“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS
al-Ahzab [33]: 21).
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam hampir di
seluruh dunia, khususnya di Indonesia memperingati hari lahir Muhammad Saw.
Peringatan tak lain bertujuan untuk mengingat kembali jejak kehidupan dan
perjuangan Rasulullah Saw sejak lahir hingga Islam menyebar ke seluruh
dunia. Sikap dan tindakan Rasulullah Saw ketika berinteraksi dan berjuang
menyampaikan risalah Islam selalu menjadi bahan renungan dan teladan umat
manusia dewasa ini. Karena keluhuran budi pekertinya, tak heran bila Rasulullah
Saw menjadi sosok yang disegani, baik oleh kawan maupun lawan.
Ceramah-ceramah para dai dalam setiap momentum Maulid
Nabi Muhammad Saw pun tak lepas dari ulasan-ulasan mengenai keluhuran budi
pekerti beliau. Keluhuran budi itu pula yang selalu ditekankan, baik kepada
kawan maupun lawan. Rujukan utama moral tiada lain adalah Rasulullah Saw yang
telah menunjukkan sikap bijak dan berwibawa dalam setiap masalah yang dihadapi
masyarakat saat itu. Meneladani akhlak Nabi adalah suatu keniscayaan.Rasulullah
Saw adalah figur teladan abadi sepanjang zaman. Kewibawaan dan sikap-sikap
pribadinya telah dicatat dalam berbagai buku sejarah kehidupan beliau (sirah
nabawiyah).
Karena kekaguman dan kehebatannya tersebut, Michael
Hart, guru besar astronomi dan fisika perguruan tinggi di Maryland, AS dalam
bukunya 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Nabi
Muhammad Saw pada urutan pertama. Ini adalah bentuk obyektif tentang Nabi
Muhammad Saw. Keluhuran budi pekerti beliau, terutama ketika berhadapan dengan
Sumamah, seorang pembesar kharismatik Kabilah Hunaifiyah yang paling memusuhi
Islam.
***
Sumamah adalah tokoh Hunaifiyah yang banyak membunuh
para pemeluk agama Islam. Namun pada akhirnya, ia tertangkap dan menjadi tawanan
pihak muslim. Tawanan itu pun diajukan ke hadapan Rasulullah. Segera setelah
melihat Sumamah, beliau memerintahkan para sahabat di sekelilingnya agar
memperlakukannya dengan baik. Sumamah sangat rakus bila makan, bahkan bisa
melahap jatah makanan sepuluh orang sekaligus tanpa merasa bersalah.Setiap kali
bertemu Nabi ia selalu mengatakan, “Muhammad! Aku telah membunuh orang-orangmu.
Jika kamu ingin membalas dendam, bunuh saja aku! Namun jika kamu menginginkan
tebusan, aku siap membayar sebanyak yang kamu inginkan.”
Rasulullah hanya mendengarkan ucapannya dan tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Beberapa hari kemudian Rasulullah membebaskan
Sumamah pergi. Setelah melangkah beberapa jauh, Sumamah berhenti di bawah sebuah
pohon. Ia selalu berpikir, berpikir, dan berpikir. Kemudian ia duduk di atas
pasir dan masih tetap tidak habis pikir. Setelah beberapa lama ia bangkit, lalu
mandi, dan mengambil air wudlu, kemudian kembali menuju rumah Rasulullah. Dalam
perjalanan menuju rumah Rasulullah ia menyatakan masuk Islam.
Sumamah menghabiskan beberapa hari bersama Rasulullah
dan kemudian pergi ke Mekah untuk mengunjungi Ka’bah. Sesampainya di sana,
Sumamah menyatakan dengan suara lantang, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar.”
Saat itu Mekah masih berada di bawah kekuasaan Quraisy.
Orang-orang menghampirinya dan mengepung. Pedang sudah terayun-ayun mengintai
kepala dan lehernya. Salah seorang dari kerumunan itu berkata, “Jangan bunuh
dia! Jangan bunuh dia! Dia adalah penduduk Imamah. Tanpa suplai makanan dari
Imamah kita tidak akan hidup.”
Sumamah menimpali, “Tetapi itu saja tidak cukup! Kalian
telah sering menyiksa Muhammad. Pergilah kalian menemuinya dan minta maaflah
pada beliau dan berdamailah dengannya! Kalau tidak, maka aku tidak akan
mengizinkan satu biji gandum pun dari Imamah masuk ke Mekah.”
Sumamah kembali ke kampung halamannya dan ia benar-benar
menghentikan suplai gandum ke Mekah. Bahaya kelaparan mengancam peduduk Mekah.
Para penduduk Mekah mengajukan permohonan kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad!
Engkau memerintahkan agar berbuat baik kepada kerabat dan tetangga. Kami adalah
kerabat saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati kelaparan dengan cara
seperti ini?”
Seketika itu pula Rasulullah menulis surat kepada
Sumamah, memintanya untuk mencabut larangan suplai gandum ke Mekah. Sumamah
dengan rela hati mematuhi perintah tersebut. Penduduk Mekah pun selamat dari
bahaya kelaparan. Seperti yang sudah-sudah, setelah mereka kembali menerima
suplai gandum, mereka mulai mempersiapkan rencana busuk untuk menyingkirkan
Rasulullah.
***
Mengapa Sumamah masuk Islam? Sumamah masuk Islam karena
ia mendapat perlakuan baik dari Rasulullah dan para sahabat. Padahal, saat itu
Rasulullah punya kuasa untuk menghabisi nyawa Sumamah, baik dengan tangannya
sendiri maupun melalui para sahabat. Kalaupun Sumamah dibunuh, wajar karena ia
telah membunuh banyak orang dari kaum Muslim.
Namun, mengapa Rasulullah tidak berbalas dendam kepada
Sumamah atas banyaknya korban nyawa kaum Muslim? Di sinilah letak keluhuran budi
Rasulullah. Untuk “menjinakkan hati” seseorang, Rasulullah tidak dendam dengan
melakukan tindak kekerasan yang sama—seperti yang pernah dilakukan oleh Sumamah
terhadap kaum Muslim. Rasulullah justru menunjukkan sikap baiknya dengan memberi
makan—seperti yang disukai Sumamah. Karena telah menaruh simpati yang dalam
terhadap Rasulullah, ia masuk Islam dan ia memenuhi permintaan Rasululah Saw
untuk mencabut larangan suplai gandum bagi penduduk Mekah.
Keluhuran budi Rasulullah Saw. tak diragukan lagi, baik
terhadap kawan maupun lawan. Beliau adalah sosok ideal yang layak kita tiru,
tidak terkecuali dalam dakwah. Dengan sikap lembutnya, beliau mampu menyuguhkan
dakwah memikat. Sejarah telah membuktikan kepada kita betapa Rasulullah Saw
selalu berhasil menaklukkan lawan bicara dan akhirnya mereka tertarik serta
masuk Islam dengan penuh kesadaran. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad Saw. dapat
kita rasakan hingga hari ini di mana Islam mampu menembus pelosok dunia yang
semakin mengglobal.
***
Dunia global telah merangsang perkembangan di berbagai
aspek kehidupan. Objek dan tantangan dakwah pun semakin komplek. Para penggiat
dakwah dituntut untuk mengimbangi kecerdasan objek dan tantangan dakwah
tersebut. Momen Maulid Nabi Muhammad Saw dapat menjadi historic research
(penyelidikan sejarah) bagi kaum Muslim, sehingga dapat meneledani strategi
dakwahnya.
Derasnya arus informasi menuntut kita lebih giat
menyuarakan kebenaran dan waspada atas berbagai efek negatif era global.
Maraknya gerakan radikalisme agama merupakan salah satu dampak negatif
globalisasi yang kini menjadi tantangan terberat dakwah Islam. Hampir-hampir
umat Islam digiring untuk membenci kelompok non-Islam dan diprovokasi untuk
berkonflik dengan aliran-aliran yang berbeda dengan arus utama. Jika fenomena
ini dibiarkan, maka umat akan tercabik-cabik karena kebencian dan
permusuhan.
Sikap Rasulullah Saw memperlakukan musuh harus kita
jadikan rujukan dalam dakwah era global yang semakin banyak tantangan. Demi
integrasi dan keutuhan umat Islam dan umat beragama lain, dakwah persuasif yang
mendahulukan keluhuran budi pekerti mesti kita tonjolkan. Jangan sampai umat
terkoyak-koyak dengan berbagai hasutan yang mengarah pada kebencian dan
permusuhan. Apa jadinya bangsa ini jika umat beragama hidup dalam
ketidakharmonisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar