Permasalahan wahyu sering menjadi
sasaran tuduhan kaum jahiliyan dari dulu hingga ekarang ( kafir qurays hingga
orientalis masa kini dalam rangka mengkaburkan keyakinan kaum muslimin dan
menjauhkan mereka dari Al-quran, diantaranya sebagai berikut :
-----------------------
Pertama:
Meraka mengira bahwa Qur`an
dari pribadi Muhammad, dengan menciptakan maknanya dan dia pula yang menyusun
bentuk gaya bahasanya dan menklaim bahwa Qur`an bukanlah wahyu tapi karangan
Muhammad
Kita jawab dengan, bagaimana dengan ayat-ayat Al-quran yang jelas-jelas tegas memperingatkan & menegur Rasulullah SAW dalam beberapa momentum tertentu, seperti ketika Rasulullah SAW mendahulukan mendakwahi pembesar quraiys dan tidak mempedulikan Abdullah bin Ummi Maktum (QS Abasa juz 30), atau saat Rasulullah SAW memutuskan untuk menyerahkan tawanan perang Badr dengan tebusan. Maka jika itu benar buatan Nabi,sungguh mustahil Nabi berbuat sesuatu lalu menegur dirinya sendiri. Begitu pula saat momentum lain, dengan peristiwa yang dikenal sebagai haditsul ifki ,dimana kehormatan keluarga nabi tercoreng dengan isu yang melanda seisi kota tentang tidaksetiaan Aisya rha. Kasus ini cukup lama mebbuat Madinah bergejolak, tapi Rasulullah SAW tak bergeming dan menunggu jawaban tuntas dari Al-quran untuk membebaskan Aisya dari tuduhan tersebut. Sekiranya nabi sendirilah yang membuat al-quran, maka mestinya ia tidak perlu repot-repot menunggu turunnya wahyu (sebulan lamanya )dengan kondisi yang segenting itu (QS Annur ayat 11)
---------------------
Kedua :
Mereka menyangka bahwa Rasulullah SAW mempunyai ketajaman otak, kedalaman penglihatan, kekuatan firasat, kecerdikan yang hebat, kejernihan jiwa dan renungan yang benar, yang menjadikannya memahami ukuran ukuran yang baik dan yang buruk, benar dan salah melalui ilham ( inspirasi ), serta mengenali perkara-perkara yang rumit melalui kasyaf. Sehingga Qur`an itu tidak lain dari pada hasil penalaran intelektual dan pemahaman yangdiungkapkan oleh Muhammad dengan gaya bahasa dan retorikanya.
Kita Jawab, bahwa segi berita yang merupakan bagian terbesar dalam Alquran tidak diragukan oleh orang yang berakal bahwa apa yang diterimanya hanya berdasarkan kepada penerimaan dan pengajaran. Alqur`an telah menyebutkan berita-berita tentang umat terdahulu, golongan-golongan dan perisiwa sejarah dengan kejadian-kejadiannya yang benar dan cermat, seperti halnya yang disaksikan oleh saksi mata. Sekalipun masa yang dilalui oleh sejarah itu sudah amat jauh (QS Qhosos ayat 44-45, QS Hud ayat 49, QS yusuf ayat 3, QS Ali Imran ayat 44, QS Al’ankabut 14, Qs Alkahfi ayat 25). Bahkan sampai pada kejadian pertama alam semesta ini. Begitu pula ayat yang menjelaskan tentang hari kiamat, serta gam baran surga dan neraka dengan lengkap. Hal demikian tentu tidak dapat memberikan tempat bagi penggunaan pikiran dan kecermatan firasat. Secerdas apapun manusia, bahkan hingga hari ini dengan zaman yang penuh teknologi,tetap tidak bisa menyentuh pemberitaan-pemberitaan ghaib tersebut.
-----------------------
Ketiga :
Mereka menyangka bahwa Muhammad telah menerima ilmu-ilmu Quran dari seorang guru.
Kita jawab bahwasanya Muhammad SAW tumbuh dan hidup dalam keadaan buta huruf dan tak seorang pun diantara masyarakatnya yang membawa simbol ilmu dan pengajaran, ini adalah kenyataan yang disaksikan oleh sejarah, dan tidak dapat diragukan.Bahkan kita juga menyaksikan bahwa beliau di masa kecilnya tidak tumbuh dengan bimbingan khusus dari ayahandanya dan juga kakeknya. Oleh pamannya Abu Tholib, Muhammad SAW justru lebih diarahkan untuk menjadi pedagang, hingga ikut serta dalam perjalanan dagangnya ke negri Syam yang akhiirnya bertemu dengan pendeta Bukhaira. Tetapi meskipun dengan pendeta tersebut, Muhammad SAW yang masih kecil waktu itu tidak sekalipun menimba ilmu apapun dari pendeta tersebut.
Dan dipertegas Allah lewat firmannya dalam surah Annahl ayat 103.
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
Setelah keterangan2 ini, maka kalau ada fitnahan-fitnahan usang, patutlah lah sebagaimana firman Allah dalam surat Al an’am ayat 33
“Sesunnguhnya mereka tidak mendustakan engkau (Muhammad), akan tetapi mereka zolim terhadap ayat-ayat Allah lagi mereka mengingkari “
Ref: Mabahits fi ulum alquran, Syekh Manna’ Qatthan
Kita jawab dengan, bagaimana dengan ayat-ayat Al-quran yang jelas-jelas tegas memperingatkan & menegur Rasulullah SAW dalam beberapa momentum tertentu, seperti ketika Rasulullah SAW mendahulukan mendakwahi pembesar quraiys dan tidak mempedulikan Abdullah bin Ummi Maktum (QS Abasa juz 30), atau saat Rasulullah SAW memutuskan untuk menyerahkan tawanan perang Badr dengan tebusan. Maka jika itu benar buatan Nabi,sungguh mustahil Nabi berbuat sesuatu lalu menegur dirinya sendiri. Begitu pula saat momentum lain, dengan peristiwa yang dikenal sebagai haditsul ifki ,dimana kehormatan keluarga nabi tercoreng dengan isu yang melanda seisi kota tentang tidaksetiaan Aisya rha. Kasus ini cukup lama mebbuat Madinah bergejolak, tapi Rasulullah SAW tak bergeming dan menunggu jawaban tuntas dari Al-quran untuk membebaskan Aisya dari tuduhan tersebut. Sekiranya nabi sendirilah yang membuat al-quran, maka mestinya ia tidak perlu repot-repot menunggu turunnya wahyu (sebulan lamanya )dengan kondisi yang segenting itu (QS Annur ayat 11)
---------------------
Kedua :
Mereka menyangka bahwa Rasulullah SAW mempunyai ketajaman otak, kedalaman penglihatan, kekuatan firasat, kecerdikan yang hebat, kejernihan jiwa dan renungan yang benar, yang menjadikannya memahami ukuran ukuran yang baik dan yang buruk, benar dan salah melalui ilham ( inspirasi ), serta mengenali perkara-perkara yang rumit melalui kasyaf. Sehingga Qur`an itu tidak lain dari pada hasil penalaran intelektual dan pemahaman yangdiungkapkan oleh Muhammad dengan gaya bahasa dan retorikanya.
Kita Jawab, bahwa segi berita yang merupakan bagian terbesar dalam Alquran tidak diragukan oleh orang yang berakal bahwa apa yang diterimanya hanya berdasarkan kepada penerimaan dan pengajaran. Alqur`an telah menyebutkan berita-berita tentang umat terdahulu, golongan-golongan dan perisiwa sejarah dengan kejadian-kejadiannya yang benar dan cermat, seperti halnya yang disaksikan oleh saksi mata. Sekalipun masa yang dilalui oleh sejarah itu sudah amat jauh (QS Qhosos ayat 44-45, QS Hud ayat 49, QS yusuf ayat 3, QS Ali Imran ayat 44, QS Al’ankabut 14, Qs Alkahfi ayat 25). Bahkan sampai pada kejadian pertama alam semesta ini. Begitu pula ayat yang menjelaskan tentang hari kiamat, serta gam baran surga dan neraka dengan lengkap. Hal demikian tentu tidak dapat memberikan tempat bagi penggunaan pikiran dan kecermatan firasat. Secerdas apapun manusia, bahkan hingga hari ini dengan zaman yang penuh teknologi,tetap tidak bisa menyentuh pemberitaan-pemberitaan ghaib tersebut.
-----------------------
Ketiga :
Mereka menyangka bahwa Muhammad telah menerima ilmu-ilmu Quran dari seorang guru.
Kita jawab bahwasanya Muhammad SAW tumbuh dan hidup dalam keadaan buta huruf dan tak seorang pun diantara masyarakatnya yang membawa simbol ilmu dan pengajaran, ini adalah kenyataan yang disaksikan oleh sejarah, dan tidak dapat diragukan.Bahkan kita juga menyaksikan bahwa beliau di masa kecilnya tidak tumbuh dengan bimbingan khusus dari ayahandanya dan juga kakeknya. Oleh pamannya Abu Tholib, Muhammad SAW justru lebih diarahkan untuk menjadi pedagang, hingga ikut serta dalam perjalanan dagangnya ke negri Syam yang akhiirnya bertemu dengan pendeta Bukhaira. Tetapi meskipun dengan pendeta tersebut, Muhammad SAW yang masih kecil waktu itu tidak sekalipun menimba ilmu apapun dari pendeta tersebut.
Dan dipertegas Allah lewat firmannya dalam surah Annahl ayat 103.
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
Setelah keterangan2 ini, maka kalau ada fitnahan-fitnahan usang, patutlah lah sebagaimana firman Allah dalam surat Al an’am ayat 33
“Sesunnguhnya mereka tidak mendustakan engkau (Muhammad), akan tetapi mereka zolim terhadap ayat-ayat Allah lagi mereka mengingkari “
Ref: Mabahits fi ulum alquran, Syekh Manna’ Qatthan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar