Kedatangan yang kedua kali dipertimbangkan sebagai bukti
kehebatan lain dari Yesus Kristus dibandingkan dengan Nabi Suci Muhammad saw dan
komentar itu berbunyi demikian:
"Ini diakui oleh kaum Muslimin bahwa beberapa saat sebelum
kedatangan Hari Pengadilan, Antikris, penyesat dan penyebar kekufuran dan anti
agama terbesar, akan muncul dan menghancurkannya dan akan mengembalikan para
pengikut Muhammad yang jahat kepada jalan yang benar dan akan menegakkan agama
yang benar, Al-Masih akan turun dari langit ... Karenanya, jika Muhammad itu
Nabi agama akhir zaman dan Nabi yang terakhir, mengapa ia tidak ditakdirkan
bangkit dari kuburnya dan melenyapkan bencana terakhir itu? Mengapa Al-Masih
yang dijanjikan dipercayai tugas final untuk melenyapkan orang-orang yang tak
beragama dan jahat itu" ?
Sungguh kesalahan yang teramat parah bila Qur’an Suci
dikatakan membicarakan Yesus Kristus hidup kembali. Jika Yesus dikatakan akan
datang kembali setelah Nabi Suci Muhammad, justru sebaliknya apa yang
difirmankan Qur’an:
“Dan
tatkala Yesus, putera Maryam berkata, Wahai bani Israel! Sesungguhnya aku Utusan
Allah kepada kamu, memperbaiki apa yang ada di hadapanku tentang Taurat dan
memberi kabar gembira tentang seorang Rasul yang akan datang setelahku, namanya
Ahmad” (61:6).
Ini adalah
pernyataan yang sangat jelas, dan aneh sekali dari ungkapan kata-kata yang jelas
itu bahwa Nabi Suci yang akan datang setelah Yesus, lalu dikira Yesus-lah yang
pasti akan datang setelah Nabi Suci Muhammad.
Lagi, tentang para pengganti Nabi Suci, Qur’an Suci
berifrman:
“Allah berjanji
kepada orang-orang beriman dan berbuat baik di antara kamu, bahwa Ia pasti akan
membuat mereka khalifah di bumi sebagaimana Dia menjadikan para kahlifah sebelum
mereka” (24:55).
Janji yang
diberikan di sini kata-katanya jelas sekali bahwa para khalifah Nabi Suci akan
dibangkitkan di antara kaum Muslimin, dan kedatangan Nabi Israeliat sebagai
khalifah Nabi Suci jelas sekali bertentangan dengan ayat ini. Yesus Kristus
jelas bukan salah seorang khalifah Nabi Suci.
Bukti yang amat jelas lainnya yang bertentangan dengan
kedatangan Yesus Kristus sebagai pembaharu di antara kaum Muslimin dinyatakan
terang sekali bahwa beliau adalah “seorang Rasul bagi bani Israel” (3:48). Jika
ia ditakdirkan juga untuk menjadi seorang Rasul di antara kaum Muslimin,
tentunya Qur’an Suci akan menambah kata-kata yang ada kaitannya dengan itu.
Penjelasannya semata-mata seorang Rasul bagi bangsa Israel juga menjadi bukti
tuntas menolak gagasan kedatangan kembali Yesus ke dunia ini.
Bukti yang amat jelas terhadap
poin ini bahkan dilengkapi oleh ayat Qur’an Suci berikut ini: “Dialah yang
mengutus seorang Utusan di antara kaum yang ummi di antara mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan menyucikan mereka dan mengajarkan
Kitab dan hikmah kepada mereka, meskipun mereka sebelumnya dalam kesesatan yang
nyata, dan lain-lainnya di antara mereka yang belum bergabung dengan mereka”
(62:2-3). Ayat ini jelas sekali bahwa Nabi Suci bukan saja penyuci dan pengajar
bangsa Arab, yakni para sahabat beliau di antara mereka dimana beliau muncul,
namun juga penyuci dan guru untuk selamanya bagi seluruh dunia kaum Muslimin,
yaitu mereka yang datang setelah para sahabat, dan mereka yang belum bergabung
dengan para sahabat. Tapi karena beliau tidak hidup abadi, kekuasaan
penyuciannya dan tugas kewajibannya sebagai guru beralih kepada para sahabat
beliau yang mengajarkan generasi berikutnya, dan generasi ini pun menjadi
penyuci dan guru yang mengikutinya, dan prooses itu berlangsung hingga Hari
Pembalasan.
Jadi ayat ini
tidak meninggalkan satu ruangan pun bagi Nabi bangsa Israel untuk menjadi
penyuci dan guru kaum Muslimin. Juga tidak ada lowongan bagi Yesus Kristus, yang
kepadanya kita diberitahu bahwa Tuhan mengajarkan kepadanya kitab dan hikmah dan
Taurat dan juga Injil” (3:47). Karenanya Nabi Suci Muhammad tidak bisa menjadi
penyuci dan guru Yesus Kristus, karena Qur’an sendiri berfirman, seorang Nabi
dia telah diajarkan dan disucikan langsung oleh Tuhan. Jika ia datang kembali ke
dunia ini, kelangsungan ajaran dan penyucian yang dilaksanakan oleh Nabi Suci
Muhammad, akan terhalang setelah kemunculannya, yakni Yesus-lah dan bukan Nabi
Muhammad saw yang akan menyucikan kaum Muslimin dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah. Tapi ini tidak bisa diterima di hadapan firman Qur’an Suci yang teramat
jelas seperti dikutip di atas, Yesus Kristus tidak akan muncul kembali meskipun
menjadi seorang pembaharu di antara kaum Muslimin.
Sebenarnya, akhir kenabian pada diri Nabi Suci Muhammad saw
adalah salah satu dasar ajaran Islam, ia bertentangan dengan kemunculan atau
kemunculan kembali seseorang Nabi setelah beliau. Qur’an Suci mengajarkan kita
dalam kata-kata yang terang bahwa kenabian telah sempurna pada diri Nabi Suci
Muhammad saw Pendiri Islam, dan tugas kewajiban seorang Nabi telah lengkap di
dalam wahyu-wahyu yang diturunkan kepada beliau, karena itu tidak ada kewajiban
yang tersisa dan tertinggal untuk dikerjakan, oleh karenanya tidak dibutuhkan
Nabi lagi, baik Nabi lama ataupun Nabi baru. Seorang Nabi hanya akan muncul jika
ada tugas kewajiban yang diembankan kepadanya, tapi tidak ada sedikit pun
pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang Nabi yang tertinggal untuk
dikerjakan, tak dibutuhkan Nabi lagi, dan jika seorang Nabi datang, tak ada
tempat baginya dalam Islam. Tapi mungkin bisa dikatakan, kenapa banyak sekali
himpunan Hadits yang berisi ramalan Nabi Suci tentang kedatangan Yesus, putera
Maryam, jika di sana tidak ada pekerjaan bagi seorang Nabi menurut ajaran Qur’an
Suci yang benar? Bukti terhadap ramalan tersebut hanya bisa diterangkan dalam
pengertian yang tidak bertentangan dengan ajaran Qur’an Suci yang jelas, dan
karena itu ramalan tentang datangnya Yesus putera Maryam harus diterangkan
sedemikian rupa yang harus konsisten dengan ajaran akhir kenabian pada diri Nabi
Suci Muhammad saw.
Yang benar
adalah bahwa ramalan tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya bukan
berarti diri beliau yang akan muncul kembali ke dunia meskipun itu tidak
bertentangan dengan ajaran Islam yang mendasar bahwa Nabi Muhammad saw Nabi
terakhir di dunia, dan ini adalah poin yang dikatakan Injil, yang juga berisi
ramalan ini, memancarkan cahaya yang terang. Pendeknya, kaum Kristen sedikit pun
tidak punya alasan untuk mengira bahwa yang akan datang kedua kalinya itu adalah
pribadi Yesus Kristus. Bibel memberitahukan kita bahwa: “Eliya naik ke langit
karena ditiup angin puting beliung” (2 Raja-raja 2:11). Perkara itu tidak hanya
sampai di situ. Di dalam kumpulan kitab Perjanjian Lama yang diwahyukan itu kita
diberitahu bahwa kemunculan kembali Eliya ke dunia dikatakan: “Sesungguhnya Aku
akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan
dahsyat itu” (Maleakhi 4:5). Jadi Eliya, menurut Bibel, tidak saja naik ke
langit, tapi kelak akan turun kembali sebelum Kristus muncul. Inilah yang
dipercayai oleh segenap bangsa Israel tentang kedatangan Kristus dan hal itu
berdasarkan kata-kata Kitab Suci mereka sendiri yang sangat jelas.
Salah satu pertanyaan pertama yang
bertentangan dengan pengakuan Yesus Kristus adalah: “Di manakah Eliya itu?”
“Dan para pengikutnya bertanya
kepadanya, ucapnya, Lalu kenapa para ahli Taurat berkata bahwa Eliya harus
datang dahulu?” (Matius 17:10).
Sedikit pun tidak ragu adanya ramalan tersebut di pikiran
Yesus, suatu kali dia harus memberitahukannya kepada para pengikutnya bahwa
ramalan itu tidak ada karena Eliya telah mati dan tak akan pernah kembali lagi.
Tapi tidak; dia mengakui bahwa ramalan itu benar adanya dan perlu sekali Eliya
itu datang.
“Yesus menjawab:
Memang Eliya akan datang dan akan memulihkan segala sesuatu, dan aku berkata
kepadamu: Eliya sudah datang tetapi mereka tidak tahu dan memperlakukannya
menurut kehendak mereka. Demikian juga anak manusia akan menderita karena
mereka. Lalu para murid mengerti bahwa Yesus berbicara kepada mereka tentang
Yahya (Yohanes) Pembaptis” (Matius 17:11-13).
Bagaimana para murid itu tahu bahwa ramalan tentang
kedatangan Eliya sebelum munculnya Al-Masih itu dipenuhi oleh kedatangan Yohanes
Pembaptis? Sebab Yohanes berkata: “Dan ia akan pergi sebelumnya dalam spirit dan
kekuasaan Eliya” (Lukas 1:17).
Bagaimana perihal cerita yang ditunjukkan di atas itu?
Telah tertulis bahwa Eliya telah diterima di langit dan diramalkan bahwa ia akan
datang kembali sebelum kedatangan Kristus. Pertanyaan telah diajukan kepada
Kristus dan dia berkata bahwa ramalan tentang datangnya Eliya telah terpenuhi
dengan kemunculannya Yohanes Pembaptis. Alasannya adalah Yohanes telah datang
dalam rohani dan kekuasaan Eliya. Arti dari ini jelas sekali dan tuntas - yakni
ketika kedatangan yang kedua kali seseorang itu dibicarakan, yang akan muncul
kembali itu bukanlah pribadinya, artinya adalah kemunculan seseorang yang lain
dalam arti ruhani dan kekuasaannya. Demikian ini adalah keputusan Yesus Kristus,
dan ini benar-benar bertentangan dengan para pengikut Kristus atau menerimanya
sebagai seorang Nabi. Tak seorang Kristen pun di dunia ini yang bisa membantah
ini, dan ia terikat oleh pengertian yang sama tentang kedatangan Yesus Kristus
yang kedua kali yang terletak pada kedatanngan Eliya yang kedua kalinya juga. Di
sini tidak ada perbedaan sedikit pun di antara dua perkara itu.
Karenanya, jika tidak ada ruangan
bagi seorang Kristen untuk mengaburkan kesimpulan seperti yang diterangkan di
atas, seorang Muslim pun terikat oleh kebijaksanaan seseorang yang dia itu
diperkirakan seorang Nabiyullah. Semua yang terakhir ini dapat dikatakan
bertentangan dengan kesimpulan tersebut yakni dicatat secara tidak benar, tapi
bukti dobel dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru tidaklah memberi lahan
untuk menduga-duga terhadap peristiwa khusus ini. Tidak bisa dipungkiri memang
di sana ada ramalan tentang kedatangan Eliya yang kedua kali; ini lebih
meyakinkan lagi bahwa Eliya sendiri tak pernah kembali ke dunia ini. Lebih dari
itu, suatu penyalah-gunaan seperti yang terjadi dalam kitab Injil, ternyata
melawan pernyataan Yesus, hal itu pasti bukan pekerjaan seorang Kristen sejati,
dan karenanya, benar sekali bahwa pertanyaan diajukan kepada Yesus dan beliau
menjawabnya. Juga ada penyalah-gunaan di dalam Perjanjian Lama yang berhubungan
dengan ramalan tersebut, karena jika demikian, Yesus tidak akan mengakui
kebenaran ramalan tersebut. Perkaranya begitu jelas terhadap penyalah-gunaan
perkara ini. kaum Muslimin banyak terikat oleh keputusan Yesus sebagaimana juga
kaum Kristen, karena keduanya mengakui beliau orang tulus.
Pertimbangan selanjutnya
menunjukkan bahkan lebih jelas lagi bahwa dari sudut pandang kaum Muslimin,
keputusan yang diberikan oleh Yesus Kristus memberi dugaan yang lebih besar.
Karena, dimana saja tidak ada keberatan jika Eliya sendiri muncul kembali, ada
kesulitan berat disamping yang ditunjukkan di atas tentang kemunculan kembali
pribadi Yesus Kristus. Pertama, Haditshadits yang membicarakan tentang
kedatangannya ditambah kata-kata wa imamukum minkum, yakni Imam kamu ada di
antara kamu sendiri. Kata-kata ini secara tuntas bertentangan dengan beliau
sebagai Nabi bagi bangsa Israel. Al-Masih yang akan muncul sudah pasti di antara
kaum Muslimin sendiri dan bukan dari luar, bukan seorang Nabi tapi seorang Imam
atau pemimpin rohani. Kedua, Himpunan Hadits-hadits sahih adalah dari Imam
Bukhari dan dari himpunan Hadits-hadits itu kita dapati dua Al-Masih, yaitu Nabi
bangsa Israel Yesus Kristus, dan Al-Masih Yang Dijanjikan, keduanya diterangkan
berbeda.
Di dalam dua Hadits
tersebut, Nabi bangsa Israel diterangkan sebagai ahmar, ya’dun artinya, berwajah
putih dan berambut keriting, sementara lainnya diriwayatkan pada bab al- Masih
yang sama, ia akan muncul di antara kaum Muslimin pada waktu terjadi bencana
besar Antikris disebutkan sebagai aadam, sabit artinya berwarna putih
kemerah-merahan dan berambut panjang (lihat Sahih Bukhari, bab Badal-Khulq).
Kini dua perbedaan yang mencolok itu menetapkan kesimpulan bahwa Al-Masih pasti
muncul di antara kaum Muslimin yang orangnya berbeda sekali dengan Nabi bangsa
Israel itu, dan Nabi Muhammad bukan hanya sekedar sadar terhadap fakta ini,
namun juga memberitahukan kepada para pengikutnya dengan memberikan dua uraian
yang berbeda.
Sebenarnya,
bahkan jika mungkin Yesus Kristus muncul kembali ke dunia ini, dia tidak akan
bisa melaksanakan tugas kewajibannya untuk memperbaiki apa yang dilakukan oleh
para pengiikut Nabi Suci Muhammad saw. Begitu besar kekuatan rohani Nabi Besar
Dunia yang tidak saja beliau itu membawa perubahani secara cepat yang begitu
besar dimana perbaikan tersebut tidak bisa dilakukan oleh para reformer
terdahulu yang pernah merosot ke jurang kegagalan, namun juga beliau menekankan
kepada para pengikutnya bahwa pekerjaan seperti itu tidak bisa dilakukan bahkan
para Nabi pun tidak akan sanggup melaksanakannya seperti tugas yang pernah
dilakukan oleh Abu Bakar dan ‘Umar. Karenanya, sampai sekarang pun, para
pengikut Nabi Suci saw dapat melakukan apa yang tak sanggup dilakukan oleh Yesus
ketika beliau masih ada di dunia ini. Injill memberitahukan kepada kita bahwa
dia tidak bisa mengajak lebih banyak dari limaratus orang kepada jalan
kebenaran, tapi sekarang dapat kita saksikan para pengikut Nabi Suci Muhammaad
saw jutaan orang yang sudah berjalan di jalan yang hak.
Jika Yesus Kristus tidak sanggup
untuk memperbaiki sekalipun terhadap bangsa Israel yang jumlahnya sedikit itu,
bagaimana mungkin dia bisa memperbaiki bencana Antikris yang jumlahnya tak
terhingga ini? Tugas ini hanya bisa dilakukan oleh seorang pengikut Nabi Suci
Muhammad saw, oleh karena itu, seorang Mujaddid, seorang Pembaharu yang muncul
di antara kaum Muslimin yang bangkit di setiap abad, dipercayakan untuk
mengemban tugas ini. Mujaddid di abad ini, yakni abad keempatbelas Hijriah,
disebut Al-Masih sebab beliau tidak saja muncul dalam kekuatan rohani dan
kekuasaan Al-Masih yang pertama dulu, namun juga beliau memperbaiki segala
kesalahan yang berhubungan dengan nama seorang Reformer Almasih tersebut,
sebagaimanan beliau sendiri mengatakan:
“Karena Tuhan telah memberikan cahaya kepadaku demi umat
Kristen, karena itu saya disebut putera Maryam”.
Dan ternyata beliau mematahkan salib, hal ini adalah tugas
utama sesuai dengan bunyi Hadits-hadits yang sahih, sebab beliau telah
menunjukkan berdasarkan Injil bahwa kematian Kristus tidak terjadi di atas kayu
palang salib, yang hal ini telah salah diduga oleh kaum Kristen selama
sembilanbelas abad lamanya, karena Yesus itu lari dari sana bersama lukanya,
beliau wafat secara alami lama setelah itu, dan beliau hidup hingga mencapai
usia 120 tahun sebagaimana dikemukakan oleh Hadits. Karena “melalui darah
salibnya” (Kolose 1:20), maka penebusan itu telah dibeli:
“Dan jika Yesus tidak bangkit,
maka sia-sialah ajaran kita, dan iman kamu pun sia-sia pula” (1 Corintus
15:14).
Kristus tidak mati di
atas kayu palang salib dan tidak pula bangkit dari kematian: Ajaran para
missionaris Kristen karenanya sia-sia dan sia-sia pula kepercayaan mereka. Agama
Kristen meletakkan pondasinya di atas kematian Kristus di kayu palang salib dan
setelah itu bangkit dari kematian; pernyataan kedua doktrin ini telah terbukti
salah dan dibuktikan oleh fakta sejarah yang amat kuat dan ditunjang pula oleh
bukti-bukti Injil itu sendiri, maka dengan dasar pondasi seperti itu, seluruh
bangunan itu roboh berantakan rata dengan tanah.
Kedatangan yang kedua kali dipertimbangkan sebagai bukti kehebatan lain dari Yesus Kristus dibandingkan dengan Nabi Suci Muhammad saw dan komentar itu berbunyi demikian:
"Ini diakui oleh kaum Muslimin bahwa beberapa saat sebelum kedatangan Hari Pengadilan, Antikris, penyesat dan penyebar kekufuran dan anti agama terbesar, akan muncul dan menghancurkannya dan akan mengembalikan para pengikut Muhammad yang jahat kepada jalan yang benar dan akan menegakkan agama yang benar, Al-Masih akan turun dari langit ... Karenanya, jika Muhammad itu Nabi agama akhir zaman dan Nabi yang terakhir, mengapa ia tidak ditakdirkan bangkit dari kuburnya dan melenyapkan bencana terakhir itu? Mengapa Al-Masih yang dijanjikan dipercayai tugas final untuk melenyapkan orang-orang yang tak beragama dan jahat itu" ?
Sungguh kesalahan yang teramat parah bila Qur’an Suci dikatakan membicarakan Yesus Kristus hidup kembali. Jika Yesus dikatakan akan datang kembali setelah Nabi Suci Muhammad, justru sebaliknya apa yang difirmankan Qur’an:
“Dan tatkala Yesus, putera Maryam berkata, Wahai bani Israel! Sesungguhnya aku Utusan Allah kepada kamu, memperbaiki apa yang ada di hadapanku tentang Taurat dan memberi kabar gembira tentang seorang Rasul yang akan datang setelahku, namanya Ahmad” (61:6).
Ini adalah pernyataan yang sangat jelas, dan aneh sekali dari ungkapan kata-kata yang jelas itu bahwa Nabi Suci yang akan datang setelah Yesus, lalu dikira Yesus-lah yang pasti akan datang setelah Nabi Suci Muhammad.
Lagi, tentang para pengganti Nabi Suci, Qur’an Suci berifrman:
“Allah berjanji kepada orang-orang beriman dan berbuat baik di antara kamu, bahwa Ia pasti akan membuat mereka khalifah di bumi sebagaimana Dia menjadikan para kahlifah sebelum mereka” (24:55).
Janji yang diberikan di sini kata-katanya jelas sekali bahwa para khalifah Nabi Suci akan dibangkitkan di antara kaum Muslimin, dan kedatangan Nabi Israeliat sebagai khalifah Nabi Suci jelas sekali bertentangan dengan ayat ini. Yesus Kristus jelas bukan salah seorang khalifah Nabi Suci.
Bukti yang amat jelas lainnya yang bertentangan dengan kedatangan Yesus Kristus sebagai pembaharu di antara kaum Muslimin dinyatakan terang sekali bahwa beliau adalah “seorang Rasul bagi bani Israel” (3:48). Jika ia ditakdirkan juga untuk menjadi seorang Rasul di antara kaum Muslimin, tentunya Qur’an Suci akan menambah kata-kata yang ada kaitannya dengan itu. Penjelasannya semata-mata seorang Rasul bagi bangsa Israel juga menjadi bukti tuntas menolak gagasan kedatangan kembali Yesus ke dunia ini.
Bukti yang amat jelas terhadap poin ini bahkan dilengkapi oleh ayat Qur’an Suci berikut ini: “Dialah yang mengutus seorang Utusan di antara kaum yang ummi di antara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan menyucikan mereka dan mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka, meskipun mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata, dan lain-lainnya di antara mereka yang belum bergabung dengan mereka” (62:2-3). Ayat ini jelas sekali bahwa Nabi Suci bukan saja penyuci dan pengajar bangsa Arab, yakni para sahabat beliau di antara mereka dimana beliau muncul, namun juga penyuci dan guru untuk selamanya bagi seluruh dunia kaum Muslimin, yaitu mereka yang datang setelah para sahabat, dan mereka yang belum bergabung dengan para sahabat. Tapi karena beliau tidak hidup abadi, kekuasaan penyuciannya dan tugas kewajibannya sebagai guru beralih kepada para sahabat beliau yang mengajarkan generasi berikutnya, dan generasi ini pun menjadi penyuci dan guru yang mengikutinya, dan prooses itu berlangsung hingga Hari Pembalasan.
Jadi ayat ini tidak meninggalkan satu ruangan pun bagi Nabi bangsa Israel untuk menjadi penyuci dan guru kaum Muslimin. Juga tidak ada lowongan bagi Yesus Kristus, yang kepadanya kita diberitahu bahwa Tuhan mengajarkan kepadanya kitab dan hikmah dan Taurat dan juga Injil” (3:47). Karenanya Nabi Suci Muhammad tidak bisa menjadi penyuci dan guru Yesus Kristus, karena Qur’an sendiri berfirman, seorang Nabi dia telah diajarkan dan disucikan langsung oleh Tuhan. Jika ia datang kembali ke dunia ini, kelangsungan ajaran dan penyucian yang dilaksanakan oleh Nabi Suci Muhammad, akan terhalang setelah kemunculannya, yakni Yesus-lah dan bukan Nabi Muhammad saw yang akan menyucikan kaum Muslimin dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Tapi ini tidak bisa diterima di hadapan firman Qur’an Suci yang teramat jelas seperti dikutip di atas, Yesus Kristus tidak akan muncul kembali meskipun menjadi seorang pembaharu di antara kaum Muslimin.
Sebenarnya, akhir kenabian pada diri Nabi Suci Muhammad saw adalah salah satu dasar ajaran Islam, ia bertentangan dengan kemunculan atau kemunculan kembali seseorang Nabi setelah beliau. Qur’an Suci mengajarkan kita dalam kata-kata yang terang bahwa kenabian telah sempurna pada diri Nabi Suci Muhammad saw Pendiri Islam, dan tugas kewajiban seorang Nabi telah lengkap di dalam wahyu-wahyu yang diturunkan kepada beliau, karena itu tidak ada kewajiban yang tersisa dan tertinggal untuk dikerjakan, oleh karenanya tidak dibutuhkan Nabi lagi, baik Nabi lama ataupun Nabi baru. Seorang Nabi hanya akan muncul jika ada tugas kewajiban yang diembankan kepadanya, tapi tidak ada sedikit pun pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang Nabi yang tertinggal untuk dikerjakan, tak dibutuhkan Nabi lagi, dan jika seorang Nabi datang, tak ada tempat baginya dalam Islam. Tapi mungkin bisa dikatakan, kenapa banyak sekali himpunan Hadits yang berisi ramalan Nabi Suci tentang kedatangan Yesus, putera Maryam, jika di sana tidak ada pekerjaan bagi seorang Nabi menurut ajaran Qur’an Suci yang benar? Bukti terhadap ramalan tersebut hanya bisa diterangkan dalam pengertian yang tidak bertentangan dengan ajaran Qur’an Suci yang jelas, dan karena itu ramalan tentang datangnya Yesus putera Maryam harus diterangkan sedemikian rupa yang harus konsisten dengan ajaran akhir kenabian pada diri Nabi Suci Muhammad saw.
Yang benar adalah bahwa ramalan tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya bukan berarti diri beliau yang akan muncul kembali ke dunia meskipun itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang mendasar bahwa Nabi Muhammad saw Nabi terakhir di dunia, dan ini adalah poin yang dikatakan Injil, yang juga berisi ramalan ini, memancarkan cahaya yang terang. Pendeknya, kaum Kristen sedikit pun tidak punya alasan untuk mengira bahwa yang akan datang kedua kalinya itu adalah pribadi Yesus Kristus. Bibel memberitahukan kita bahwa: “Eliya naik ke langit karena ditiup angin puting beliung” (2 Raja-raja 2:11). Perkara itu tidak hanya sampai di situ. Di dalam kumpulan kitab Perjanjian Lama yang diwahyukan itu kita diberitahu bahwa kemunculan kembali Eliya ke dunia dikatakan: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu” (Maleakhi 4:5). Jadi Eliya, menurut Bibel, tidak saja naik ke langit, tapi kelak akan turun kembali sebelum Kristus muncul. Inilah yang dipercayai oleh segenap bangsa Israel tentang kedatangan Kristus dan hal itu berdasarkan kata-kata Kitab Suci mereka sendiri yang sangat jelas.
Salah satu pertanyaan pertama yang bertentangan dengan pengakuan Yesus Kristus adalah: “Di manakah Eliya itu?”
“Dan para pengikutnya bertanya kepadanya, ucapnya, Lalu kenapa para ahli Taurat berkata bahwa Eliya harus datang dahulu?” (Matius 17:10).
Sedikit pun tidak ragu adanya ramalan tersebut di pikiran Yesus, suatu kali dia harus memberitahukannya kepada para pengikutnya bahwa ramalan itu tidak ada karena Eliya telah mati dan tak akan pernah kembali lagi. Tapi tidak; dia mengakui bahwa ramalan itu benar adanya dan perlu sekali Eliya itu datang.
“Yesus menjawab: Memang Eliya akan datang dan akan memulihkan segala sesuatu, dan aku berkata kepadamu: Eliya sudah datang tetapi mereka tidak tahu dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga anak manusia akan menderita karena mereka. Lalu para murid mengerti bahwa Yesus berbicara kepada mereka tentang Yahya (Yohanes) Pembaptis” (Matius 17:11-13).
Bagaimana para murid itu tahu bahwa ramalan tentang kedatangan Eliya sebelum munculnya Al-Masih itu dipenuhi oleh kedatangan Yohanes Pembaptis? Sebab Yohanes berkata: “Dan ia akan pergi sebelumnya dalam spirit dan kekuasaan Eliya” (Lukas 1:17).
Bagaimana perihal cerita yang ditunjukkan di atas itu? Telah tertulis bahwa Eliya telah diterima di langit dan diramalkan bahwa ia akan datang kembali sebelum kedatangan Kristus. Pertanyaan telah diajukan kepada Kristus dan dia berkata bahwa ramalan tentang datangnya Eliya telah terpenuhi dengan kemunculannya Yohanes Pembaptis. Alasannya adalah Yohanes telah datang dalam rohani dan kekuasaan Eliya. Arti dari ini jelas sekali dan tuntas - yakni ketika kedatangan yang kedua kali seseorang itu dibicarakan, yang akan muncul kembali itu bukanlah pribadinya, artinya adalah kemunculan seseorang yang lain dalam arti ruhani dan kekuasaannya. Demikian ini adalah keputusan Yesus Kristus, dan ini benar-benar bertentangan dengan para pengikut Kristus atau menerimanya sebagai seorang Nabi. Tak seorang Kristen pun di dunia ini yang bisa membantah ini, dan ia terikat oleh pengertian yang sama tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali yang terletak pada kedatanngan Eliya yang kedua kalinya juga. Di sini tidak ada perbedaan sedikit pun di antara dua perkara itu.
Karenanya, jika tidak ada ruangan bagi seorang Kristen untuk mengaburkan kesimpulan seperti yang diterangkan di atas, seorang Muslim pun terikat oleh kebijaksanaan seseorang yang dia itu diperkirakan seorang Nabiyullah. Semua yang terakhir ini dapat dikatakan bertentangan dengan kesimpulan tersebut yakni dicatat secara tidak benar, tapi bukti dobel dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru tidaklah memberi lahan untuk menduga-duga terhadap peristiwa khusus ini. Tidak bisa dipungkiri memang di sana ada ramalan tentang kedatangan Eliya yang kedua kali; ini lebih meyakinkan lagi bahwa Eliya sendiri tak pernah kembali ke dunia ini. Lebih dari itu, suatu penyalah-gunaan seperti yang terjadi dalam kitab Injil, ternyata melawan pernyataan Yesus, hal itu pasti bukan pekerjaan seorang Kristen sejati, dan karenanya, benar sekali bahwa pertanyaan diajukan kepada Yesus dan beliau menjawabnya. Juga ada penyalah-gunaan di dalam Perjanjian Lama yang berhubungan dengan ramalan tersebut, karena jika demikian, Yesus tidak akan mengakui kebenaran ramalan tersebut. Perkaranya begitu jelas terhadap penyalah-gunaan perkara ini. kaum Muslimin banyak terikat oleh keputusan Yesus sebagaimana juga kaum Kristen, karena keduanya mengakui beliau orang tulus.
Pertimbangan selanjutnya menunjukkan bahkan lebih jelas lagi bahwa dari sudut pandang kaum Muslimin, keputusan yang diberikan oleh Yesus Kristus memberi dugaan yang lebih besar. Karena, dimana saja tidak ada keberatan jika Eliya sendiri muncul kembali, ada kesulitan berat disamping yang ditunjukkan di atas tentang kemunculan kembali pribadi Yesus Kristus. Pertama, Haditshadits yang membicarakan tentang kedatangannya ditambah kata-kata wa imamukum minkum, yakni Imam kamu ada di antara kamu sendiri. Kata-kata ini secara tuntas bertentangan dengan beliau sebagai Nabi bagi bangsa Israel. Al-Masih yang akan muncul sudah pasti di antara kaum Muslimin sendiri dan bukan dari luar, bukan seorang Nabi tapi seorang Imam atau pemimpin rohani. Kedua, Himpunan Hadits-hadits sahih adalah dari Imam Bukhari dan dari himpunan Hadits-hadits itu kita dapati dua Al-Masih, yaitu Nabi bangsa Israel Yesus Kristus, dan Al-Masih Yang Dijanjikan, keduanya diterangkan berbeda.
Di dalam dua Hadits tersebut, Nabi bangsa Israel diterangkan sebagai ahmar, ya’dun artinya, berwajah putih dan berambut keriting, sementara lainnya diriwayatkan pada bab al- Masih yang sama, ia akan muncul di antara kaum Muslimin pada waktu terjadi bencana besar Antikris disebutkan sebagai aadam, sabit artinya berwarna putih kemerah-merahan dan berambut panjang (lihat Sahih Bukhari, bab Badal-Khulq). Kini dua perbedaan yang mencolok itu menetapkan kesimpulan bahwa Al-Masih pasti muncul di antara kaum Muslimin yang orangnya berbeda sekali dengan Nabi bangsa Israel itu, dan Nabi Muhammad bukan hanya sekedar sadar terhadap fakta ini, namun juga memberitahukan kepada para pengikutnya dengan memberikan dua uraian yang berbeda.
Sebenarnya, bahkan jika mungkin Yesus Kristus muncul kembali ke dunia ini, dia tidak akan bisa melaksanakan tugas kewajibannya untuk memperbaiki apa yang dilakukan oleh para pengiikut Nabi Suci Muhammad saw. Begitu besar kekuatan rohani Nabi Besar Dunia yang tidak saja beliau itu membawa perubahani secara cepat yang begitu besar dimana perbaikan tersebut tidak bisa dilakukan oleh para reformer terdahulu yang pernah merosot ke jurang kegagalan, namun juga beliau menekankan kepada para pengikutnya bahwa pekerjaan seperti itu tidak bisa dilakukan bahkan para Nabi pun tidak akan sanggup melaksanakannya seperti tugas yang pernah dilakukan oleh Abu Bakar dan ‘Umar. Karenanya, sampai sekarang pun, para pengikut Nabi Suci saw dapat melakukan apa yang tak sanggup dilakukan oleh Yesus ketika beliau masih ada di dunia ini. Injill memberitahukan kepada kita bahwa dia tidak bisa mengajak lebih banyak dari limaratus orang kepada jalan kebenaran, tapi sekarang dapat kita saksikan para pengikut Nabi Suci Muhammaad saw jutaan orang yang sudah berjalan di jalan yang hak.
Jika Yesus Kristus tidak sanggup untuk memperbaiki sekalipun terhadap bangsa Israel yang jumlahnya sedikit itu, bagaimana mungkin dia bisa memperbaiki bencana Antikris yang jumlahnya tak terhingga ini? Tugas ini hanya bisa dilakukan oleh seorang pengikut Nabi Suci Muhammad saw, oleh karena itu, seorang Mujaddid, seorang Pembaharu yang muncul di antara kaum Muslimin yang bangkit di setiap abad, dipercayakan untuk mengemban tugas ini. Mujaddid di abad ini, yakni abad keempatbelas Hijriah, disebut Al-Masih sebab beliau tidak saja muncul dalam kekuatan rohani dan kekuasaan Al-Masih yang pertama dulu, namun juga beliau memperbaiki segala kesalahan yang berhubungan dengan nama seorang Reformer Almasih tersebut, sebagaimanan beliau sendiri mengatakan:
“Karena Tuhan telah memberikan cahaya kepadaku demi umat Kristen, karena itu saya disebut putera Maryam”.
Dan ternyata beliau mematahkan salib, hal ini adalah tugas utama sesuai dengan bunyi Hadits-hadits yang sahih, sebab beliau telah menunjukkan berdasarkan Injil bahwa kematian Kristus tidak terjadi di atas kayu palang salib, yang hal ini telah salah diduga oleh kaum Kristen selama sembilanbelas abad lamanya, karena Yesus itu lari dari sana bersama lukanya, beliau wafat secara alami lama setelah itu, dan beliau hidup hingga mencapai usia 120 tahun sebagaimana dikemukakan oleh Hadits. Karena “melalui darah salibnya” (Kolose 1:20), maka penebusan itu telah dibeli:
“Dan jika Yesus tidak bangkit, maka sia-sialah ajaran kita, dan iman kamu pun sia-sia pula” (1 Corintus 15:14).
Kristus tidak mati di atas kayu palang salib dan tidak pula bangkit dari kematian: Ajaran para missionaris Kristen karenanya sia-sia dan sia-sia pula kepercayaan mereka. Agama Kristen meletakkan pondasinya di atas kematian Kristus di kayu palang salib dan setelah itu bangkit dari kematian; pernyataan kedua doktrin ini telah terbukti salah dan dibuktikan oleh fakta sejarah yang amat kuat dan ditunjang pula oleh bukti-bukti Injil itu sendiri, maka dengan dasar pondasi seperti itu, seluruh bangunan itu roboh berantakan rata dengan tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar