Coba
simak sedikit lebih serius yang ini ...
INVALIDITAS
INDOKTRINASI DOSA WARIS
Di
antara prinsip-prinsip agama Kristen yang mendasar adalah kepercayaan kepada
dosa waris bagi manusia, dengan kata lain setiap manusia dilahirkan dalam
keadaan memikul dosa warisan dari leluhurnya, Adam yang telah bermaksiat kepada
Allah berupa memakan buah dari pohon yang diharamkan. Kepercayaan mereka ini
salah (invalid). Untuk menetapkan invaliditasnya, kami sertakan dalil-dalil yang
sebagian besar kami ambil dari Kitab Suci mereka sendiri sehingga pembantahan
(penyangkalan) yang dilontarkan menjadi lebih kuat dengan prinsip-prinsip “Demi
mulutmu, kutundukan kamu”:
1.
Secara logika dan rasio, dosa itu tidak mungkin diwariskan dari seorang bapa
kepada anaknya. Seorang anak hanya mewarisi dari bapa, ibu, dan para leluhurnya
sifat-sifat seperti: tinggi, warna kedua mata, bentuk bagian-bagian tubuh dan
besarnya. Tetapi ia tidak mewarisi dosa. Maka jikalau bapa anda berbuat dosa,
apakah anda mewarisi dosanya seperti anda mewarisi warna kedua matanya?
2. Kepercayaan kepada dosa waris
bertentangan dengan prinsip siksa dan pahala. Bagaimana mungkin seorang anak
disiksa lantaran dosa bapanya? Bagaimana mungkin seorang disiksa atas dosa yang
tidak pernah dilakukannya?
3.
Kepercayaan kepada dosa waris bertentangan dengan keadilan ketuhanan.
Sesungguhnya Allah tidak menyiksa seseorang atas apa yang tidak dilakukannya
sendiri, tidak pula atas apa yang dilakukan oleh bapa dan para leluhurnya. Telah
tersebut dalam Kitab Perjanjian Lama. Kitab Suci bagi orang-orang Yahudi dan
Kristen: “....setiap orang harus mati karena dosanya sendiri.”
4. Dalam surat Yehezkiel yang
dianggap suci oleh orang-orang Yahudi dan Kristen, tersebut sebagai berikut:
“Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut
menanggung kesalahan anaknya.” (Yehezkiel 18/20). Nash ini menunjuk pada
tanggung jawab setiap orang atas dosanya dan dengan demikian, ia menafikan dosa
waris.
5. Tersebut di dalam
Surat Yehezkiel apa yang bertentangan dengan dosa waris. Yaitu “Orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18/20). Nash tersebut tidak
menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa, anaknyalah yang harus mati!
6. Di dalam Kitab Yeremia
disebutkan: “Melainkan setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri.”
(Yeremia 31/30). Kitab ini suci bagi orang-orang Yahudi dan Kristen, dan mereka
percaya bahwa ia kalam Allah. Nash ini menunjuk pada tanggung jawab setiap orang
atas dosa (kesalahannya) dan sekaligus membantah adanya dosa waris.
7. Agama Kristen memandang bahwa
setiap manusia dinodai dengan dosa waris sejak kelahirannya. Tetapi bagaimana
mungkin seorang yang baru dilahirkan dinodai dengan dosa sedangkan ia belum
berbuat dosa apapun setelah itu (kelahirannya)? Ia masih menyusu di buaian,
belum bYesus membedakan mana yang halal dan mana yang haram, dan belum mampu
berbicara serta berjalan, lalu bagaiman mungkin ia menjadi orang yang berdosa
sedangkan ia dalam keadaan demikian?
8. Jikalau memang seseorang dilahirkan dengan menanggung
dosa waris, lalu mengapa Kitab Perjanjian Lama diantaranya Taurat, tidak
berbicara tentang warisan ini? Dan mengapa Kitab Perjanjian Lama (Kitab yang
disucikan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi) menyatakan bahwa setiap orang
bertanggung jawab atas dosanya sendiri.
9. Sudah dimaklumi adanya, bahwa Allah, dengan banjir pada
masa kenabian Nuh, membinasakan semua makhluk kecuali Nuh sendiri dan
orang-orang yang mukmin lagi shaleh.” (Kejadian 6/13-33). Atau keturunan Adam
telah dibinasakan kecuali Nuh dan orang-orang yang beriman. Dengan demikian,
maka banjir tersebut telah membersihkan bumi pada saat itu dari kerusakan dan
dari orang-orang yang berbuat kerusakan. Jadi tidak ada tempat bagi pembicaraan
tentang dosa waris karena banjir sama sekali telah memYesushkan antara dua jaman
dan dua generasi.
10. Agama
Kristen menisbatkan pangkal (asal) dosa kepada Adam. Tetapi hal ini bertentangan
dengan Kitab Taurat (yaitu kalam Allah menurut orang-orang Yahudi dan Kristen).
Taurat memandang Hawa sebagai asal sebab dosa. Sebab Hawalah yang menyesatkan
Adam dimana Adam kepada Allah seraya membela dirinya: “Perempuan yang Kau
tempatkan di sisiku, dialah yang telah memberi buah dari pohon itu kepadaku,
maka kumakan.” (Kejadian 3/12). Tetapi Hawa sendiri menisbatkan dosa tersebut
kepada seekor ular dimana dia berkata sambil membela dirinya: “Ular itu yang
memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kejadian 3/13). Menurut Kitab Taurat, Allah
telah menghukum ular tersebut yaitu membuat menjalar dengan perutnya, menghukum
Hawa dengan banyak mengandung dan melahirkan, dan menghukum Adam dengan jalan
mengusirnya dari surga. Dan jikalau kita ingin mengembalikan dosa tersebut
kepada asalnya yang pertama adalah ular, dan bukan Adam ataupun Hawa (menurut
Kitab Suci mereka)!
11. Allah
telah menghukum ketiga pihak yang bersyarikat dalam dosa pertama, mereka adalah
ular, Hawa, dan Adam, menurut Kitab Taurat mereka. Tidakkah dosa tersebut
berakhir dengan dijatuhkannya hukuman? Seseorang berbuat dosa dan menerima
hukumannya, tidakkah hukuman itu menghapus dosanya?
12. Dosa waris itu bertentangan dengan keberadaan
orang-orang yang benar. Allah telah menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang
benar. Allah berfirman kepada Nuh: “Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan
seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Ku-lihat benar dihapan-Ku diantara
orang-orang jaman ini.” (Kejadian 7/1). Jikalau setiap yang lahir mewarisi dosa,
pasti tidak mungkin ada orang-orang yang benar dan shaleh di atas muka bumi! Dan
hal ini bertentangan dengan realita. Bukankah para nabi termasuk orang-orang
yang benar?! Nuh juga termasuk orang-orang yang benar berdasarkan nash
tersebut.
13. Yesus berkata:
“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.” (Matius 7/17).
Itu menunjuk adanya orang-orang yang shaleh dan amal-amal mereka yang shaleh,
yang tidak mewarisi dosa.
14.
Ketika suatu kaum mencela Yesus lantaran doanya untuk orang-orang jahat dan
orang-orang-orang yang berdosa, Yesus menjawab: “Karena aku datang bukan untuk
memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Matius 9/13). Yesus telah
membagi manusia menjadi dua bagian: orang-orang yang benar dan orang-orang yang
berdosa (bersalah). Jadi, terdapat orang-orang yang benar, tidak mewarisi dosa,
dosa yang mereka pretensikan bahwa setiap manusia mewarisinya dari adam, bapa
kita yang pertama.
15. Yesus
berkata: “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu
pula engkau dihukum.” (Matius 12/37). Perkataannya menunjukkan bahwa seseorang
diberi pahala atau dihukum berdasarkan perbuatannya sendiri dan Yesus tidak
berbicara tentang dosa waris.
16. Walaupun agama Kristen bersikeras terhadap prinsip dosa
waris, tetapi seseorang tidak akan pernah menemukan prinsip ini disebutkan di
tempat manapun di dalam Kitab Suci mereka, tidak di dalam Kitab Taurat, dan
tidak pula di dalam Kitab-kitab Injil. Tidak juga pernah diucapkan oleh seorang
nabi pun dari para nabi yang dipercaya oleh orang-orang Yahudi dan Kristen.
Prinsip dosa waris diciptakan oleh gereja untuk menyempurnakan sandiwara yang
dimainkannya. Mereka percaya akan penyaliban Al-Masih. Karena hal itu, mereka
terpaksa harus mencari sebab yang membenarkan penyaliban. Lalu mereka
menciptakan penebusan dengan jalan penyaliban atau penyaliban untuk menebus
dosa. Setelah itu, muncul problem baru bagi mereka tentang penebusan dosa dari
apa. Kemudian mereka menciptakan teori dosa waris untuk membenarkan tindakan
penyaliban Yesus. Dan sebenarnya, tidak ada yang namanya dosa waris, tidak
terjadi penyaliban Yesus dan penebusan dosa. Mereka memulai sandiwara tersebut
dari akhirnya dan bukan dari awalnya. Pertama, mereka mengatakan Yesus
dYesuslib. Kemudian mereka mencari sebabnya. Jalan keluarnya ialah bahwa
penyaliban terjadi dalam rangka menebus (membebaskan) manusia dari dosa waris.
Dosa itu, seperti yang telah kita katakan, tidak diwariskan dan penyaliban itu
tidak untuk menebus dosa.
17.
“Dosa waris bukan merupakan sesuatu yang jelas bagi teoritisi-teoritisi agama
Kristen sendiri. Paulus memandang bahwa dosa Adam berpindah kepada segenap
manusia.” (Roma 5/12). Tetapi di tempat lain, ia sendiri memandang bahwa dosa
tersebut berpindah bukan kepada seluruhnya (semuanya) melainkan kepada banyak
orang. (Roma 5/19). Terdapat perbedaan yang jelas antara semua dan banyak.
18. Paulus sendiri menafikan
(meniadakan) warisan dosa, dimana ia berkata: “...sebaliknya, justru oleh hukum
Taurat aku telah mengenal dosa sebab tanpa hukum Taurat, dosa mati.” (Roma
7/7-9). Dosa dalam pandangan Paulus, di sini, berasal dari hukum-hukum Taurat
bukan dari warisan!
Demikianlah
kita melihat bahwa bahwa kepercayaan dosa waris merupakan kepercayaan yang salah
(batil), tidak ada dasar (pijakan) nya. Tidak seorang pun dari para nabi
mengatakan tentang warisan dosa. Bahkan sebaliknya, nash-nash Kitab-kitab Injil
sendiri malah menunjuk pada tanggung jawab seseorang atas dosanya sendiri dalam
banyak tempat. Dan dosa waris juga tidak terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama
berdasarkan pengakuan para nabi sebelum Yesus. Lalu mengapa banyak muncul
sejumlah ciptaan baru setelah Yesus?!
. Sebelum Yesus, Allah itu esa. Tetapi setelah Yesus
datang, Tuhan menjadi tiga dalam satu!
. Sebelum Yesus,
Allah tidak punya anak. Namun setelahnya, Dia menjadi punya satu anak!
. Sebelum Yesus, penebusan dosa dilakukan dengan cara
mentaati Allah. Tetapi setelah Yesus datang, hal itu dilakukan dengan
penyaliban!
. Sebelum Yesus, tidak terdapat dosa waris.
Namun setelahnya, dosa waris muncul!
Sesungguhnya risalah Allah itu dasar-dasarnya yang pokok
adalah satu dan sama. Kepercayaan-kepercayaan aneh yang muncul setelah
kemunculan Yesus merupan pretensi-pretensi yang tidak ada dasarnya,
pretensi-pretensi yang benar-benar diciptakan setelah Yesus beberapa masa
kemudian dan Yesus bersih dari apa yang mereka nisbatkan kepadanya.
Agama Kristen gereja jauh berbeda
dengan apa yang dibawa oleh Yesus. Ia aneh dalam kepercayaan-kepercayaannya yang
memang tidak pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelum Yesus dan
setelahnya, bahkan tidak pula oleh Yesus sendiri!
[Dari mas Achmad Fadhil | Sumber:
masjidillah.com]
INVALIDITAS INDOKTRINASI DOSA WARIS
Di antara prinsip-prinsip agama Kristen yang mendasar adalah kepercayaan kepada dosa waris bagi manusia, dengan kata lain setiap manusia dilahirkan dalam keadaan memikul dosa warisan dari leluhurnya, Adam yang telah bermaksiat kepada Allah berupa memakan buah dari pohon yang diharamkan. Kepercayaan mereka ini salah (invalid). Untuk menetapkan invaliditasnya, kami sertakan dalil-dalil yang sebagian besar kami ambil dari Kitab Suci mereka sendiri sehingga pembantahan (penyangkalan) yang dilontarkan menjadi lebih kuat dengan prinsip-prinsip “Demi mulutmu, kutundukan kamu”:
1. Secara logika dan rasio, dosa itu tidak mungkin diwariskan dari seorang bapa kepada anaknya. Seorang anak hanya mewarisi dari bapa, ibu, dan para leluhurnya sifat-sifat seperti: tinggi, warna kedua mata, bentuk bagian-bagian tubuh dan besarnya. Tetapi ia tidak mewarisi dosa. Maka jikalau bapa anda berbuat dosa, apakah anda mewarisi dosanya seperti anda mewarisi warna kedua matanya?
2. Kepercayaan kepada dosa waris bertentangan dengan prinsip siksa dan pahala. Bagaimana mungkin seorang anak disiksa lantaran dosa bapanya? Bagaimana mungkin seorang disiksa atas dosa yang tidak pernah dilakukannya?
3. Kepercayaan kepada dosa waris bertentangan dengan keadilan ketuhanan. Sesungguhnya Allah tidak menyiksa seseorang atas apa yang tidak dilakukannya sendiri, tidak pula atas apa yang dilakukan oleh bapa dan para leluhurnya. Telah tersebut dalam Kitab Perjanjian Lama. Kitab Suci bagi orang-orang Yahudi dan Kristen: “....setiap orang harus mati karena dosanya sendiri.”
4. Dalam surat Yehezkiel yang dianggap suci oleh orang-orang Yahudi dan Kristen, tersebut sebagai berikut: “Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya.” (Yehezkiel 18/20). Nash ini menunjuk pada tanggung jawab setiap orang atas dosanya dan dengan demikian, ia menafikan dosa waris.
5. Tersebut di dalam Surat Yehezkiel apa yang bertentangan dengan dosa waris. Yaitu “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18/20). Nash tersebut tidak menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa, anaknyalah yang harus mati!
6. Di dalam Kitab Yeremia disebutkan: “Melainkan setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri.” (Yeremia 31/30). Kitab ini suci bagi orang-orang Yahudi dan Kristen, dan mereka percaya bahwa ia kalam Allah. Nash ini menunjuk pada tanggung jawab setiap orang atas dosa (kesalahannya) dan sekaligus membantah adanya dosa waris.
7. Agama Kristen memandang bahwa setiap manusia dinodai dengan dosa waris sejak kelahirannya. Tetapi bagaimana mungkin seorang yang baru dilahirkan dinodai dengan dosa sedangkan ia belum berbuat dosa apapun setelah itu (kelahirannya)? Ia masih menyusu di buaian, belum bYesus membedakan mana yang halal dan mana yang haram, dan belum mampu berbicara serta berjalan, lalu bagaiman mungkin ia menjadi orang yang berdosa sedangkan ia dalam keadaan demikian?
8. Jikalau memang seseorang dilahirkan dengan menanggung dosa waris, lalu mengapa Kitab Perjanjian Lama diantaranya Taurat, tidak berbicara tentang warisan ini? Dan mengapa Kitab Perjanjian Lama (Kitab yang disucikan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi) menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dosanya sendiri.
9. Sudah dimaklumi adanya, bahwa Allah, dengan banjir pada masa kenabian Nuh, membinasakan semua makhluk kecuali Nuh sendiri dan orang-orang yang mukmin lagi shaleh.” (Kejadian 6/13-33). Atau keturunan Adam telah dibinasakan kecuali Nuh dan orang-orang yang beriman. Dengan demikian, maka banjir tersebut telah membersihkan bumi pada saat itu dari kerusakan dan dari orang-orang yang berbuat kerusakan. Jadi tidak ada tempat bagi pembicaraan tentang dosa waris karena banjir sama sekali telah memYesushkan antara dua jaman dan dua generasi.
10. Agama Kristen menisbatkan pangkal (asal) dosa kepada Adam. Tetapi hal ini bertentangan dengan Kitab Taurat (yaitu kalam Allah menurut orang-orang Yahudi dan Kristen). Taurat memandang Hawa sebagai asal sebab dosa. Sebab Hawalah yang menyesatkan Adam dimana Adam kepada Allah seraya membela dirinya: “Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang telah memberi buah dari pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kejadian 3/12). Tetapi Hawa sendiri menisbatkan dosa tersebut kepada seekor ular dimana dia berkata sambil membela dirinya: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kejadian 3/13). Menurut Kitab Taurat, Allah telah menghukum ular tersebut yaitu membuat menjalar dengan perutnya, menghukum Hawa dengan banyak mengandung dan melahirkan, dan menghukum Adam dengan jalan mengusirnya dari surga. Dan jikalau kita ingin mengembalikan dosa tersebut kepada asalnya yang pertama adalah ular, dan bukan Adam ataupun Hawa (menurut Kitab Suci mereka)!
11. Allah telah menghukum ketiga pihak yang bersyarikat dalam dosa pertama, mereka adalah ular, Hawa, dan Adam, menurut Kitab Taurat mereka. Tidakkah dosa tersebut berakhir dengan dijatuhkannya hukuman? Seseorang berbuat dosa dan menerima hukumannya, tidakkah hukuman itu menghapus dosanya?
12. Dosa waris itu bertentangan dengan keberadaan orang-orang yang benar. Allah telah menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang benar. Allah berfirman kepada Nuh: “Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Ku-lihat benar dihapan-Ku diantara orang-orang jaman ini.” (Kejadian 7/1). Jikalau setiap yang lahir mewarisi dosa, pasti tidak mungkin ada orang-orang yang benar dan shaleh di atas muka bumi! Dan hal ini bertentangan dengan realita. Bukankah para nabi termasuk orang-orang yang benar?! Nuh juga termasuk orang-orang yang benar berdasarkan nash tersebut.
13. Yesus berkata: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.” (Matius 7/17). Itu menunjuk adanya orang-orang yang shaleh dan amal-amal mereka yang shaleh, yang tidak mewarisi dosa.
14. Ketika suatu kaum mencela Yesus lantaran doanya untuk orang-orang jahat dan orang-orang-orang yang berdosa, Yesus menjawab: “Karena aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Matius 9/13). Yesus telah membagi manusia menjadi dua bagian: orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdosa (bersalah). Jadi, terdapat orang-orang yang benar, tidak mewarisi dosa, dosa yang mereka pretensikan bahwa setiap manusia mewarisinya dari adam, bapa kita yang pertama.
15. Yesus berkata: “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau dihukum.” (Matius 12/37). Perkataannya menunjukkan bahwa seseorang diberi pahala atau dihukum berdasarkan perbuatannya sendiri dan Yesus tidak berbicara tentang dosa waris.
16. Walaupun agama Kristen bersikeras terhadap prinsip dosa waris, tetapi seseorang tidak akan pernah menemukan prinsip ini disebutkan di tempat manapun di dalam Kitab Suci mereka, tidak di dalam Kitab Taurat, dan tidak pula di dalam Kitab-kitab Injil. Tidak juga pernah diucapkan oleh seorang nabi pun dari para nabi yang dipercaya oleh orang-orang Yahudi dan Kristen. Prinsip dosa waris diciptakan oleh gereja untuk menyempurnakan sandiwara yang dimainkannya. Mereka percaya akan penyaliban Al-Masih. Karena hal itu, mereka terpaksa harus mencari sebab yang membenarkan penyaliban. Lalu mereka menciptakan penebusan dengan jalan penyaliban atau penyaliban untuk menebus dosa. Setelah itu, muncul problem baru bagi mereka tentang penebusan dosa dari apa. Kemudian mereka menciptakan teori dosa waris untuk membenarkan tindakan penyaliban Yesus. Dan sebenarnya, tidak ada yang namanya dosa waris, tidak terjadi penyaliban Yesus dan penebusan dosa. Mereka memulai sandiwara tersebut dari akhirnya dan bukan dari awalnya. Pertama, mereka mengatakan Yesus dYesuslib. Kemudian mereka mencari sebabnya. Jalan keluarnya ialah bahwa penyaliban terjadi dalam rangka menebus (membebaskan) manusia dari dosa waris. Dosa itu, seperti yang telah kita katakan, tidak diwariskan dan penyaliban itu tidak untuk menebus dosa.
17. “Dosa waris bukan merupakan sesuatu yang jelas bagi teoritisi-teoritisi agama Kristen sendiri. Paulus memandang bahwa dosa Adam berpindah kepada segenap manusia.” (Roma 5/12). Tetapi di tempat lain, ia sendiri memandang bahwa dosa tersebut berpindah bukan kepada seluruhnya (semuanya) melainkan kepada banyak orang. (Roma 5/19). Terdapat perbedaan yang jelas antara semua dan banyak.
18. Paulus sendiri menafikan (meniadakan) warisan dosa, dimana ia berkata: “...sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa sebab tanpa hukum Taurat, dosa mati.” (Roma 7/7-9). Dosa dalam pandangan Paulus, di sini, berasal dari hukum-hukum Taurat bukan dari warisan!
Demikianlah kita melihat bahwa bahwa kepercayaan dosa waris merupakan kepercayaan yang salah (batil), tidak ada dasar (pijakan) nya. Tidak seorang pun dari para nabi mengatakan tentang warisan dosa. Bahkan sebaliknya, nash-nash Kitab-kitab Injil sendiri malah menunjuk pada tanggung jawab seseorang atas dosanya sendiri dalam banyak tempat. Dan dosa waris juga tidak terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama berdasarkan pengakuan para nabi sebelum Yesus. Lalu mengapa banyak muncul sejumlah ciptaan baru setelah Yesus?!
. Sebelum Yesus, Allah itu esa. Tetapi setelah Yesus datang, Tuhan menjadi tiga dalam satu!
. Sebelum Yesus, Allah tidak punya anak. Namun setelahnya, Dia menjadi punya satu anak!
. Sebelum Yesus, penebusan dosa dilakukan dengan cara mentaati Allah. Tetapi setelah Yesus datang, hal itu dilakukan dengan penyaliban!
. Sebelum Yesus, tidak terdapat dosa waris. Namun setelahnya, dosa waris muncul!
Sesungguhnya risalah Allah itu dasar-dasarnya yang pokok adalah satu dan sama. Kepercayaan-kepercayaan aneh yang muncul setelah kemunculan Yesus merupan pretensi-pretensi yang tidak ada dasarnya, pretensi-pretensi yang benar-benar diciptakan setelah Yesus beberapa masa kemudian dan Yesus bersih dari apa yang mereka nisbatkan kepadanya.
Agama Kristen gereja jauh berbeda dengan apa yang dibawa oleh Yesus. Ia aneh dalam kepercayaan-kepercayaannya yang memang tidak pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelum Yesus dan setelahnya, bahkan tidak pula oleh Yesus sendiri!
[Dari mas Achmad Fadhil | Sumber: masjidillah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar