Hakim Agung Dan Penjual Arang

Suatu hari seorang hakim agung yang beriman dan berislam baik–wis terima ae, tidak usah dikritisi, kalau tidak nanti ceritanya tidak jalan–dan itu terwujud dalam perilakunya sebagai hakim agung maupun sebagai pribadi, bertemu dengan orang kafir yang miskin penjual arang.

Karena menjadi hakim agung, orang muslim ini mendapat fasilitas lengkap dari negara. Mobilnya mewah, rumahnya megah, pakaiannya necis, dan badannya harum.

Sementara itu, orang kafir itu, karena miskin, rumahnya jelek, nyaris tidak bisa disebut rumah. Tidak punya kendaraan. Jualan arang harus jalan kaki. Bajunya compang-camping. Badannya hitam oleh arang yang dia panggul, belang-belang seperti zebra karena ditimpa keringat. Dan, tentu saja badannya bau.

Ketika berpapasan, penjual arang itu menyetop si hakim agung. Dia berkata, “Wahai Tuan Hakim, engkau kan muslim, ya?”

“Ya.”

“Nabimu Muhammad, kan?”

“Ya.”

“Nabimu itu pendusta!”

“Lho ko bisa?”

“Lha ya iya. Dia kan bilang, “Dunia itu surganya orang kafir dan nerakanya orang yang beriman.” Aku kafir, sengsara. Kamu beriman, senang marsenang.”

“Oh, begitu?”

“Iya.”
---------------------------------------
Hakim itu berkata, “Wahai bapak penjual arang, Nabiku tidak berdusta. Kesusahanmu karena kemiskinanmu di dunia ini belum ada apa-apanya dengan kesusahan yang akan engkau alami di neraka karena kekafiranmu. Dan kesenanganku karena kekayaanku di dunia ini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kesenangan yang akan aku alami di surga karena keimananku.”
------------------------------------------
=============================
Original Posting lihat di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar