibnul Atsir Al-Jaziri
[6]. Fathul Bari (2/443). Aku telah menulis sebuah risalah tentang hukum duf (rebana). Majalah Al-Mujtama Al-Kuwaitiyah yang terbit tanggal 15 Ramadhan 1402H telah memuat suatu bagian dari risalah tersebut. Aku berbicara panjang lebar dalam risalah tersebut dan Aku tambahkan padanya yang lebih berlipat ganda dalam sebuah kitab yang rinci berjudul "Al-Jawabus Sadid 'ala Man Sa'ala an Hukmid Dufuf wal Anasyid", semoga Allah memudahkan penyelesaian kitab tersebut dan penerbitannya
Baca selengkapnya >>

Kapan Disunnahkan Makan Pada Hari Idul Fithri Dan Idul Adha

 .......

.......

Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari
Dari Anas رضي الله عنه, ia berkata :

"Artinya : Rasulullah صلی الله عليه وسلم tidak pergi (ke tanah lapang) pada hari Idul Fitri hingga beliau makan beberapa butir kurma".[1]

Berkata Imam Al Muhallab :

"Hikmah makan sebelum shalat (Idul Fithri) adalah agar orang tidak menyangka masih diharuskan puasa hingga dilaksankan shalat Id, seolah-olah beliau ingin menutup jalan menuju ke sana" [Fathul Bari 2/447, lihat di dalam kitab tersebut ucapan penulis tentang hikmah disunahkannya makan kurma]

Dari Buraidah رضي الله عنه ia berkata :

"Artinya : Nabi صلی الله عليه وسلم tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga beliau makan, sedangkan pada hari Raya Kurban beliau tidak makan hingga kembali (dari mushalla) lalu beliau makan dari sembelihannya" [2]

Al-Allamah Ibnul Qoyyim berkata :

"Adapun dalam Idul Adha, beliau tidak makan hingga kembali dari Mushalla, lalu beliau makan dari hewan kurbannya" [Zadul Ma'ad 1/441]

Al-Alamah Asy Syaukani menyatakan[3] :

"Hikmah mengakhirkan makan pada Idul Adha adalah karena hari itu disyari'atkan menyembelih kurban dan makan dari kurban tersebut, maka bagi orang yang berkurban disyariatkan agar berbukanya (makan) dengan sesuatu dari kurban tersebut. Ini dikatakan oleh Ibnu Qudamah" [Lihat Al-Mughni 2/371]

Berkata Az-Zain Ibnul Munayyir[4] :

"Makanya beliau صلی الله عليه وسلم pada masing-masing Id (Idul Fithri dan Idul Adha) terjadi pada waktu disyariatkan untuk mengeluarkan sedekah khusus dari dua hari raya tersebut, yaitu mengeluarkan zakat fithri sebelum datang ke mushalla dan mengeluarkan zakat kurban setelah menyembelihnya".


[Disalin dari buku Ahkaamu Al'Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halbi Al-Atsari hal. 23-24, terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein]
_________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Bukhari 953, Tirmidzi 543, Ibnu Majah 1754 dan Ahmad 3/125, 164, 232
[2]. Diriwayatkan Tirmidzi 542, Ibnu Majah 1756, Ad-Darimi 1/375 dan Ahmad 5/352 dan isnadnya hasan
[3]. Dalam Nailul Authar 3/357
[4]. Lihat Fathul Bari 2/448
Baca selengkapnya >>

Makna Id [Hari Raya]

.......

.......
Syaikh Ali Bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari Id secara bahasa artinya setiap hari yang didalamnya ada perkumpulan. Diambil dari kata " 'aada - yauudu " artinya kembali, karena seakan-akan mereka selalu kembali padanya. Adapula yang berpendapat bahwa Id diambil dari kata : " Adat atau kebiasaan", karena mereka menjadikannya sebagai kebiasaan. Bentuk jamaknya adalah " 'ayaada ". Bila dakatakan " Id Muslimun " maknanya : Mereka menyaksikan hari raya (Id) mereka. Ibnul A'rabi mengatakan : "Id dinamakan dengan nama tersebut karena setiap tahun ia selalu kembali dengan kegembiraan yang baru" [1]

Berkata Al-Alamah Ibnu Abidin :

"Id dinamakan dengan nama ini, karena milik Allahlah pada hari itu segala macam kebaikan, yakni macam-macam kebaikan yang kembali atas hamba-hambaNya dalam setiap hari, diantaranya : kebolehan berbuka (menyantap makanan dan minuman) setelah sebelumnya dilarang, sedekah (zakat) fithri,  sempurnanya pelaksanaan ibadah haji dengan tawaf ziarah, daging-daging kurban dan selainnya. Dan karena kebiasaan pada hari itu sarat dengan kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan dan ni'mat. [2]


[Disalin dari buku Ahkaamu Al' Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah edisi Idonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, hal. 8-11 terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Hussein]
--------
Foote Note
[1] Lisanul Arab 3/319
[2] Lihat "Hasyiyah Ibnu Abidin 2/165

Ketahuilah wahai saudaraku muslim -semoga Allah memberi taufik kepadaku dan kepadamu untuk taat kepadaNya, hari-hari raya yang Allah tetapkan untuk hamba-hambaNya telah jelas dan diketahui, yang menjadi topik bahasan dari kitab yang ada dihadapanmu ini. Adapun pada masa  sekarang, perayaan hari raya itu sangat banyak hingga tidak bisa dihitung di setiap tempat negeri Islam lebih-lebih di luar negeri Islam. Engkau bisa melihat adanya perayaan hari raya untuk pendirian bangunan, untuk kuburan tertentu, individu-individu, perayaan untuk negara dan lain-lain dari hari raya yang sama sekali tidak Allah perkenankan. Sampai-sampai didapatkan pada sebagian data statistic bahwa kaum muslimin di India memiliki 144 hari raya dalam setiap
tahun. Lihat "A Yadul Islam" (8) dengan beberapa tambahan.
Baca selengkapnya >>

Hukum Sholat Ied

.......

.......
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :

"Kami menguatkan pendapat bahwa shalat Ied hukumnya wajib bagi setiap individu (fardlu 'ain), sebagaimana ucapan Abu Hanifah[1] dan selainnya. Hal ini juga merupakan salah satu dari pendapatnya Imam Syafi'i dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Imam Ahmad.

Adapun pendapat orang yang menyatakan bahwa shalat Ied tidak wajib, ini sangat jauh dari kebenaran. Karena shalat Ied termasuk syi'ar Islam yang sangat agung. Manusia berkumpul pada saat itu lebih banyak dari pada berkumpulnya mereka untuk shalat Jum'at, serta disyari'atkan pula takbir di dalamnya.

Sedangkan pendapat yang menyatakan bahwa shalat Ied hukumnya fardhu kifayah adalah pendapat yang tidak jelas. [Majmu Fatawa 23/161]

Berkata Al-Allamah Asy Syaukani dalam "Sailul Jarar" (1/315).[2]

"Ketahuilah bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم terus menerus mengerjakan dua shalat Id ini dan tidak pernah meninggalkan satu kalipun. Dan beliau memerintahkan manusia untuk keluar mengerjakannya, hingga menyuruh wanita-wanita yang merdeka, gadis-gadis pingitan dan wanita haid.

Beliau menyuruh wanita-wanita yang haid agar menjauhi shalat dan menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. Bahkan beliau menyuruh wanita yang tidak memiliki jilbab agar dipinjamkan oleh saudaranya.[3]

Semua ini menunjukkan bahwa shalat Ied hukumnya wajib dengan kewajiban yang ditekankan atas setiap individu bukan fardhu kifayah. Perintah untuk keluar (pada saat Id) mengharuskan perintah untuk shalat bagi orang yang tidak memiliki uzur. Inilah sebenarnya inti dari ucapan Rasul, karena keluar ke tanah lapang merupakan perantara terlaksananya shalat. Maka wajibnya perantara mengharuskan wajibnya tujuan dan dalam hal ini kaum pria tentunya lebih diutamakan daripada wanita".

Kemudian beliau Rahimahullah berkata :

"Diantara dalil yang menunjukkan wajibnya shalat Ied adalah : Shalat Ied dapat menggugurkan kewajiban shalat Jum'at apabila bertetapan waktunya (yakni hari Ied jatuh pada hari Jum'at -pen)[4]. Sesuatu yang tidak wajib tidak mungkin dapat menggugurkan sesuatu yang wajib. Dan sungguh telah jelas bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم terus menerus melaksanakannya secara berjama'ah sejak disyari'atkannya sampai beliau meninggal. Dan beliau menggandengkan kelaziman ini dengan perintah beliau kepada manusia agar mereka keluar ke tanah lapang untuk melaksanakan shalat Ied"[5]

Berkata Syaikh kami Al-Albani dalam "Tamamul Minnah" (hal 344) setelah menyebutkan hadits Ummu Athiyah :

"Maka perintah yang disebutkan menunjukkan wajib. Jika diwajibkan keluar (ke tanah lapang) berarti diwajibkan shalat lebih utama sebagaimana hal ini jelas, tidak tersembunyi. Maka yang benar hukumnya wajib tidak sekedar sunnah ......"


[Disalin dari buku Ahkaamu Al'Iidaini Fii As Sunnah Al-Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al Atsari, terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein]
________________
FooteNote
[1]. Lihat "Hasyiyah Ibnu Abidin 2/166 dan sesudahnya
[2].Shiddiq Hasan Khan dalam "Al-Mau'idhah Al-Hasanah" 42-43
[3].Telah tsabit semua ini dalam hadits Ummu Athiyah yang dikeluarkan oleh Bukhari (324), (352), (971), (974), (980), (981) dan (1652). Muslim (890), Tirmidzi (539), An-Nasaa'i (3/180) Ibnu Majah (1307) dan Ahmad (5/84 dan 85).
[4]. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah -tatkala bertemu hari Id dengan hai Jum'at- Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : (1 hadits) "Artinya : Telah berkumpul pada hari kalian ini dua hari raya. Barangsiapa yang ingin (melaksanakan shalat Id) maka dia telah tercukupi dari shalat Jum'at ...." [Diriwayatkan Abu Daud (1073) dan Ibnu Majah (1311) dan sanadnya hasan. Lihat "Al-Mughni" (2/358) dan "Majmu Al-Fatawa" (24/212).
[5]. Telah lewat penyebutan dalilnya. Lihat "Nailul Authar" (3/382-383) dan "Ar-Raudlah An-Nadiyah" (1/142).
Baca selengkapnya >>

Berpenampilan Indah Pada Hari Raya

Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari
Dari Ibnu Umar رضى الله عنهما ia berkata : Umar mengambil sebuah jubah dari sutera tebal yang dijual di pasar, lalu ia datang kepada Rasulullah dan berkata :

"Artinya : Ya Rasulullah, belilah jubah ini agar engkau dapat berdandan dengannya pada hari raya dan saat menerima utusan. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda kepada Umar :'Ini adalah pakaiannya orang yang tidak mendapat bahagian (di akhirat-pent)'. Maka Umar tinggal sepanjang waktu yang Allah inginkan. Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم mengirimkan kepadanya jubah sutera. Umar menerimanya lalu mendatangi Rasulullah صلی الله عليه وسلم. Ia berkata : 'Ya Rasulullah, engkau pernah mengatakan : 'Ini adalah pakaiannya orang yang tidak mendapat bahagian', dan engkau telah mengirimkan padaku jubah ini'. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda kepada Umar :'Juallah jubah ini atau engkau penuhi kebutuhanmu dengannya". [1]

Berkata Al-Allamah As-Sindi.

"Dari hadits ini diketahui bahwa berdandan (membaguskan penampilan) pada hari raya merupakan kebiasaan yang ditetapkan di antara mereka, dan Nabi صلی الله عليه وسلم tidak mengingkarinya, maka diketahui tetapnya kebiasaan ini". [Hasyiyah As Sindi 'alan Nasa'i 3/181].

Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata.

"Ibnu Abi Dunya dan Al-Baihaqi telah meriwayatkan dengan isnad yang shahih yang sampai kepada Ibnu Umar bahwa Ibnu Umar biasa memakai pakaiannya yang paling bagus pada hari Idul Fithri dan Idul Adha".[Fathul Bari 2/439]

Beliau juga menyatakan :

"Sisi pendalilan dengan hadist ini adalah takrir-nya (penetapan) Nabi صلی الله عليه وسلم kepada Umar berdasarkan asal memperbagus penampilan itu adalah untuk hari Jum'at. Yang beliau ingkari hanyalah pemakaian perhiasan semisal itu karena ia terbuat dari sutera". [Fathul Bari 2/434].

Dalam 'Al-Mughni' (2/228) Ibnu Qudamah menyatakan :

"Ini  menunjukkan bahwa membaguskan penampilan di kalangan mereka pada saat-saat itu adalah masyhur".

Malik berkata :

"Aku mendengar ulama menganggap sunnah untuk memakai wangi-wangian dan perhiasan pada setiap hari raya".

Berkata Ibnul Qayyim dalam "Zadul Ma'ad" (1/441).

"Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan shalat) pada hari Idul Fithri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum'at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna hijau, dan terkadang mengenakan burdah berwarna merah[2], namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman".


[Disalin dari buku Ahkamu Al' Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari hal. 12-14, terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein] _______
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Bukhari 886,948,2104,2169, 3045, 5841,5891 dan 6081. Muslim 2068, Abu Daud 1076. An-Nasaa'i 3/196 dan 198. Ahmad
2/20,39 dan 49
[2]. Lihat "Silsilah As-Shahihah 1279
Baca selengkapnya >>

Mandi Sebelum Shalat Ied

Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari
Dari Nafi' ia berkata : "Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari idul Fithri sebelum pergi ke mushallah"[1]

Imam Said Ibnul Musayyib berkata :

"Artinya : Sunnah Idul Fithri itu ada tiga : berjalan kaki menuju ke mushalla, makan sebelum keluar ke mushalla dan mandi" [2].

Aku katakan : Mungkin yang beliau maksudkan adalah sunnahnya para sahabat, yakni jalan mereka dan petunjuk mereka, jika tidak, maka tidak ada sunnah yang shahih dari Nabi صلی الله عليه وسلم dalam hal demikian.

Berkata Imam Ibnu Qudamah :

"Disunnahkan untuk bersuci dengan mandi pada hari raya. Ibnu Umar biasa mandi pada hari Idul Fithri dan diriwayatkan yang demikian dari Ali رضي الله عنه. Dengan inilah Alqamah berpendapat, juga Urwah, 'Atha', An-Nakha'i, Asy-Sya'bi, Qatadah, Abuz Zinad, Malik, Asy-Syafi'i dan Ibnul Mundzir" [Al-Mughni 2/370]

Adapun yang diriwayatkan dari Rasulullah صلی الله عليه وسلم tentang mandi ini maka haditsnya dhaif (lemah) [3]


[Disalin dari buku Ahkaamu Al'Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein]
__________________
Foote Note.
[1]. Diriwayatkan Malik 1/177, Asy-Syafi'i 73 dan Abdurrazzaq 5754 dan sanadnya Shahih
[2].Diriwayatkan Al-Firyabi 127/1 dan 2, dengan isnad yang shahih, sebagaimana dalam 'Irwaul Ghalil' 2/104]
[3]. Ini diriwayatkan dalam 'Sunan Ibnu Majah' 1315 dan dalam isnadnya ada rawi bernama Jubarah Ibnul Mughallas dan gurunya, keduanya merupakan rawi yang lemah. Diriwayatkan juga dalam 1316 dan dalam sanadnya ada rawi bernama Yusuf bin Khalid As-Samti, lebih dari satu orang ahli hadits yang menganggapnya dusta (kadzab).
Baca selengkapnya >>

ISI Injil

Andri Heryanto menulis:
^_^mau minta injilyg asli pd nb muhammad ya?_^nb muhammad itu dbr al quran bkn injil
Suka · 41 menit yang lalu

***

Tanggapan:
Ternyata Muhammad sendiri tidak tau ISI Injil yang versi tuhannya sendiri --allah ta'ala-- berikan kepada Isa putra maryam!!

Apakah ada sanggahan dari ukhti Vira Julia?
--
Jawaban Terpilih :

Pak Tuoo ...............
Adapun yang dimaksud dengan Taurat, Zabur dan Injil di sini tentu saja bukan Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama dalam alkitab milik umat Kristen seperti sekarang ini. Alkitab yang ada dewasa ini sudah tidak asli lagi karena sudah dikotori oleh tangan-tangan jahil manusia yang menuliskan buah pikirannya sendiri tetapi mengaku bahwa apa yang ditulisnya itu berasal dari Allah.

Tentang kitab Taurat, Zabur dan Injil ini, Rasulullah berpesan agar kita jangan percaya, atau menolak keseluruhan isinya. Wasiat beliau ini mengisyaratkan bahwa kitab-kitab tsb masih mengandung kebenaran ilahiah, walau pun hanya sedikit.

Ayat-ayat yang masih benar dan (boleh dianggap) asli pada umumnya adalah ayat-ayat yang sesuai dan tidak bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an seperti contohnya dalam Kitab Ulangan 6:4 yang menjelaskan tentang keesaan Tuhan, atau kitab Yohanes 8: 5-7 tentang hukum rajam. Sedangkan kitab Roma 10:9 tulisan Paulus misalnya, yang menyatakan bahwa Allah telah membangkitkan Yesus sebagai Tuhan, tidak dapat diterima oleh umat Islam karena jelas-jelas bertentangan dengan Al-Qur'an.

Tentang mana ayat yang benar, mana yang tidak benar, mana yang ditambah, dikurangi, dirobah dan lain sebagainya, itulah sesungguhnya yang menjadi tugas para Kristolog dalam rangka membuktikan kebenaran Al-Qur'an. Sebab dengan ditemukannya sedemikian banyak kesalahan, pertentangan, kekeliruan, penambahan, pengurangan dan berbagai kasus absurditas dalam Alkitab justru semakin menunjukkan dan menambah keyakinan akan kebenaran Al-Qur'an sebagai kitab wahyu Allah yang sebenarnya.

Al-Qur'an menginformasikan bahwa kitab-kitab wahyu sebelumnya (Taurat, Zabur dan Injil), sudah tidak suci lagi karena ayat-ayat Tuhan di dalamnya telah dirobah oleh tangan-tangan jahil manusia tidak bertanggungjawab.

"Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, "Ini dari Allah", karena mereka hendak memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu" (QS. Al-Baqarah: 79).

Karena itu, Al-Qur'an sebagai kitab pengganti sekaligus penyempurna kitab-kitab terdahulu dijamin keasliannya sepanjang zaman oleh Allah SWT.

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9).

Dalam hal ini, Al-Qur'an berfungsi sebagai kitab pengganti untuk menguji ayat-ayat yang telah dirobah tsb.

"Sesungguhnya Al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israel sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya." (QS. An-Naml: 76).

Oleh karena itu tak heran apabila terdapat beberapa persamaan antara Al-Qur'an dengan Taurat, Zabur, dan Injil. Sebab seperti dijelaskan sebelumnya, kebenaran dalam kitab-kitab tsb telah diwahyukan kembali oleh Allah SWT ke dalam Al-Qur'an. Bahkan dengan beberapa keterangan menyangkut "nasib" kitab-kitab tsb setelah ditinggal wafat oleh masing-masing nabi yang mewariskannya.

Berikut ini adalah sebagian dari penjelasan Al-Qur'an tentang kebenaran wahyu Allah dalam kitab-kitab terdahulu yang disembunyikan:

"Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya tatkala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia". Katakanlah, "Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya. Padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui?" (QS. Al-An'aam: 91).

Maka Nabi Muhammad diutus Allah untuk menjelaskan isi Alkitab yang disembunyikan tsb, sebagaimana dimaksud dalam QS. Al-Maidah: 15 di atas. Nabi Musa alaihissalam dengan Tauratnya dan Nabi Isa alaihissalams dengan Injilnya adalah nabi-nabi khusus untuk Bani Israel saja.

"Dan Kami jadikan Al Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil." (QS. As-Sajdah: 23).

"Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil." (QS. Az-Zukhruf: 59).

Al-Qur'an sebagai kitab suci pamungkas diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, untuk seluruh alam semesta, termasuk orang-orang sebelumnya (pengikut Nabi Isa as).

"Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya? Katakanlah. "Datangkanlah keterangan-keterangan kamu. Al-Qur'an ini adalah pengajaran bagi orang-orang yang bersamaku dan pengajaran bagi orang-orang sebelumku". Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui kebenaran, karena itu mereka berpaling." (QS. Al-Anbiyaa': 24).

"Dan tiadalah ia (Al-Qur'an) melainkan pengajaran untuk semesta alam."
(QS. Al-Qalam: 52 & At-Takwiir: 27).

"Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku (Muhammad), supaya dengannya (Al-Qur'an itu) aku memberi peringatan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sampai (Al-Qur'an) kepadanya."
(QS. Al-An'aam: 19).

Dari sedikit penjelasan di atas, maka gugatan beberapa debater kristen bahwa umat Islam telah mengingkari firman Allah SWT sebagaimana tertulis dalam surah Yunus berikut sama sekali salah alamat.

"Tidaklah mungkin Al Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam." (QS. Yunuis: 37)

Membenarkan kitab-kitab terdahulu dalam ayat di atas harus dimaknai sebagai PANGAKUAN IMAN setiap muslim bahwa Allah BENAR-BENAR telah menurunkan kitab-kitab wahyu-Nya selain Al-Qur'an.

Tapi kata MEMBENARKAN di atas TIDAK BOLEH DIARTIKAN sebagai pengakuan bahwa umat muslim harus menerima kebenaran seluruh isinya.

Kenapa? Karena Al-Qur'an sendiri menyiratkan bahwa ayat-ayat suci Tuhan di dalam kitab-kitab tsb telah bercampur baur dengan tulisan tangan manusia yang mencurahkan buah pikirannya sendiri, tapi mengaku bahwa apa yang ditulisnya itu adalah firman Tuhan.

Salahsatu contoh kasus fatal dari campur tangan manusia yang sangat merendahkan kuasa Tuhan -- karena mustahil tuhan mengajarkan hal-hal bodoh kepada umat manusia -- dapat dilihat di sini.

[II Korintus 11 : 17] "Apa yang aku (Paulus) katakan, aku mengatakannya bukan sebagai orang yang berkata menurut firman tuhan, melainkan sebagai orang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah sedikit".

[I korintus 7:25] "Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku (paulus) TIDAK MENDAPAT PERINTAH DARI TUHAN. Tetapi aku memberikan PENDAPATKU sebagai orang yang dapat dipercaya karena rahmat yang didapatnya dari Allah".

[II Korintus 8:8] "Aku (paulus) mengatakan hal itu BUKAN SEBAGAI PERINTAH, melainkan dengan menujukan usaha orang orang lain untuk membantu, aku (paulus) mau menguji keikhlasan kasih kamu."

==========================
Original Posting lihat disini.


Baca juga : KEKINIAN TAURAT, ZABUR, DAN INJIL MENURUT AL-QUR'AN
Baca selengkapnya >>